Selesai nonton, sepasang kekasih itu langsung pulang. Dan di dalam mobil yang mengalir bukanlah obrolan tentang review film yang mereka tonton. Ya, kegiatan ini rutin mereka lakukan selama mereka kenal. Namun kali ini berbeda. Obrolan itu mengenai Fany.
"Kenapa kamu bohong sama aku yan ?" pertanyaan Vanesha sudah ada dipikiran Faisal. Ya, Faisal tau bahwa Vanesha akan mengajukan pertanyaan itu. Faisal tau bahwa Vanesha pasti mengetahui kalau dirinya berbohong.
"Aku cuma gamau kamu membesarkan masalah kecil. Lagian aku gamau dipertemuan pertama kamu sama Fany jadi ga bagus"
"Kamu yang ngebuat semuanya jadi ga bagus"
"Dia suka sama kamu yan, kamu sadar gak sih ?!" suara Vanesha naik 1 oktaf dari sebelumnya. Faisal menyadari ada emosi di dalam perkataan Vanesha
"Ya terus aku harus gimana kalo dia suka sama aku ?"
"Kamu masih nanya yan ? Kamu harus jahuin dia yan" Faisal menatap tak percaya ke arah Vanesha. Faisal tak mungkin menjauhi Fany. Faisal telah berjanji untuk melindungi Fany.
"Gak bisa cha"
"Kenapa ? Kamu suka juga sama dia ?" pertanyaan Vanesha seperti memukul telak hati Faisal. Sejauh ini Faisal hanya berniat melindungi Fany. Faisal tak menyadari bahwa rasa di hatinya bukan hanya sekedar ingin melindungi. Faisal tak dapat menjawab pertanyaan Vanesha. Dia ragu akan hatinya.
"Kan kamu ga bisa jawab. Pokonya aku gamau tau. Aku mau kamu jauhin dia" ucap Vanesha final. Tanpa sadar keduanya sampai di depan gerbang rumah Vanesha. Setelah mengucapkan kalimat itu Vanesha langsung keluar dan membanting pintu mobil Faisal kencang. Tanda bahwa dirinya marah.
Faisal langsung pulang ke rumahnya, masuk ke dalam kamarnya menenangkan pikirannya. Bertanya kepada hatinya apa yang diinginkan hatinya.
Ya, Faisal menyadari bahwa Faisal bukan hanya sekedar nyaman berada di samping gadis mungil itu. Bukan hanya ingin melindungi tapi ingin memiliki. Bahkan Faisal merasa lebih dekat dengan Fany daripada pacarnya sendiri yang bersamanya selama 2tahun. Entah sejak kapan Faisal suka kepada Fany. Mungkin sejak saat pertama kali Faisal bertemu, Faisal sudah suka terhadap gadis mungil yang darahnya terciprat di bajunya. Yang Faisal bingungkan adalah hatinya yang juga tak bisa melepaskan Vanesha yang selama 2tahun telah mengisi hari-harinya. Faisal masih harus memikirkan keputusan yang akan di ambilnya. Faisal tak ingin menyakiti dua wanita yang di sayanginya. Katakanlah Faisal brengsek. Tapi memang itu kenyataannya. Hanya saja Faisal harus meneguhkan pilihannya.
°•°•°•°•°•°
Bintang menghampiri adik perempuannya yang tengah tengkurap di atas kasurnya dengan piyama hello kitty. Fany langsung membalikan badannya ketika menyadari kehadiran Bintang. Bintang langsung duduk di sebelah Fany yang kepalanya sejajar dengan pinggang Bintang.
"Dek, jangan bertindak terlalu jauh kalo kamu ga kuat terima risikonya" ucap Bintang sambil mengelus puncak kepala Fany.
"Ka bi, Fany gatau apa yang harus Fany perbuat"
"Fany tau kan kalo ical punya pacar. Gimana rasanya kalo Fany yang ada di posisi pacarnya ical ?" Fany terdiam meresapi kata-kata Bintang. Ya, Fany tahu. Tapi Fany tak bisa membohongi perasaannya. Fany sayang sama Faisal. Fany cemburu melihat Faisal bermesraan sama pacarnya.
"Udah gausah terlalu dipikirin. Let it flow aja. Biar waktu yang menjawab semua kebingungan kamu"
"Sekarang kamu istirahat" Bintang menarik selimut sampai dada Fany. Bintang mengecup kening Fany lama. Tanda akan kasih sayangnya kepada adik perempuan satu-satunya.
"Makasih ya ka" Bintang mengangguk dan tersenyum.
Kemudian Bintang menyalakan lampu tidur berbentuk kepala hello kitty di atas meja di samping kasur Fany. Bintang berjalan mematikan lampu utama kamar Fany dan keluar meninggalkan kamar Fany.
Bintang sangat menyayangi adik perempuannya. Bintang tak mau adik perempuannya terluka. Cukup tubuh mungilnya saja yang sering terluka dan mengeluarkan banyak darah, hatinya jangan.
°•°•°•°•°•°
Pagi-pagi sekali Fany sudah bangun. Menuruni tangga menghampiri mamahnya yang sedang memasak untuk sarapan.
"Pagi mah" Fany mengecup pipi mamahnya singkat.
"Pagi sayang, tumben hari libur bangun sepagi ini" ya, ini hari sabtu. Jarang sekali Fany bangun pagi di hari libur.
"Mamah ga liat aku udah pake training gini" Sella memperhatikan penampilan anaknya. Yang menggunakan atasan berupa kaos berlengan panjang berwarna abu-abu dengan gambar logo adidas berwarna hitam di bagian tengah kaos, celana training panjang berwarna pink dengan 3 list berwarna putih di sisi kiri dan kanan celananya, juga sepatu berwarna silver dengan aksen berwarna hitam. "Mau lari pagi ?" Fany mengangguk semangat.
"Sama siapa ?" tanya Sella lagi.
"Sama Syifa" terdengar bel di rumah Fany. "Nah, itu pasti Syifa. Fany berangkat ya mah"
"Hati-hati sayang"
"Iya mah"
Fany berjalan membuka pintu rumah dan menampilkan sosok Syifa. "Udah siap ?" tanya Syifa kepada Fany.
"Udah, yuk" keduanya langsung berjalan keluar rumah Fany.
Dan langsung memulai lari-lari kecilnya sambil mengobrol. Keduanya memang sudah janjian semalam untuk jogging di sekitar perumahan Sun Flowers. Sudah lama sekali mereka tidak jogging seperti ini.
"Fan, wisudaan nanti kebayanya mau jahit atau beli ?" tak terasa 1bulan lagi mereka akan melaksanakan Ujian Nasional dan setelah UN selesai, pelepasan murid kelas 12 angkatan Fany diadakan.
"Gua jahit aja deh kayanya cip, takut ga pas kalo beli. Lagian pengen desain sendiri juga sih bajunya"
"Gua beli aja deh, males ribet gua mah" Fany terkekeh mendengar alasan sahabat tengilnya itu.
"Lo jadi mau ambil pendidikan matematika di UNJ cip ?"
"Iya jadi Fan, nunggu pengumuman SMPTN dulu. Nanti kalo ga lolos gua mau ikut SBMPTN. Kalo ga lolos juga ikut mandiri deh" dengan semangat Syifa mengucapkannya. Tapi Fany yakin, Syifa tak akan melalui seleksi dengan ujian mandiri. Syifa merupakan salah satu murid Paradhita yang pandai, ya meskipun tidak sepandai Fany yang juga rajin. Tapi Syifa pasti berjuang demi keinginannya itu.
"Lo sendiri yakin kalo keterima FK unpad mau di ambil ? Lo siap ninggalin jakarta ? Siap ninggalin orang-orang terdekat lo disini ?" pertanyaan Syifa sukses membuat Fany termenung. Apakah dirinya siap meninggalkan Jakarta ? Siap ninggalin mamah ? ninggalin ka bi ? Ninggalin Syifa ? ninggalin Faisal ? Pertanyaan tersebut terngiang di otak Fany. Kenapa nama Faisal masuk di list orang-orang yang tak rela untuk Fany tinggalkan ? Apa iya Fany tak rela jika harus meninggalkan Faisal ?.
Syifa menepuk bahu Fany "pikirin lagi nanti".
KAMU SEDANG MEMBACA
The bloods
Teen FictionDarah ? Banyak dari kalian yang phobia akan dirinya bukan ? Aku bukan takut akan dirinya, tapi aku benci! Sampai ketika kamu datang dan mengubah semua persepsiku tentang darah. Darah sama kamu tidak beda jauh dimataku, sama-sama sering hadir dalam (...