Darah 6

1.5K 95 0
                                    

Setelah kejadian Fany yang terluka dan berakhir di rumah sakit itu berlalu, Kegiatan Belajar Mengajar kembali seperti biasa. Yang mengejutkan setelah hari itu adalah siswi pemilik 3 mangkuk soto ayam itu datang ke kelas 12 IPA 1 dan mengaku kepada Alif sang ketua kelas meminta izin untuk bertemu dengan Fany. Yang siswi itu lakukan adalah meminta maaf kepada Fany dan katanya ingin sekali berkenalan dengan Fany yang menurut pandangan Lia-siswi itu, Fany adalah kaka kelas yang cantik dan baik hati karena setelah kejadian itu Lia tak mendapatkan bully-an dari kaka kelasnya itu. Ya, karena pada era jaman sekarang bullying sangat terkenal di sekolah, apalagi SMA yang senioritasnya tinggi.

Permintaan perkenalannya itu dibalas dengan antusias oleh Fany dan Fany juga mengucapkan mohon maaf atas kecerobohannya waktu itu. Hingga seminggu ini mereka berdua saling bertegur sapa jika berpapasan di area sekolah.

Seperti saat pulang sekolah ini keduanya menuju parkiran Paradhita. Lia sendirian berjalan menuju motornya dan Fany bersama Syifa menuju motor matic milik Syifa.
Lia menoleh dan memfokuskan pandangannya melihat dua kakak kelasnya itu.

"Ka Fany, Ka Syifa. Aku duluan ya" dengan lambaian tangan lia menyempatkan untuk menegur kaka kelasnya itu.

"Eh, iya lia. Hati-hati ya" dibalas lambaian juga oleh Fany dan Syifa.

Sepeninggalan Lia, Fany menaiki bagian belakang motor matic milik Syifa.

Di tengah perjalanan, Fany mengutarakan keinginannya kepada Syifa "cip, ke J.co kuy"

"Yailah Fan, kenapa ga bilang dari tadi sih ? Muternya kan jauh" dengan raut sedikit sebal Syifa mendumal.

"Ayolah cip, lagi kepengen yang manis-manis nih. Mau ya ya ya" Fany mengeluarkan jurus ampuhnya yaitu puppy eyesnya. Sehingga meluluhkan hati seorang cewek jutek itu. Syifa memutar arah jalan motor maticnya menuju J.co yang tak begitu jauh dari sekolahnya. Melihat itu Fany langsung memeluk Syifa dari belakang saking senangnya. Yang dibalas dengusan oleh Syifa. "gausah lebay lo curut"

"Ihh dia mah gabisa romantis dikit" Fany mencubit pinggang Syifa.

"Yee, kalopun gua mau romantis-romantisan ya mending sama Mario Maurer dari pada sama lo mblooo" ejek Syifa membuat Fany tak mau kalah "ngaca! lo juga jomblo, mbloo" keduanya tertawa di atas motor yang melaju itu hingga sampai ditujuan keduanya.

°•°•°•°•°•°

Keduanya memasuki J.co dan mencari meja kosong. Keduanya sepakat untuk membagi tugas. Fany membeli donatnya dan Syifa membeli minumannya.

Seperti biasa Fany dengan 6 rasanya yaitu Oreology, Choco Caviar Chocolate, Green Tease, Black Jack, dan Heaven Berry. Begitu pula dengan Syifa dengan 6 rasanya yaitu Alcapone, Tiramissu, Why Nut, Crunchy Crunchy, Coco Locc, dan Oreology. Sedangkan minumannya, Fany dengan Iced Caramel Jelly dan Syifa yang pecinta kopi dengan Iced Cappucino Caramelo.

Keduanya bergegas melaksanakan tugasnya masing-masing.

Sampai dipenghujung antrian, Fany mendapat gilirannya. Fany memilih 12 rasa donat kesukaan dirinya dan sahabat tengilnya itu. Saat memilih donat, dirinya tak jarang menyenggol orang di belakangnya tapi hanya direspon dengan kata "sorry sorry" oleh Fany tanpa menoleh sedikitpun kearah orang di belakangnya. Setelah selesai tugasnya, Fany kembali ke mejanya yang sudah ada Syifa yang duduk di sana menyeruput minumannya sambil memainkan iphonenya.
Keduanya melahap donat pilihannya dan menyeruput minumannya.

Ditengah aksi makannya itu, tiba-tiba laki-laki bertubuh tinggi dengan rambut lucu seperti tokoh idolanya Syifa-Mario Maurer, alisnya yang tebal, pipinya yang bolong ketika dia tersenyum, dan bola mata hitam pekatnya yang mampu membuat Fany mematung sesaat sampai tangan laki-laki itu mendarat di bahu Fany sehingga membuat kesadaran Fany kembali sepenuhnya dengan mata beberapa kali mengerjap. Kebodohan Fany itu dihadiahi injakan di kakinya oleh sepatu Syifa dari kolong meja. Yang diinjak hanya menggigit bibirnya menahan agar pekikannya tidak terdengar oleh laki-laki di hadapannya. Setelah sadar, Fany menormalkan detak jantungnya terlebih dahulu sebelum bertanya kepada laki-laki yang dengan seenaknya memegang bahunya "hmm, ada apa ya ? Apa kita pernah kenal atau bertemu sebelumnya ?" pertanyaan Fany itu dilontarkan dengan nada sedikit ketus.

Laki-laki itu tersenyum sehingga menampilkan pipi bolongnya. "Kita belum kenal kok, Faisal Adrian Demian" ucapnya dengan tangan kanan terulur ke arah Fany. Fany yang melihat itu melotot tak percaya namun tetap meraih tangan kanan laki-laki itu dengan tangan kanannya.

"Tiffany Aprilia Atmaja"

Keduanya langsung melepaskan salaman itu dan laki-laki itu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan memberikannya kepada Fany. "Makasih ya, dan semoga luka di siku lo cepat sembuh" laki-laki itu tersenyum dan meninggalkan Fany.

Fany yang masih menatap sapu tangan merah muda miliknya yang diberikan laki-laki berlesung pipi itu bergantian dengan punggung laki-laki tadi yang perlahan menjauh dan hilang di kerumunan orang-orang.
Syifa yang lagi-lagi melihat kebodohan sahabatnya itu, langsung menepuk jidatnya yang tak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya yang lemot itu.

"Fan, gua tau cowok itu ganteng tapi bisa kan lo sembunyiin tampang mupeng lo itu ?"

"Hah! Cip gua keliatan banget ya mupengnya ?" teriak Fany heboh.

Syifa meletakkan jari telunjuknya di mulut Fany, membuat Fany seketika terdiam.
"Sssttt! Malu-maluin aja ih. Tenang Fan tenang. Ceritain ke gua dengan detail apa maksudnya cowok tadi. Dan kenapa sapu tangan lo bisa ada di dia ?"

"Cip, gua juga gatau kenapa sapu tangan gua bisa ada di dia. Dan kenap- kenapa dia tau siku gua luka ?" dengan raut bingung Fany menjawab pertanyaan Syifa. Tapi Fany masih terus berpikir.

"Coba lo inget-inget lagi, pernah ga ketemu dia sebelumnya ?" bantu Syifa untuk Fany mengingat-ingat tentang cowo itu.

Fany memasang tampang berpikirnya. Dengan jari jempol dan telunjuk mengelus-elus dagu. Dan akhirnya Fany ingat kapan dia bertemu laki-laki itu.
"Gua inget cip, gua ketemu tuh cowok seminggu yang lalu" Syifa yang meneliti perkataan Fany dengan kerutan di dahi "berarti tepat ketika lu ke rs dong ?"

Fany tersenyum "iya bener, gua ketemu tuh cowok emang di rs. Gua ngasih sapu tangan gua soalnya darah di siku gua masih ngalir aja terus gua nyenggol bahu dia alhasil darah gua nyiprat ke bajunya terus gua kasih deh sapu tangan gua buat ngelap darah di bajunya tapi abis ngasih itu, gua tinggalin dia begitu aja. gua ga begitu engeh kalo dia seganteng tadi cip. Ya ampun dia cute banget kan cip ?" dengan binar di mata Fany ketika menceritakan itu.
Syifa yang mendengar penjelasan Fany hanya manggut-manggut dan Syifa juga menyadari kalo laki-laki itu memang mirip dengan idolanya itu "iyah mirip Mario Maurer, Fan"

Setelah menghabiskan donat dan minumannya dengan ngobrol tentang laki-laki itu juga hal-hal lainnya. Fany dan Syifa memutuskan untuk pulang karena langit juga sudah mulai gelap. Syifa melakukan kewajibannya untuk mengantar Fany ke rumahnya dengan selamat sebelum dirinya sendiri pulang ke rumah.

Tanpa Syifa sadari, Fany yang duduk di belakang tak henti-hentinya tersenyum sambil mencium sapu tangan merah mudanya yang dua kali lebih wangi dari biasanya karena parfume yang melekat di sapu tangannya itu berbeda. Parfume itu sangat maskulin dan menurut Fany sangat pas memasuki penciuman hidungnya. Untuk pertama kalinya Fany merasakan sesuatu yang berbeda di dalam dirinya lebih tepatnya di hatinya.
.
.
.
.
.
Boleh ngasih kritik dan saran kok!
Jangan lupa jejaknya ya :)

The bloodsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang