raifgan 8

618 27 4
                                    

"apa aja ya ?" pikir raisa, sekarang raisa sedang berada di minimarket yang tak jauh dari rumahnya untuk memberi beberapa makanan kecil

"terimakasih mbak" ucap raisa sopan setelah membayar belanjaannya

Raisa keluar dari minimareket, pandangan raisa mengangkap seorang anak kecil yang akan menyebrang namun dai arah kiri ada sebuah mobil yang melaju dengan cepat

"ade awas" teriak raisa melepaskan belanjaannya dan berlari sambil memegangi perutnya

Raisa menarik anak kecil itu hingga membuat anak itu terjatuh ke pinggir jalan, namun...

"aaaaa" teriak raisa dan tubuh raisa terlempar karna tertabrak mobil

****

"his" afgan berdecak kesal, sudah berkali-kali afgan menghubungi raisa namun tidak di jawab, bahkan sudah puluhan sms afgan kirim tapi tidak di balas juga oleh raisa

"kenapa gan ?" tanya rosa menyentuh pundak afgan, saat ini mereka memang sedang dalam satu projek bersama

Afgan menoleh ke rosa "raisa ga bisa dihubungi, aku takut dia kenapa-napa" ucap afgan khawatir

'harusnya perhatian kamu buat aku, seandainya dulu kamu milih aku gan' abatin rosa

"aku pulang boleh ga ya, perasaan aku ga enak soalnya" tanya afgan, rosa menghela nafasnya "kamu pulang aja, temui raisa nanti aku yang bilang ke bang arman" suruh rosa, afgan mengangguk

"makasih ya sa, kamu memang sahabat aku yang baik" ucap afgan lalu pergi, rosa hanya memandangi afgan yang berlari semakin jauh 'terkadang aku berdoa, aku yang berada di posisi raisa. walau itu tidak mungkin' batin rosa

****
"sayang" ucap afgan begitu masuk ke dalam rumah, dengan nafas yang tidak teratur dan kekhawatiran yang menyertainya membuat afgan ketakutan terlebih afgan tidak menemui sosok raisa di rumah

"raisa" panggil afgan di depan rumahnya, karna tak ada jawaban afgan berlari menuju mobil untuk ke rumah orangtua raisa

"mas afgan" panggil bu sindi, tetangga afgan mendekat

"ya bu, ada apa ?"

"mas afgan cari mba raisa kan ?" tanya bu sindi, afgan mengangguk

"iya bu, ibu lihat raisa ?"

"mba raisa di rumah sakit mas, mba raisa kecelakaan"

'deg' jantung afgan seperti berhenti saat mendengar raisa kecelakaan, hanpone yang di tangannya terjatuh dan tubuh afgan melemas

"mas afgan" bu sindi memegangi tubuh afgan yang hampir jatuh

"raisa, raisa" afgan melepaskan lengan bu sindi yang merangkulnya lalu masuk ke dalam mobil dan pergi

Dalam perjalanan menuju rumah sakit pikiran afgan hanya tertuju pada raisa dan anak yang ada dalam kandungan raisa tanpa memperhatikan jalan yang di lalui, bahkan mobil afgan hampir menabrak mobil lain yang melintas

afgan menghentikan mobilnya di depan rumah sakit "pak tolong parkirkan mobil saya" ucap afgan pada security di rumah sakit lalu afgan berlari masuk mencari keberadaan raisa

"suster, diman istri saya" tanya afgan panik

"istri mas afgan di ruang IGD, mas lurus aja nanti di depan belok kiri"

"makasih sus" ucap afgan lalu berlari lagi menuju ruang IGD

airmata afgan mengalir begitu saja saat melihat raisa terbaring tak sadarkan diri "dokter bagaimana keadaan istri saya ?" tanya afgan saat sang dokter keluar dari ruang IGD

dokter deni menunduk "ada apa dok ?" tanya afgan bingung

"istri pak afgan bisa kami selamatkan, tapi___" ucapan dokter deni menggantung

"tapi apa dok ?"

"kami minta maaf pak afgan, kami sudah berusaha tapi kami tidak bisa menyelamatkan anak pak afgan"

"apa" pekik afgan antara kaget dan syok

Afgan terduduk di lantai, kakinya benar-benar lemas "anak ku" afgan menangis, sedih, buah hati yang selama ini di tunggunya kini telah tiada

Dokter deni berjongkok di depan afgan "ada hal yang harus saya bicarakan dengan pak afgan, tentang kondisi istri pak afgan" ucap dokter deni, afgan mendongak

"bisa kah saya bertemu dengan istri saya dok ?" tanya afgan, dokter deni mengngguk "jika pak afgan sudah lebih baik, temui saya di ruangan saya. ada hal penting yang harus saya bicarakan" afgan mengangguk, setelah itu masuk ke ruangan untuk melihat kondisi raisa

GARIS TUHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang