Part 15 - Future Looks Good

123 23 16
                                    

"Hey!"

Panggilan itu sontak membuat Shilla mendongak. Menghentikan sementara kegiatannya menata balok-balok mainan yang sempat berantakan sehabis dimainkan anak didiknya. Ia tersenyum mendapati sosok Andrew yang berdiri menjulang di depannya. Wanita itu bangkit dari posisi jongkoknya.

"Tumben. Kau tidak kerja, memang?" tanya Shilla. Andrew menggeleng pelan. Ia bisa melihat Shilla mengecek jam tangannya, mungkin berpikir kenapa pukul 15.45 seperti ini dan Andrew sudah datang menjemput putrinya.

"Bukan tidak kerja, hanya saja aku tadi ada urusan di luar kantor di dekat sini. Jadi sekalian saja aku jemput Allene. Toh kalau aku balik kantor juga akan percuma. Pasti kantor juga sepi kalau saat aku sampai." Terang ayah Allene itu. Shilla menganggukkan kepalanya.

"Dan di mana putrimu itu? Biasanya dia akan kegirangan kalau tahu kau yang menjemput"

"Tuh! Dia belum mau diajak pulang. Katanya masih asik main dengan Kelly?" Shilla mengikuti arah pandang Andrew. Mendapati Allene tengah bermain pasir bersama gadis kuncir dua seusianya.

"Kila, Drew" koreksi Shilla. Andrew hanya mengangguk samar, tidak terlalu peduli dengan nama anak yang tengah bermain bersama putrinya.

"Kau butuh bantuan?" tanya Andrew menunjuk balok warna-warni yang masih sedikit berantakan. Belum lagi ada bola-bola dan puzzle yang berserakan.

Shilla menggeleng, "I can manage. Kau tunggu saja sebentar, kurasa sebentar lagi orang tua Kila juga akan menjemput. Kau mau minum sesuatu?"

"Tak perlu repot. Aku tunggu di teras itu kalau begitu, ya?"

"Oke." Jawab Shilla singkat. Andrew masih bergeming di tempatnya.

"Ehm... kau ada acara sehabis ini?" tanya pria itu. Shilla terdiam sejenak kemudian menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?"

"Temani aku makan, ya?"

Shilla terdiam sejenak. Dahinya berkerut mendengar ajakan Andrew. Bukannya bagaimana, hanya saja ajakan Andrew terkesan seperti ajakan makan yang tidak biasa. Oh ayolah, Shilla wanita dewasa yang bukan lagi remaja naif yang tak tahu apa maksud ucapan dan nada bicara Andrew. Hanya saja, benarkah? Wanita terkadang bukankah suka salah tafsir dengan perhatian laki-laki?

"Mau makan apa memang?"

"Entahlah. Aku sedang ingin makan sesuatu yang pedas. Tapi juga harus ada makanan yang tidak pedas untuk Allene. Kau ada saran?" tanya Andrew. Shilla kembali terdiam.

"Makan di rumahku saja kalau begitu"

Dan detik itu juga Shilla merasa telah salah bicara. Dia baru saja menawari Andrew makan malam di rumahnya? Ini terdengar salah untuk Shilla. Dia baru saja mengajak pria berkunjung ke rumahnya untuk makan malam? How intimate that can be?

"I mean.... Uhm...maksudnya..."

"Kurasa itu ide yang bagus" potong Andrew. Shilla menatapnya ragu dan Andrew memberinya senyuman hangat.

"Kita bisa masak bersama, kurasa? Setelah ini kita bisa mampir supermarket untuk beli bahan?" ucap Andrew antusias. Sementara Shilla masih menatapnya tak percaya.

"Uhm..sure" jawab Shilla kemudian. Meski sejujurnya ia masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi.

Kenapa dia bisa setenang itu? Oh ayolah, Shilla, ini hanya ajakan makan sesama teman. Not a big deal? Right? Ya, sesama teman.

Tapi meskipun Shilla berusaha membuat pemahaman seperti itu, ia tidak menampik kalau kini jantungnya berdetak lebih cepat.

"Om!" pekikan Dylan menyadarkan Shilla dari lamunannya. Ia melihat Dylan berlari ke arah Andrew duduk.

The Supporting RoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang