Fany sudah bisa beraktifitas kembali. Hari ini Fany diantar Bintang ke sekolah. Dan Bintang juga berjanji akan menjemputnya.
Kelas 12 IPA 1 sedang dalam pelajaran Sejarah berasama Bu Sakinah.
"Jadi apa alasan golongan muda menculik Ir. Soekarno ke Rengasdengklok ?" pertanyaan Bu Sakinah langsung membuat anak-anak memfokuskan pandangannya kepada buku paket sejarah dan mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan Bu Sakinah.
Di tengah-tengah keheningan, celetukkan Jeki memecahkan keheningan tersebut.
"Pengen dapet uang tebusan bu, kaya di sinetron rcti" seketika kelas memuntahkan tawanya. Hilang sudah keheningan yang tadi tercipta.
"Jeki!" bentakan Bu Sakinah membuat kelas kembali hening. Karena Bu Sakinah adalah tipikal guru yang adem ayem dan jarang marah. Sekalinya marah maka membuat muridnya takut. Dan beranggapan mungkin hari ini Bu Sakinah sedang kedatangan tamu bulanannya.
"Bisakah kamu serius ? Kalau tidak ingin berada di kelas ibu silahkan keluar! Ibu tidak rugi jika kamu keluar dari sini." Jeki langsung menunduk. Dan merasa celetukannya salah waktu.
"Bu, maaf ya. Saya ga ulangin lagi" Bu Sakinah tak merespon permintaan maaf Jeki. Dia melanjutkan kembali pelajarannya.
"Jadi siapa yang bisa menjawab pertanyaan yang ibu ajukan tadi ?" pertanyaan Bu Sakinah langsung direspon dengan acungan tangan oleh Fany. Dan kalian pasti pernah merasakan moment seperti ini. Moment dimana semua mata tertuju pada kamu. Menantikan jawaban yang keluar dari mulut kamu. Ya, Fany sering sekali merasakan moment seperti ini.
"Ya Tiffany, sebutkan jawaban kamu"
"Karena golongan muda ingin meminta Ir. soekarno untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia"
"Ya, beri tepuk tangan untuk jawaban Fany" tepat setelah tepuk tangan anak-anak berhenti, bel istirahat berbunyi.
"Kita sudahi pembelajaran hari ini. Terimakasih dan sampai jumpa" Bu Sakinah langsung pergi meninggalkan kelas Fany, dan langsung disusul oleh seluruh murid kelas 12 IPA 1. Termasuk Fany dan Syifa yang sudah keluar kelas menuju kantin.
"Cip, rame banget. Gua takut" lengan Syifa ditahan oleh Fany ketika Fany melihat isi kantin yang penuh dengan orang-orang lapar.
"Yaudah deh lo tunggu sini aja, biar gua yang pesenin. Nanti kita makan di kelas aja" Fany mengangguk dan duduk di bangku yang terletak di depan kelas 10 MIA 3 yang kelasnya persis berada di samping kantin. Syifa langsung berbaur dengan keramaian kantin.
Fany mengambil iphone di saku roknya dan mengecek notifikasi apa saja yang masuk ke dalam ponselnya itu. Karena sejak dia masuk rumah sakit, dia belum sempat menjamah ponselnya itu.
Ada 183 dari line, 78 panggilan tak terjawab.
Isi dari line hanya grup kelas dan beberapa temannya yang mengucapkan "get well soon", tapi mata Fany terpaku melihat nama Faisal yang berada disalah satu dari sekian banyak orang yang mengirimi Fany pesan. Isi pesan darinya hanya satu kata "maaf". Fany langsung menutup aplikasi linenya dan melihat notifikasi panggilan tak terjawab. Pada hari dimana Fany terluka akibat ulah Vanesha terdapat 8 panggilan tak terjawab dari Bintang, 10 dari Sella, dan di hari pertama Fany dirawat terdapat 18 panggilan tak terjawab dari Faisal, di hari kedua Fany di rawat terdapat 17 panggilan tak terjawab dari Faisal, dan di hari Fany pulang dari rumah sakit terdapat 12 panggilan tak terjawab dari Faisal, dan pagi tadi Faisal sudah menelfonnya sebanyak 13. Fany sempat termenung beberapa saat memikirkan kemungkinan alasan Faisal menelfon Fany. Apa iya Faisal khawatir terhadapnya ?, apa iya Faisal merasa bersalah ?, apa iya Faisal ingin meminta maaf terhadapnya ?. Intinya untuk saat ini Fany belum siap untuk berkomunikasi dengan Faisal, apalagi bertemu. Fany masih butuh ketenangan. Fany tak mau pertemuannya dengan Faisal memberikan dampak buruk lagi terhadap dirinya. Dia sudah tak mau membuat orang-orang yang di sayanginya sedih karena khawatir terhadap dirinya. Lamunan Fany buyar ketika Syifa berdiri di depan wajahnya dengan 2 roti bakar yang di bungkus dengan plastik mika, dan 2 cup plastik berisi jus stroberi dan es cappucino. Fany langsung bangkit dan membantu Syifa membawa sebagian makanannya. Keduanya berjalan menuju ruang kelasnya.
Keduanya duduk di bangkunya masing-masing. Fany menyeruput jus stroberinya. Dan ketika hendak menyuapkan roti bakarnya, tangannya melayang di udara ketika mendengar pertanyaan Syifa.
"Gimana sama ical, Fan ?" Fany menghempaskan tangannya. Dan menaruh kembali potongan roti bakarnya.
"Hati gua belum siap ketemu dia" Syifa mengusap bahu Fany tanda menguatkan.
"Jangan dipaksain kalo ga mampu. Jangan biarin tubuh dan hati lo sakit lagi" ucapan Syifa seakan memperingati Fany dengan tepat. Ya, Fany tak akan membiarkan tubuh dan hatinya sakit lagi dengan masuk ke dalam hubungan Faisal dan Vanesha.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
The bloods
Teen FictionDarah ? Banyak dari kalian yang phobia akan dirinya bukan ? Aku bukan takut akan dirinya, tapi aku benci! Sampai ketika kamu datang dan mengubah semua persepsiku tentang darah. Darah sama kamu tidak beda jauh dimataku, sama-sama sering hadir dalam (...