EPILOG

1.1K 78 4
                                    

Banyu

"Kai tidur jam berapa tadi?" Tanya gue ke Biru sambil nyerahin tas ransel gue dan duduk selonjoran di sofa ruang TV.

"Jam sepuluh baru tidur. Mau niupin balon terus dia. Itu yang udah selesai didekor, mau dicopotin lagi. Diganti sama yang dia tiup." Biru nyerahin segelas air putih, dan langsung gue minum habis.

"Terus gimana itu sampe akhirnya mau tidur?"

"Aku bilang aja, besok pestanya nggak akan jadi kalau dia nggak tidur-tidur. Langsung ngajak ke kamar. Sebelum tidur tanya dulu, Ayah pulang jam berapa? Aku bilang masih lama. Baru deh tidur." 

Hhhh... malem ini memang gue terpaksa lembur. Jam sebelas malem baru sampe rumah. Besok jagoan kesayangan gue ulangtahun. Di umurnya yang ketiga ini, gue dan Biru sepakat mau buatin pesta. Bukan maksud ngajarin dia buat hura-hura sih. Gue dan Biru pikir biar dia belajar buat berbagi aja.

Kita juga udah buat note di undangannya untuk nggak bawa kado pas dateng. Maksudnya ya itu, kita mau pesta ini buat kumpul-kumpul keluarga sama temen-temennya dia aja. Ya semacam selametan gitulah. Tapi kalau yang udah terlanjur bawa kado ya tetep diterima. Nggak baik kan nolak rezeki.

Nggak berasa anak gue udah tiga tahun aja. Perasaan dulu masih merah gitu badannya pas gue gendong. Eh sekarang udah aktifnya luar biasa. Biru sampe suka pegel-pegel badannya kalau malem. Jadilah kita suka maen pijit-pijitan plus bonus elus-elus dan gitulah, ngerti kan ya?

Rakai Arkana Abadi.

Nama putra kesayangan gue. Kayak namanya Rakai yang artinya bulan purnama, Kai juga lahir pas ada bulan purnama. Makanya gue namain itu. Arkana sendiri artinya berhati terang. Abadi ya nama belakang gue. Jadi kalau digabung artinya, dia yang lahir di bulan purnama berhati terang anaknya Bapak Abadi.

Ya harapan gue kasih nama itu sih biar keberadaannya bisa kasih manfaat buat orang disekitarnya. Ya kayak cahaya aja yang selalu bermanfaat buat kehidupan manusia. Bijaksana banget nggak sih gue?

"Mandi Nyu. Aku udah siapin air anget." Kata Biru menyadarkan gue.

"Aku mau liat Kai bentar." Gue langsung menuju kamar Kai. Pas buka pintu langsung liat badannya yang lagi tidur terlentang. Gue deketin dan duduk di tepi ranjangnya.

Gen gue emang super banget kayaknya. Setiap anak gue selalu jiplakan gue banget. Ini semua yang ada di Kai juga niruin punya gue. Mata, hidung, kulitnya. Cuma bibir doang deh yang niru Biru. Nggak apa-apa bagus. Jadi seksi nanti bibirnya. Pasti inceran banyak cewek nih. Semoga dia nggak jadi playboy.

Nggak mau ngulang kejadian Nala, gue berusaha ngurangin lembur-lembur gue. Kalau nggak terpaksa banget, kayak sekarang ini, ya gue nggak lembur. Gue mau punya banyak waktu buat Kai.

Biru yang kasian. Dia malah nggak sempet kerja semenjak balik dari Melbourne itu. Habis nikah, nggak gue kasih izin kerja biar langsung program anak. Eh dia nurut. Akhirnya dia ngelakuin kewajibannya, bantu-bantu Ayah di toko. Kalau itu kan nggak ngabisin waktu. Fleksibel juga jam kerjanya.

"Nggg..." Kai gerakin badan, tapi nggak kebangun. Ngerasa keganggu kali tidurnya karena gue ciumin mukanya dari tadi.

"Udah sih Nyu. Nanti bangun. Udah tau anaknya susah kalau mau tidur." Tegor Biru yang baru masuk kamar Kai.

"Kangen aku. Hari ini nggak sempet main sama dia." Kata gue sambil ciumin punggung tangan Kai.

"Udah sana mandi ah, besok juga seharian kamu sama dia." Dari pada Kai kebangun beneran, susah lagi tidurnya. Jadi gue nurutin apa kata Biru. Mandi. Toh besok gue punya waktu seharian penuh buat jagoan gue ini.

BANYU BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang