Allison memasukkan surat itu ke dalam tasnya sambil tersenyum. Entah ini sudah surat keberapa yang ia dapatkan, ia tak pernah sungguh-sungguh menghitungnya. Bel tanda istirahat baru saja berdering, dan ia berencana pergi ke kantin bersama Luke. Tapi, di mana cowok itu? Dari tadi batang hidungnya tidak nampak juga.
Tiba-tiba, secara kebetulan Luke datang menghampirinya, dengan tiga cowok lain mengekor di belakangnya. “Hai, ayo kita ke kantin!” ajaknya sambil tersenyum.
“Ayo!” balas Allison, lalu ia menutup pintu lokernya dan menguncinya. Ia sempatkan diri berbalik sejenak untuk menyapa cowok-cowok yang datang bersama Luke. “Hai Calum! Hai Ashton! Hai Michael!”
“Halo, Allison!” mereka tersenyum lebar. Kelima anak itu lantas berjalan menuju kantin. Diam-diam Allison mengutuk dalam hati, betapa pendeknya tubuhnya. Dan ia sekarang tampak lebih pendek diapit oleh cowok-cowok setinggi tiang listrik itu. Luke dan Ashton ada di sebelah kanannya, sedangkan Calum dan Michael di sebelah kiri.
Mereka akhirnya sampai di kantin dan menempati meja yang ada di dekat lemari es berisi belasan botol softdrink. Calum dan Luke pergi ke konter, dan kembali beberapa saat kemudian dengan nampan berisi lima piring makanan yang semuanya berisi kentang goreng, sosis, dan nugget ayam, lengkap dengan saus dan mayonesnya.
“Trims,” Allison tersenyum ketika Luke menyodorkan piring makanan kepadanya.
“Sama-sama, Allison,” jawab Luke sambil balas tersenyum. Lalu Calum mengeluarkan suara-suara high pitch ala orang batuk parah, dan Luke harus menginjak sepatu cowok itu supaya ia berhenti bersuara. Ashton dan Michael langsung cekikikan, sementara Allison memutar mata sambil mengedikkan bahunya.
“Hei, Allison, bolehkah aku menanyakan sesuatu kepadamu?” Ashton tiba-tiba bertanya.
“Tentu saja. Kenapa?” Allison balas bertanya sambil mencomot sebuah nugget ayam dan mencelupkannya pada saus.
“Well... apakah ini hanya perasaanku saja, atau kau memang tak punya sahabat cewek? Maksudku, kau sepertinya bersama Luke dua puluh empat jam perhari. Hahaha.”
Allison menghela napas. “Singkat saja jawabannya. Aku lebih nyaman bersahabat dengan cowok. Aku lebih nyaman bersama Luke dua puluh empat jam perhari daripada ikut-ikutan gadis lain pergi ke salon atau berbelanja di butik.”
Lalu, di bawah meja, Michael menginjak kaki Luke, dan tersenyum jahil kepadanya. Luke cepat-cepat menjauhkan kakinya dari kaki Michael, dan mengontrol wajahnya agar tak memerah. Tapi ia memang tak dapat memungkiri kenyataan bahwa kata-kata Allison barusan membuatnya melayang sesaat.
Tiba-tiba, pengeras suara yang ada di kantin berbunyi. Terdengar suara lembut seorang wanita dari sana. Tidak biasanya ada pengumuman saat jam istirahat. Tiba-tiba Luke menggebrak meja.
“Man, kurasa ini pengumumannya!” kata Luke, mata birunya membesar. “Pengumuman band yang terpilih!”
Ekspresi tegang langsung tampak pada wajah keempat cowok itu. Semuanya berdoa. Semuanya berharap. Kantin berubah menjadi sunyi. Semua ingin mendengar pengumuman itu.
“Ya, jadi pada kesempatan ini saya akan mengumumkan band yang terpilih untuk tampil di pesta dansa musim gugur,” kata wanita dari pengeras suara itu.”Dan band yang terpilih adalah...”
Detik-detik yang menyiksa. Waktu seakan diperlambat. Luke menahan napas, dan tiba-tiba di bawah meja ia rasakan sebuah tangan meremas tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anything Could Happen ✖️ hemmings [a.u.]
FanfictionLuke Hemmings tahu bahwa kasus 'jatuh-cinta-terhadap-sahabatmu-sendiri' adalah hal yang teramat klise. Ia sudah bosan mendengar berbagai kisah tentang kasus itu, sebosan ia menunggui Ashton Irwin, Calum Hood, dan Michael Clifford bermain game. Sebos...