sembilan

14.6K 634 15
                                    

Calum's pov

Gue boong sama Aya. Gue tadi bilang mau langsung pulang setelah cabut dari rumahnya. Nyatanya, gue justru pergi ke tempat sepi sambil nyalain rokok lalu menyelipkannya di antara bibir gue. Iya gue tau gue emang masih kelas sepuluh, masih 15 tahun. Harusnya gue belum boleh ngerokok. Tapi selain rokok, nggak ada hal lain lagi yang bisa bikin gue tenang. Daripada minum minuman yang nggak bener, mendingan ngrokok kan?

Gue juga boong sama Aya soal Papi Mami. Nggak hanya ribut, Papi Mami gue udah cerai dari sebulan lalu. Lucu, ya? Saat gue inget gimana romantisnya mereka dulu dan sekarang mereka udah pisah. Gue nggak ngerasa sedih sebenarnya. Cuma... dengan nggak adanya Mami sekarang, gue ngerasa...--apa, ya.... Kosong. Yang dulunya tiap pagi ada Mami yang selalu ngomelin gue karena ngabisin selai coklat, sekarang udah nggak ada.

Gue ketawa pelan. Mematikan rokok gue, lalu pulang karena udah mau larut malam.

●●●

"Lum!"

Gue nengok saat nama gue diteriakin. Dan mata gue langsung nangkep sosok Aya yang sedang berjalan dengan membawa tumpukan buku.

"Bantuin gue bawa ini," kata dia setelah dekat dengan gue, "masih ada separo di perpustakaan."

"Buku apaan tuh?" tanya gue.

"Buku Bahasa Inggris yang barusan dateng," jawab Aya dengan wajah yang seolah berkata gue-capek-anjing-ini-berat.

Gue ketawa lalu membersihkan keringat yang ada di dahi Aya dengan dasi yang gue pake.

"Apaan sih, jorok lu dasi dipake lap," dia ngejauh.

Gue cuma ketawa.

"Udah sana ke kelas. Kasian gue liatnya."

Lalu dia pergi dan gue jalan menuju perpustakaan seperti yang dia suruh tadi.

Gue nggak tau apa yang gue rasain ke gadis itu. Segala sesuatu dari Aya membuat gue selalu merasa senang saat di dekatnya. Aya itu lucu, apa adanya, nggak jaim, anaknya juga asik. Dia juga cantik, dengan caranya sendiri.

Waktu dia bilang kalo kemarin dia dianterin Ashton, nggak tau kenapa ada perasaan dalam diri gue yang nggak terima, dan sedih.

Halahhh

Kok jadi emo gini sih anjing.

●●●

Seperti kata Aya kemarin, hari ini gue ngajakin dia ke warungnya Bu Inem. Jadi warung Bu Inem ini adalah warung tempat makan yang biasanya gue dan Aya datangi. Kalo biasanya kebanyakan anak seumuran kita mainnya pada di KFC atau McD, kita emang lebih enjoy disini. Soalnya masakan Bu Inem rasanya lebih enak. Menurut gue sih. Nggak cuma itu, harga disini juga jauh lebih murah. Iya, alesan lain emang karena gue sama Aya itu kere.

"Eh, Lum," panggil Aya setelah menenggak habis segelas air mineral.

Gue menatapnya, "Yo?"

"Hp lo... gue kembaliin aja, ya," dia nyerahin hp yang gue kasih kemarin malem ke dia.

"Lah kenapa?"

"Nggak enak aja."

"Elah nggak usah, ambil aja," gue mengeluarkan handphone baru gue dan menunjukkannya pada Aya , "gue udah ada yang baru, kok. Lebih bagus malah. Itu lo ambil aja, mau lo pakek atau mau lo buang, terserah. Yang penting niat gue cuma ngasih itu buat lo."

"Ish. Yaudah deh makasih. Lumayan."

"Sama-sama."

A/n
Malum.in ceritanya makin gaje

in ceritanya makin gaje

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Girls Problem • Calum Hood Fanfiction [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang