13. BIRU - PERASAAN YANG SAMA

512 39 0
                                    

"Puas kamu bikin aku cemburu?!"

Kalimat itu sudah berputar entah berapa puluh kalinya di kepalaku. Cemburu katanya? Banyu cemburu? Dia cemburu karena aku bertemu Bastian? Dia cemburu karena aku masih menyimpan barang dari Bastian dan masih memajang foto Bastian? Dia cemburu karena aku bilang kalau aku masih ada perasaan pada Bastian? Berarti itu tandanya?

Astagaaa!!! Otakku tidak bisa berfikir lagi Tuhan. Belum selesai dengan rasa bersalahku, sekarang ditambah dengan pernyataan Banyu. Ku fikir dia hanya marah karena aku berbohong, tapi ternyata ditambah masalah dia... dia... cemburu?

"Itu mata udah kayak mata panda." Kata-kata ibu menyadarkanku dari lamunan. Ya, ini mata memang sudah layak disebut mata panda. Masih terlihat jelaskah? Padahal tadi sudah kututupi dengan bedak.

Semalam aku memang tidak bisa tidur. Habis selesai sholat subuhlah mataku baru bisa dipejamkan. Aku memikirkan semua kalimat-kalimat yang Banyu ucapkan. Jujur aku masih terkejut dengan semua pengakuannya. Masih tidak percaya saja.

Aku pikir hubungan kita ini hanya sebatas simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Maksudnya kami berduakan sepakat bahwa hubungan ini hanya untuk saling menyembuhkan patah hati masing-masing. Jadi aku pikir tidak akan ada kata cemburu dalam hubungan ini.

Memang sih Banyu pernah bilang kalau kita jalani saja dulu hubungan ini, mau nanti arahnya kemana kita ikuti saja. Entah itu nantinya kita saling jatuh cinta atau malah sepakat memilih jalan masing-masing. Tapi apa secepat itu untuk merasakan cemburu? Dan sepengetahuanku, cemburu itu kan tandanya.... Tidak! Tidak mungkin secepat itu kan?

Sebenarnya aku gundah bukan hanya karena pengakuan Banyu saja, tapi juga karena efek dari pengakuan itu terhadap hatiku. Ya, aku mengakuinya kalau hatiku berdebar sangat kencang ketika Banyu mengatakan kalimat cemburunya itu. Tapi bukan sejenis berdebar takut, tapi berdebar... Aduh apa ya? Bingung aku juga menjelaskannya. Mmm... seperti sedikit, hanya sedikit ya... sedikit rasa... senang.

Bodoh! Bodoh Biru! Orang marah-marah kok malah senang. Tapi ya memang seperti itu kan, Banyu cemburu. Berarti aku boleh sedikit percaya diri dengan bilang kalau Banyu mungkin... ini mungkin ya... mungkin sudah jatuh cinta padaku.

Eh, tapi kok aku juga merasa senang sih Banyu cemburu? Berarti bisa dibilang aku juga sudah mulai... Tidak! Tidak! Aku tidak mau terlalu terburu-buru menyimpulkan. Ingat aku pernah bilang, kalau aku butuh lebih banyak bukti untuk mengakui kalau aku jatuh cinta pada Banyu.   

"Ini anak malah ngelamun. Dimakan itu nasi gorengnya."

"Eh... iya ini juga mau dimakan Bu."

"Banyu nggak kesini? Itu Ibu sengaja padahal buatin nasi goreng."

"Banyu? Oooh.. dia ada kuliah pagi, jadi berangka duluan ke kampus."

Bohongku pada Ibu. Banyu tidak ada kuliah pagi. Hari ini dia hanya punya jadwal bimbingan skripsi jam satu, bersamaan dengan jadwal kuliahku. Biasanya jam setengah sebelas dia sudah muncul di depan pintu rumahku. Menungguku bersiap sambil memakan cemilan atau makan apapun yang Ibu buat. Tapi ini sudah hampir jam sebelas, dia belum muncul juga. Berarti kesimpulanku hari ini kita tidak akan berangkat ke kampus bersama. 

Ya menurut kamu aja Bi! Setelah kejadian semalam?

"Oh... dibekelin apa ya buat Banyu? Buat makan siang dia. Ibu buatnya agak banyakan soalnya, memang sengaja buat dia. Sayang Bi kalau nyisa."

Tanpa menunggu jawabanku, Ibu sudah langsung mengambil kotak makan dan memasukan nasi gorengnya. Menambahkan satu telur dadar, beberapa irisan sosis, juga beberapa potong timun dan tomat. Menu lengkap nasi goreng kesukaan Banyu. Ini bagaimana nanti aku memberikannya pada Banyu?

BANYU BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang