20. Keraguan

4.1K 519 43
                                    

Disclaimer : Naruto dan kawan-kawan murni milik Masashi Kishimoto. Penulis hanya meminjam nama serta tempat.
Rate : T+
Genre : Romance,Drama
Warning : Sasufemnaru,GS,OOC,OC,Typo bertebaran.

-
-
-
Princess With Jeans
Miss Janus97 Present
-
-
-

20. Keraguan

.
.
.

Dag dig dug , detak jantung Naruto terasa seperti maraton, tidak karuan sebab berhadapan dengan wanita cantik paruh baya ini. Naruto menelan ludah berkali-kali. Sesekali ia menyeka keringat tanda gugup di pelipisnya.

Mungkin ini yang dinamakan gugup ketika bertemu calon mertua. Naruto bisa merasakan betapa takut dirinya membuat suatu kesalahan hingga peluang untuk bersama Sasuke semakin kecil saja.

Berbeda dengan Naruto, Sasuke malah terlihat dalam mode siaga satu. Sorotnya penuh permusuhan. Dan lagi yang membuat Naruto risih adalah lengan yang merangkulnya posesif.

Demi kolor polkadot Itachi, Naruto ingin menenggelamkan Sasuke sekarang juga.

"Aku kemari bukan untuk memisahkan kalian," kata Mikoto yang akhirnya angkat bicara setelah melihat tatap penuh permusuhan dari Sasuke. Wanita itu menghela napas banyak-banyak sebelum melanjutkan.

"Aku ingin melihat seperti apa Putri Naruto dari dekat. Ternyata dia sangat cantik, pantas Sasuke jadi jatuh hati.".

Pipi Naruto merona.

"Tapi sayang, ada juga beberapa hal yang perlu kukatakan padamu. Kau tau kan jika Yang Mulia Ratu sudah menjodohkanmu dengan Pangeran Sai?"

Naruto mengangguk kaku. "Ya, aku tau."

"Dan kau juga tau kan kalau pertunanganmu dan Pangeran Sai akan segera dilaksanakan?"

Lagi, Naruto mengangguk.

"Kau tau, kupikir akan lebih bijak kalau kau meninggalkan Sasuke, Nak. Kau tau sendiri baik Uchiha maupun Kerajaan sama-sama keras kepala. Mereka tidak akan menerima hubungan kalian."

"Kenapa Ibu bilang begitu?" Sasuke angkat bicara. "Ibu bilang Ibu tidak punya niat memisahkan kami!"

"Memang. Tapi ketahuilah, Ayahmu dan juga Ratu Kushina tidak memiliki pendapat yang sama." Mikoto menarik napas lelah. "Masalah akan bertambah kacau kalau kalian nekat berhubungan di saat Naruto akan menjadi calon istri Pangeran Sai."

Tangan Mikoto menggenggam tangan Naruto, sekedar menyalurkan kegelisahannya. "Kau tau, jika kau ingin bersama Sasuke itu sama saja kau melawan perintah Ratu Kushina."

"Yang jadi pertanyaan, apakah kau siap melawan Keluarga Kerajaan, Putri? Keluargamu sendiri?"

Naruto diam seribu bahasa. Tidak mampu menjawab pertanyaan Mikoto.

Benar kata Beliau. Bisakah dirinya melawan Keluarga Kerajaan?

Oke, lupakan soal ibunya. Naruto sama sekali tidak peduli kalau Kushina bakal jadi marah atau sedih. Namun beda cerita dengan Yang Mulia Hashirama. Naruto tidak tega untuk menyakiti perasaan Beliau yang telah begitu menerimanya dengan baik. Juga perasaan Kurama. Sedang perasaan dirinya akan Sasuke juga masih belum tentu.

Maksudnya hei ... bagaimana apa yang dirasakan Naruto saat ini cuma sekedar cinta monyet? Gelora panas muda-mudi sesaat? Bagaimana setelah pengorbanan Naruto yang begitu besar nanti malah akan menyisakan penyesalan?

Mikoto pamit ketika tak kunjung mendapat jawaban dari Naruto. Wanita itu tersenyum maklum dan meninggalkan begitu saja Naruto yang diliputi dilema. Juga jangan lupakan Sasuke yang kini mulai mengetahui kalau kekasihnya itu tengah meragukan perasaannya.

.
.
.
.
.

"Kupikir wajar dia ragu, Sasuke, kalau mendengar ceritamu, hubungan kalian jauh dari kata kisah cinta anak muda."

Sasuke mendengus, melempar sebutir apel pada Itachi guna melampiaskan kekesalannya. Serius deh, tidak bisakah Itachi memilih kata yang lebih baik untuk menghiburnya?

Sasuke melempar pandang ke jendela. Hujan mengguyur Konoha, langit benar-benar kelabu selayaknya ikut menggambarkan suasana hati Sasuke.

Naruto sudah pulang sejak satu jam yang lalu, tanpa kata sedikit pun. Matanya enggan menatap Sasuke. Sekali lihat, Sasuke bisa menangkap binar keraguan mulai menyelimuti safir indah Naruto.

Sial! Ini benar-benar sial!

Sasuke tidak menyangka kalau perkataan ibunya begitu telak memengaruhi Naruto. Memang, harus Sasuke akui, dari sisi manapun ibunya benar. Itachi benar. Pun dengan keraguan Naruto sekali pun.

Wajar kalau Naruto meragukannnya namun bukan berarti ini sepenuhnya kesalahannya. Sasuke memang tidak bisa menyajikan kisah-kisah manis penuh romansa anak sekolah. Sasuke juga tidak pandai mengungkapkan isi hatinya.

Sasuke tidak ingat kapan tepatnya ia mulai tertarik pada Naruto. Pun dengan alasannya jatuh hati pada Naruto. Yang dirinya tau, dirinya menyukai Naruto sekarang, mencintainya dengan sungguh-sungguh.

Sayangnya Sasuke tidak tau apakah Naruto masih mau memercayai perasaannya. Ia tidak yakin Naruto mampu melawan keluargannya sendiri .

Ah, sial! - Sasuke menjambak rambutnya sendiri. Tak sanggup rasanya harus membayangkan Pangeran Sai dan Naruto bertunangan.

Berbagai rencana penggagalan acara pertunangan mulai tersusun. Otak kriminal Sasuke mulai terbentuk tapi harus hancur detik berikutnya saat logika menyadarkan kebodohannya itu.

Satu orang pemuda terbuang yang kini bukan siapa-siapa mana mungkin sanggup melawan anggota kerajaan?

"Memikirkan cara penggagalan pertunangan Putri Naruto?" Itachi tiba-tiba menyeletuk, sambil terkikik menahan tawa. Hal yang langka melihat Sasuke uring-uringan seperti ini.

Kembali, Sasuke melempar sesuatu guna membuat pria satu anak itu diam. Kali ini Sasuke menggunakan bantal sofa.

Itachi menghindar dengan mudah. Masih menggoda Sasuke dengan ekspresi mengejek. "Hei, ayolah, kupikir kau menyerah saja. Dilihat dari tembok cina sekalipun, Pangeran Sai jauh lebih baik darimu."

"Berisik!"

Itachi kembali tertawa. Tangannya mengacak rambut Sasuke sejenak sebelum memasang tampang serius.

"Sasuke ... apapun yang ada dipikiranmu saat ini, itu tidak akan berhasil."

Sasuke kontak mendongak dan memandang wajah Itachi yang mendadak mendung.

"Karena kau akan berakhir dengan kegagalan, seperti aku."

.
.
.
.
.

Malam menjelang, senyap mulai menyelimuti istana. Diantara temaramnya lampu, sepasang kaki telanjang mulai menjelajah lorong istana. Rambut merahnya tergerai berantakan. Sepasang matanya mengintai dibalik kegelapan. Lengan kurusnya menggapai pintu, senyumnya melebar kala menemukan sosok Naruto yang terlelap.

Tidur Naruto terusik saat helai rambut merah itu menyentuh wajahnya. Kelopak terbuka bersama dengan jeritan Naruto. Sedang si pemilik rambut hanya menyeringai dengan telapak tangan memegang pisau.

.

.
.
.

T. B. C.

Princess With Jeans ( TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang