7. BIRU - IKUTAN GILA

495 40 0
                                    

Si Banyu ikutan gila kayak Indira ini sih. Kenapa juga dia tiba-tiba jadi maksa buat kita pacaran gitu.

Benar-benar geli aku membayangkan pacaran dengan Banyu. Terlebih aku cukup tahu gaya pacaran Banyu.

Dia sih bukan cuma sekadar peluk atau cium, tapi juga sudah... ya tahu lah, anak zaman sekarang bagaimana.

Aku tidak pernah sih mempermasalahkan hal itu. Tidak antipati juga sama orang-orang yang memilih seks bebas.

Buat ku itu cuma masalah pilihan saja. Toh kita sudah sama-sama dewasa. Sudah tahu mana yang baik dan mana yang tidak. Selama hal itu dilakukan atas dasar suka sama suka, ya tidak masalah.

Hanya saja aku dan Bastian memilih untuk tidak melakukan itu. Kalau kata Banyu sih, aku ini penganut pacaran sehat yang membosankan. Yah biar saja dibilang membosankan, selama tidak merugikanku kan?

Nah atas dasar itu juga aku merasa tidak mungkin berpacaran dengan Banyu. Secara gaya pacaran kami sangat jauh berbeda.

Bagaimana jika dia merasa bosan berpacaran denganku? Atau aku yang tidak nyaman dengan perlakuannya padaku?

Tunggu... tunggu... kenapa aku mempermasalahkan itu ya? hhhh... ikutan gila juga sepertinya aku.

Bukannya tidak kepikiran tentang ide gila itu sih. Entah kenapa ide Indira itu sulit untuk diabaikan.

Aku setuju. Sangat setuju malah dengan teori 'obat patah hati itu jatuh cinta'. Tapi tidak harus secepat itu juga kan untuk jatuh cinta lagi?

Aku dan Bastian ini baru putus sekitar satu bulan. Banyu dan Ayunda juga belum lama putus kan? Jadi apa tidak terlalu cepat kalau aku harus pacaran lagi? sama Banyu pula?

Tidak... tidak... benar-benar bukan ide yang bagus. Lupain Biru... lupain... anggap saja itu semua cuma halusinasi.

"Biruuuuu... itu Banyu udah di depan. Cepet dikit siap-siapnya."

Teriak ibu.

"Iya ini udah selesai kok."

Aku bangun dari meja rias dan langsung mengambil tas ku, lalu ke luar kamar.

"Haaaaiiii... cantik."

Sapa Banyu begitu aku tiba di teras depan. Ada apa dengan anak ini? Manis sekali. Perasaan ku jadi tidak enak.

"Nggak duluan lagi? tumben inget jemput gue."

"Gue selalu inget lagi sama lu. Udah yuk berangkat, takut macet. Ntar malah telat masuk kelas lagi lu."

Banyu bangun dan langsung kasih helm padaku.

"Buuuu... aku berangkat ya."

Pamitku pada ibu.

"Buuuu... Banyu berangkat ya."

Banyu ikutan pamit.

"Iya hati-hati. Ini ibu lagi marut kelapa, nggak bisa kedepan."

"Ya udah... Assalamualaikum."

Setelah jawaban salam dari ibu, kita pun berangkat ke kampus dengan motor bebeknya Banyu.

***

Air Samudera : Gue udah di samping lapangan tenis ya. 😉

Chat Banyu masuk ke ponsel ku, tepat saat mata kuliah ku selesai. Semester ini aku memang mengambil satu mata kuliah dan skripsi. Kalau Banyu, masih mengambil tiga mata kuliah dan skripsi. 

Aku : Iya bentar, ini baru keluar kelas.

Aku mengirim balasan, dan langsung dapat balasan lagi dari Banyu.

BANYU BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang