Faisal dan Vanesha tiba di rumah Fany. Keduanya keluar dari mobil menuju pintu rumah Fany. Faisal mengetuknya dan menampilkan sosok Fany dengan dress selutut berlengan pendek berwarna pink soft, lengkap dengan tas slempang dan flatshoes berwarna putih, rambut Fany yang panjang di curly dan Fany menggunakan bandana di puncak kepalanya. Wajahnya dipoles dengan bedak tipis dan bibirnya dioleskan lipgloss. Rambutnya yang panjang dikuncir dengan mengambil sebagian rambut kanan dan kiri yang diikat di tengah. Fany sangat manis dengan penampilannya ini. Faisal tak menyangka gadis mungil ini bisa terlihat semanis ini. Faisal mengamati penampilan Fany dengan lekat. Membuat Vanesha yang berdiri di sebelahnya berdeham. Dehaman itu langsung membuyarkan pikiran Faisal, Faisal langsung mengalihkan pandangnya ke arah Vanesha.
"Cha, kenalin ini Fany. Fan ini Vanesha" kedua gadis itu bersalaman seraya menyebutkan namanya masing-masing lengkap dengan seyuman formal keduanya.
Vanesha merasa Fany sangat cantik. Fany imut dengan penampilannya ini. Vanesha merasa kalah dalam hal penampilan. Sampai-sampai tadi Vanesha memperhatikan Faisal yang memandangi Fany dengan tatapan terpesonanya. Vanesha sedikit kesal melihat pemandangan tadi.
"Kita jalan sekarang yuk" ajakan Faisal direspon anggukan oleh kedua gadis di depan dan di sampingnya.
Faisal memasuki bagian kemudi, Vanesha di samping Faisal, dan Fany di belakang. Fany tak mempermasalahkan itu. Karena dirinya sadar kalau dirinya diundang bukan tuan rumah yang punya acara.
Di dalam mobil terjadi canggung luar biasa. Fany bertekad tidak akan bicara jika dirinya tak diajak bicara. Jadi Fany menyibukan diri dengan iphonenya.
Faisal juga mendadak kehabisan kata-kata. Akhirnya setelah menunggu beberapa menit, suara Vanesha memecahkan keheningan diantara mereka.
"Yan, ko di dashboard mobil kamu banyak permen yupi ?" Vanesha sedang membuka dashboard mobil Faisal dan menemukan banyak sekali permen yupi. Fany yang mendengar pertanyaan itu langsung menengadahkan kepalanya. Dirinya merasa tak enak hati. Fany juga tak apa jika Faisal harus berbohong ketika menjawab pertanyaan Vanesha. Karena dia tak ingin permasalahan kecil ini jadi besar jika Faisal berkata jujur. Kalian pasti tahu bahwa wanita lebih sensitif jika pacarnya peduli terhadap wanita lain.
"Kamu jalan sama keponakan kamu minggu-minggu ini ?" pertanyaan Vanesha keluar lagi ketika pertanyaan pertamanya tak di balas oleh Faisal. Fany merasa jantungnya berdegup kencang menunggu jawaban Faisal.
"Iya, dua hari yang lalu Lala sama Lulu main ke rumah. Terus tante Anis nyuruh aku ajak mereka jalan-jalan" Fany tak tahu apakah Faisal jujur atau bohong. Tapi dia bersyukur ketika Faisal tak menjawab bahwa Fany yang memintanya untuk menyetok permen yupi di mobilnya. Namun berbeda, Vanesha mengetahui bahwa pacarnya sedang berbohong. 2 tahun menjalin hubungan dengan Faisal membuat Fany hafal gerak geriknya. Termasuk saat ini. Faisal berbohong pun dia tahu, karena ketika Faisal sedang menyembunyikan kebohongan Faisal akan mengusap usap hidungnya. Tapi Vanesha tak mempermasalahkan itu. Vanesha hanya mengangguk mendengar jawaban Faisal.
°•°•°•°•°•°
Faisal sudah membeli 3 tiket, mereka sedang mengelilingi mall sambil menunggu putaran film yang sesuai dengan tiket yang dibelinya.
"Cal, kita ke timezone dulu ya. Tadi ka Bintang bilang kalo dia juga lagi disini sama temennya" pinta Fany kepada Faisal. Faisal meminta pendapat Vanesha lewat matanya. Dan dibalas anggukan oleh Vanesha.
Di depan pintu masuk timezone mereka menunggu Bintang. Sampai tiba Bintang datang dengan sekotak permen yupi ditangannya. "Nih buat lo nona yupi addict" Fany merutuki kebodohan kakak laki-lakinya ini dalam hati. Kenapa mulutnya itu tak bisa diajak kompromi sih. Fany jadi merasa tak enak. Fany juga melihat raut wajah Faisal dan Vanesha yang mendadak berubah. Namun Fany tak mau ambil pusing dan tak mau moment ini semakin lama. Sehingga dengan cepat Fany meraih yupi dari tangan Bintang lalu memperkenalkan Vanesha kepada Bintang.
"Ka bi, kenalin ini Vanesha pacarnya ical"
"Oh ical udah punya pacar toh. Gua Bintang kakanya Tiffany" ucap Bintang sambil mengulurkan tangan kanannya yang langsung diraih oleh Vanesha.
"Vanesha" ucap Vanesha dengan senyum sopan ke arah Bintang.
"Yaudah yuk main di dalem, nih gua udah beli koin tadi" Bintang langsung membagikan koin yang dibelinya kepada Fany, Vanesha, dan Faisal.
Mereka bermain bersama. Moment romantis antara Faisal dan Vanesha banyak terjadi di sini. Fany merasa moment romantis mereka sengaja dibuat-buat oleh Vanesha. Vanesha yang sepertinya enggan melepas pelukan di lengan Faisal. Juga ketika Faisal bermain basket duel dengan Bintang, Vanesha mengelap keringat Bintang dengan handuk kecil yang Fany yakini itu hanya dibuat-buat karena menurut Fany mana mungkin bermain basket di game dan di ruangan ber-AC bisa berkeringat. Dan lagi seperti saat Faisal berhasil mendapatkan boneka dari mesin pengambil boneka dengan alat canggih seperti tangan yang terbuat dari besi, Vanesha langsung memeluk Faisal tanpa ragu dan tanpa malu. Faisal juga mengelus-elus puncak kepala Vanesha dengan senyuman. Hati Fany tak kuat melihat itu semua. Fany jengah, Fany sakit. Fany melihat ke arah Bintang yang ternyata juga memperhatikan kemesraan sepasang kekasih itu. Dengan pandangan memohon Fany menatap Bintang. Bintang yang mengerti akan isyarat yang diberikan adik perempuannya itu, Bintang langsung menganggukkan kepalanya. "Cal, gua sama Fany harus pulang duluan kayanya. Tadi nyokap nelfon"
"Tapi ka, Fany belum nonton" ucap Faisal seakan menahan Fany untuk tetap bersamanya.
"Lain kali aja ya cal, kasian mamah udah nungguin di rumah" kali ini Fany yang bicara. Faisal mengangguk pasrah.
Fany dan Bintang pamit kepada Faisal dan Vanesha.
Setelah kepergian kakak dan adik itu. Vanesha langsung berkata "Fany suka sama kamu yan". Mendadak bahu Faisal menegang ketika mendengar pernyataan pacarnya itu. Namun dengan cepat Faisal menormalkan tubuhnya dan tak merespon pernyataan pacarnya. Faisal menggandeng tangan Vanesha dan berjalan menuju bioskop.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
The bloods
Teen FictionDarah ? Banyak dari kalian yang phobia akan dirinya bukan ? Aku bukan takut akan dirinya, tapi aku benci! Sampai ketika kamu datang dan mengubah semua persepsiku tentang darah. Darah sama kamu tidak beda jauh dimataku, sama-sama sering hadir dalam (...