Aya's pov
Gue lagi ngutak-ngatik line nya Calum. Eh nggak taunya ada kontaknya Kak Ahston. Gue langsung buka room chat dan ngirim pesan. Ya kan lumayan bisa pdkt.
Denaya : hi ash
Gue nunggu lima menit dulu sebelum Ashton ngebales.
Ashton : Denaya? Sejak kapan gue punya kontak lo?
Denaya : ini gue pake line nya calum, dn nya gue ganti
Ashton : emg calum lg d rmh lo?
Denaya : ga, dia ngasih hp nya k gw
Ashton : oh baik bgt y dia
Denaya : wkwk
(Read)
The power of 'wkwk' -_-
Denaya : eh ash
Ashton : yo?
Denaya : bisa ajarin fisika ga?
Ashton : bisa sih, tp g sekarang
Ashton : lagi sibukDenaya : oh ywd
(Read)
Ih Ashton nyebelin. Gue tadi sih niatnya mau modusin, tapi dia cuma ngrespon kayak gitu. Gue ngelempar hp nya Calum ke bantal. Bete parah.
Tiba-tiba pintu kamar gue terbuka, dan Michael masuk ke kamar gue.
"Kalo mau masuk ketuk pintu dulu kek," gue menggerutu sambil mendudukkan diri di tepi ranjang.
"Ikut gue, yuk," ujar Michael tanpa menghiraukan gerutuan gue.
"Kemana?" tanya gue.
"Beli makanan, Mama nanti pulang telat."
"Ya udah gue ganti dulu. Sana pergi, hus hus," usir gue pada Michael.
"Halah pas kecil juga lo mandinya sama gue."
"Sialan."
●●●
Setelah membawa dua bungkus nasi goreng di tangan gue, gue dan Bang Mike pulang. Gue mengamati jalanan yang ramai setelah malam turun. Saat itu, gue nggak sengaja liat cowok lagi duduk di pinggir jalan dengan sebuah rokok menyelip diantara dua jarinya. Saat gue amati, gue rasanya kenal cowok itu. Dia kayak... CALUM?!
"Bang puter," gue nepuk pundaknya Bang Michael. Dia sedikit memelankan laju motornya dan menengok gue sekilas.
"Apaan?" tanya dia.
"Balik balik. Gue tadi kayak liat Calum."
"Alah Calum aja lo pikirin."
"Tapi, Bang--"
"Iya iya, balik."
Michael memutar balik. Gue menepuk lagi pundaknya untuk berhenti setelah sampai. Gue turun dari motor, menyerahkan nasi goreng pada Michael dan menyeberang jalan.
Saat gue sampai di depan Calum, Calum mendongakkan kepalanya. Wajahnya terlihat terkejut saat menyadari kehadiran gue.
Tanpa ngomong apa-apa, gue ngambil rokok di bibir Calum, membantingnya ke tanah lalu menginjaknya hingga nyaris hancur.
"Sayang anjir, itu masih panjang rokoknya," protes Calum.
"Lo ngerokok?"
Calum nggak menjawab gue, maka gue melanjutkan, "Maksud lo apaan sih ngerokok nggak jelas kayak gini?!"
"Masalah lo apa, sih?"
"Ya gue kan temen lo! Gue nggak mau lo mati gara-gara rokok."
"Nggak usah ngurusin gue, deh."
"Lo kenapa sih, Lum? Kalo ada masalah lo bisa cerita sama gue, daripada ngerokok kayak gini."
"Gue nggak kenapa-napa. Nggak usah ngatur hidup gue, Ya."
"Ya gimana gue nggak ngatur anjir! Lo kan temen gue, sahabat gue!"
"Gue tau, tapi lo nggak harus kayak gini. Gue cowok, ya kan wajar kalo cowok ngerokok."
"Gue harus! Gue peduli sama lo, Lum! Lo kira lo jadi keren kalo ngerokok?!"
"Gue nggak bisa cerita sekarang."
"Serah lo deh! Mati juga lo sendiri kan!"
Gue membalikkan badan. Sebelum pergi, gue ngingetin Calum.
"Mending sekarang lo pulang, belajar, terus tidur. Besok ada ulangan fisika."
Lalu gue pergi, kembali ke Bang Mike yang menatap gue bingung. Gue juga bingung. Bingung sama diri gue sendiri. Temen macam apa sih gue ini. Gimana gue bisa nggak tau kalo Calum ternyata kayak gitu?
*Uttaran detected*
Btw, gue ngga nyangka readers nya udah 1k lebih ashshsjalalshahshshakahskaiwjaabzhsah you're so amazing guys! I lub ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Girls Problem • Calum Hood Fanfiction [COMPLETED]
Fiksi Penggemar"Gue gendut." "Terus apa masalahnya? Gue tetep sayang kok sama lo." Warning : Lot of bad words (18+)