Calum's pov
Tapi pada akhirnya setelah urusan gue sama Luke udah selesai, Aya justru nggak mau balik ke kelas. Kebetulan Luke lagi bawa laptop, terus dia ngajakin Aya buat nonton film. Tentunya cewek itu langsung mau.
Tapi baru setengah film kita nonton, gue denger ada suara guru dari kelas sebelah. Kelas gue.
Lah anjing.
Jangan bilang kalo udah ganti jam lagi.
"Ya," panggil gue. Tapi dia nggak respon. Aya emang kalo lagi nonton film selalu fokus.
"Ay," gue panggil lagi, akhirnya dia noleh.
"Ih ay ay, alay sat!"
"Dengerin kelas sebelah, deh."
"Apaan?" Dia diem sebentar.
"Suara guru?" lanjutnya.
"Kelas sebelah itu kelas siapa...?"
"Bodo amat. Kenapa sih, Lum? Kelas gebetan lo? Udah ah, film nya seru nih."
Iya kelas gebetan gue. Gebetan gue kan lo, Ya.
"Itu kelas kita, Ya," gue jawab dengan ekspresi datar.
"Ya te- EH KELAS KITA! WOI! BALIK LUM BALIK! INI JAM NYA PAK BENO! MAMPUS! MATI GUE MATI!"
Aya berlari keluar kelas. Gue meringis saat melihat pinggulnya terbentur ujung meja. Pasti sakit. Gue akhirnya mengikuti dia. Setelah sampai, kita berhenti di depan pintu kelas yang tertutup.
"Rencana lo apa?" tanya Aya tanpa mengalihkan tatapan horor dari pintu.
Pak Beno, guru Biologi gue, emang terkenal kalo ngasih hukuman selalu yang aneh-aneh, misalnya nyabutin daun pohon mangga yang ada di halaman sekolah gue yang warnanya udah kuning. Susah kan.
"Tenang aja," kata gue, "ada gue, kok."
"Emang kalo ada lo Pak Beno nggak bakal ngasih hukuman?"
"Ya...nggak juga, sih."
"Nggak guna lu."
"Udah ah masuk aja."
"Ya lo duluan dong! Kan lo cowok!"
"Iya iya, ih. Bawel lu."
Perlahan gue mendorong pintu kelas gue. Jantung gue udah nggak karuan mikirin hukuman apa yang dikasih Pak Beno karena telat masuk pas jamnya beliau.
Gue masuk ke dalam, suasana hening seketika dan temen-temen sekelas menatap gue dan aya.
"Assalamualaikum," gue jalan stekul ke arah pak Beno lalu mencium tangannya. Aya juga melakukan hal yang sama.
"Darimana?" tanya beliau, dingin.
"Anu... abis--" gue ngelirik Aya, minta bantuan.
"Abis ke UKS pak! Kepala saya tadi pusing," ujar Aya penuh keyakinan. Hhhh untungnya cewek ini pinter boong.
"Kok berduaan?"
"Saya minta dianterin Calum, Pak. Soalnya nggak kuat jalan sendiri."
"Oh. Ya udah, kalian duduk."
Gue menahan senyum. Yes! Lolos dari hukuman!
"Makasih, Pak," ujar gue dan Aya barengan sebelum kita kembali ke tempat duduk.
●●●
Seperti biasanya, pulang sekolah gini rumah gue sepi banget. Palingan cuma ada Miki, anjing bulldog gue, yang gonggong-gonggong gaje dari dalam kerangkengnya. Yang nempatin rumah ini sekarang emang cuma gue, papi, sama miki. Pembantu juga udah diboyong sama Mami ke rumah lamanya. Mali, kakak gue, tentunya juga ikut Mami.
Setelah berhasil membuka kunci pintu, gue pun masuk ke rumah. Gue melepas seragam lalu pergi ke kamar mandi. Gue capek banget. Pulang sekolah tadi gue masih harus nyari buku sama Aya. Karena udah kesorean, akhirnya kita cuma sempet mampir di 2 toko yang nggak ngejual buku yang kita cari. Sia-sia.
Selesai mandi, gue siap-siap. Setelah memastikan baju sama sepatu futsal gue udah gue masukin ke dalam tas, gue nulis post-note buat papi lalu menempelkannya di pintu kulkas.
"Adek futsal, pi. Pulangnya agak malem."
A/n
Sorry for late update. I got a flu and not in the mood to writing :(
KAMU SEDANG MEMBACA
Girls Problem • Calum Hood Fanfiction [COMPLETED]
Fanfic"Gue gendut." "Terus apa masalahnya? Gue tetep sayang kok sama lo." Warning : Lot of bad words (18+)