raifgan 11

601 24 4
                                    

setelah kepergian afgan dan rosa, pevita mendekati raisa lalu duduk di dekat raisa berbaring "ka raisa bisa buka mata sekarang, ka afgan udah keluar" ucap pevita, raisa membuka matanya pelan lalu menatap pevita

"kaka jahat ya ?" tanya raisa, matanya berlinang sudah dari tadi raisa menahan semuanya

pevita menggeleng pelan "kaka, jangan lakuin ini kasian ka afgan" pinta pevita yang ikut menangis

"kaka harus gimana ? kaka ga sanggup liat afgan sedih apalagi karna kaka" ucap raisa sedih, pevita memeluk raisa mencoba menenangkannya

"raisa" lirih afgan. tanpa diketahui pevita dan raisa, afgan kembali masuk ke ruang rawat raisa bersama rosa untuk mengambil kunci mobil namun mereka kaget saat melihat pevita memeluk raisa yang sudah sadar dari koma nya

"kaka bukan wanita sempurna, kaka ga bisa memberikan penerus untuk afgan. kenapa kaka ga mati aja, kenapa kaka harus kembali kalau kesedihan yang kaka bawa" ucap raisa dengan erangan di tengah tangisannya, pevita mengusap pundak raisa iba

"ya Tuhan" afgan terduduk di lantai begitu mendengar perkataan raisa yang tidak ingin hidup lagi

pevita dan raisa menoleh ke sumber suara yang ternyata adalah suara afgan, tangis raisa semakin keras begitu melihat afgan yang terduduk di lantai

"afgan" rosa membantu afgan berdiri

''afgan... ma af" lirih raisa, afgan menatap raisa yang masih menangis lalu berjalan mendekati raisa

pevita mengajak rosa untuk keluar dari ruangan membiarkan afgan dan raisa berdua

afgan menghapus airmata raisa, menatap mata raisa dalam, tangannya terangkat mengusap puncak kepala raisa dan wajah afgan mendekat mencium kening raisa "aku yang harus minta maaf, bukan kamu. kamu ga salah" ucap afgan, raisa menggeleng 

"aku yang salah, ma.. af" tangis raisa kembali pecah, afgan menarik tubuh raisa memeluknya erat agar raisa tenang

"aku ga bisa hamil lagi afgan, aku ga akan jadi wanita sempurna" afgan menggeleng cepat lalu menempelkan jari telunjuknya di bibir raisa"jangan bilang seperti itu sayang, buat aku kamu sempurna sayang. ga ada wanita yang sesempurna kamu buat aku" mendengar perkataan afgan bukannya membuat raisa merasa lebih baik namun membuat raisa marah

"sempurna ! sempurna apanya ? wanita sempurna saat menjadi istri dan jadi ibu gan, bukan seperti aku yang ga bisa menjadi ibu. aku mau mati aja" raisa menarik infus yang menempel di tangannya

"raisa jangan" afgan menghentikan raisa yang mencoba melepaskan infusnya. afgan memeluk raisa erat sementara raisa memberontak di dalam dekapan afgan, tangannya memukuli afgan mencoba lepas dari dekapan afgan

"lepas lepas, afgan lepas! aku mau mati aja. afgan lepas !" teriak raisa, namun afgan tak menghiraukannya. afgan semakin erat memeluk raisa membuat raisa sama sekali tak bisa bergerak

kini tangisan sudah tidak terdengar lagi, perlawanan raisa pun terhenti kini hanya terdengar nafas raisa yang semakin teratur sementara afgan masih pada posisinya memeluk raisa "aku akan selalu ada buat kamu, sekarang, besok dan selamanya. aku ga perduli bagaimana seorang wanita menjadi sempurna. yang aku tau, kamu sempurna. milikin kamu adalah kesempurnaan yang aku dapatkan, aku cinta kamu raisa" ucap afgan berbisik 

afgan melepaskan raisa dari dekapannya lalu menangkup wajah raisa dengan kedua tangannya "jangan bicara seperti itu lagi, ok " raisa mengangguk pelan walau hatinya masih sedih tapi perkataan afgan membuatnya lebih baik



GARIS TUHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang