raifgan 9

610 25 3
                                    

Afgan berjalan pelan mendekati raisa yang masih terbaring lemah, bahkan ada banyak alat medis yang menempel pada tubuh raisa

"sa yang" afgan membelai puncak rambut raisa, lalu mengecup kening raisa

Afgan menarik kursi lalu duduk, tangannya menggenggam tangan raisa "maaf" hanya kata itu yang afgan ucapkan, tidak sanggup melihat wanita yang dicintainya terbaring tak sadarkan diri

"pak afgan" ucap dokter deni, afgan menoleh ke dokter deni

"ada yang harus saya bicarakan dengan pak afgan"

"bicara saja dok, saya tidak mau meninggalkan istri saya sendiri lagi"

"saya harus menyampaikan ini pada pak afgan, istri pak afgan mengalami kecelakaan yang parah dan menyebabkan kehilangan janinnya" jelas dokter deni, afgan menutup matanya saat dokter deni menjelaskan, sakit. Seperti ada yang memukul dada afgan dengan keras

"dan satu hal lagi yang pak afgan harus tau"

"apa dok ?"

"bu raisa tidak bisa hamil lagi" ucap dokter deni pelan

Afgan menatap dokter deni tak percaya "ma maksud dokter"

"karna kecelakaa itu, bu raisa tidak bisa hamil lagi"

"raisa" afgan menangis histeris, belum reda sedihnya karna raisa belum sadar dan perginya buahhati yang di nantinya, kini afgan harus menghadapi cobaan lagi yang sangat berat

Afgan beralih menatap raisa "bagaimana aku jelasinya ke kamu sayang, aku sendiri tidak sanggup menerima keadaan ini"

*****
Sudah 1 minggu raisa koma, dan selama itu afgan setia menemani raisa.

"permisi" ucap rosa mengetuk pintu  ruangan rawat raisa, afgan menoleh ke pintu

"rosa, masuk" suruh afgan, rosa masuk dan berjalan mendekat ke afgan yang sedang duduk di dekat raisa berbaring

"gimana keadaan raisa ?" tanya rosa meletakkan buah-buahan yang ia bawa lalu berdiri di sebelah afgan

Afgan menatap wajah raisa yang damai "dia belum mau bangun, walau dokter mengatakan kondisinya mulai membaik"

rosa berkaca-kaca melihat afgan menangis, betapa cintanya afgan pada raisa 'jangan menangis afgan, ada aku di sini' batin rosa

"di luar masih rame ya sa ?" tanya afgan, rosa mengangguk

"sejak kapan mereka di sana ?" tanya rosa

afgan mengangkat kedua bahunnya tidak tau sejak kapan para wartawan itu menantinya di depan rumah sakit. memang sejak raisa di rawat, afgan tidak pernah meninggalkan raisa, asistennya lah yang mengurus semua keperluan afgan selama di rumah sakit

rosa merasa kasian melihat afgan yang kecapean dan kurang tidur "afgan, kamu pulang aja. biar aku yang jagain raisa, kamu butuh istirahat" ucap rosa, afgan menggeleng. Walaupun afgan memang butuh istirahat tapi afgan tidak ingin sedetikpun meninggalkan raisa, takut bila  saat raisa bangun afgan tidak di dekatnya

"boleh aku tanya sesuatu ?" tanya rosa, afgan mengangguk masih tetap menatap raisa dan menggenggam tangan raisa

"apa yang membuat kamu begitu sedih, padahal dokter sudah memberi tau keadaan raisa mulai membaik

Afgan berdiri menghadap rosa, airmatanya turun dengan sendirinya "aku harus gimana sa ? aku takut, apa yang harus aku jelaskan kalau raisa bangun nanti ?" tanya afgan menatap rosa

"apa yang bikin kamu takut ?"

"raisa ga bisa hamil lagi" tangis afgan pecah, kata-kata itu sangat menyayat hatinya

Rosa kaget tangannya reflek menarik afgan, memeluknya "afgan, udah" ucap rosa menenangkan afgan yang masih terus menangis

raisa menangis, bukan karna saat sadar raisa melihat rosa memeluk afgan tapi karna perkataan afgan 'aku ga bisa hamil' batin raisa

raisa memejamkan matanya lagi, belum sanggup untuk melihat wajah sedih afgan 'afgan maaf'

***

so sad hiks hiks, mau lanjut ?

GARIS TUHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang