A/N: Weyhey readers! Hahaha, tumben ya, ada Author's Note-nya. Well, cuma mau bilang maaf minggu lalu nggak update karena UAS, juga makasih buat 3k+ reads dan 100+ votesnya:) Nggak nyangka deh bakal ada yang mau baca fanfic amatiran begini, lol. Btw, finalleehh, this is the 10th part! Sorry for some randomness and mess, I just got this random inspiration lol x HAPPY READING! Don't forget to tell me what do you think of it. xxx
---------------------------------------
Masih sekitar sebelas jam menuju pesta dansa, tapi pagi ini seisi sekolah sudah dilanda kehebohan. Allison yang tengah berdiri di depan lokernya, langsung membanting pintunya dan berlari menghampiri Luke yang sedang berjalan lambat menerobos keramaian koridor. Berbeda dengan Allison yang tampak penuh histeria, Luke tampak gugup dan tersiksa.
Ada apa gerangan dengan Luke yang pagi ini tampak seperti orang menahan pup? Oh, tenang saja, ia hanya gugup. Tapi wajahnya tetap imut seperti biasa, tetap membuat jantung siapapun yang melihatnya semakin kencang berdegup. Oh, lihatlah beberapa gadis freshman yang berjalan melewati Luke, tersenyum-senyum sendiri dan menahan kagum dalam bibir yang tetap mengatup – tapi maaf, Sayang, hati Luke sudah tertutup, terisi cintanya pada Allison yang meletup-letup.
Oke, mari kita berhenti bersajak, dan kembali pada situasi.
“LUKEEEYYY!” Allison menghambur ke arah Luke dengan lengkingan mautnya dan sepasang matanya yang berbinar terang bak lampu neon.
Gadis itu sedang dalam mood super-baik pagi ini, apalagi mengingat nanti malam pesta dansa akan diadakan dan ia bakal bertemu dengan Tuan Anonimnya. Ya, ia kan sama sekali tidak tahu kalau Tuan Anonimnya kini berada tepat di hadapannya...
“H-hai, Allison,” balas Luke dengan gugup, seraya memasang senyum seadanya.
Ia sedang dalam mood yang agak aneh pagi ini, mengingat nanti malam pesta dansa akan diadakan dan ia bakal tampil bersama band-nya, serta melakukan sesuatu yang besar – sesuatu yang akan menentukan apakah esok pagi ia akan bangun dengan senyum superlebar, atau justru tangisan pilu yang menyedihkan. Ia hanya bisa mengharapkan hal-hal baik akan terjadi kepadanya.
“Yaaayy! Nanti malam pesta dansa, nih!” seru Allison dengan riang. “Aku tidak sabar melihat kau tampil bersama band-mu! Pasti bakal keren banget!”
Luke masih memasang senyum tipisnya, dan sebelum ia dapat berbicara, Allison sudah menyerocos dengan hebohnya.
“Oh, dan aku tidak sabar untuk mengetahui siapa pasanganmu nanti malam! Jangan bilang kalau... pasanganmu sebenarnya adalah Calum!” Allison berkata dengan isengnya – habis, Allison tak pernah melihat Luke benar-benar bicara dengan gadis selain dia. Jadi ia penasaran, siapakah gadis yang akan menjadi pasangan Luke nanti malam.
Kau penasaran ya, siapa pasanganku nanti malam? Coba deh kau pergi ke cermin terdekat dan lihat sosok siapa yang terpantul di sana – itu pasanganku. Luke membatin dalam hati, sembari berusaha meredam rasa gugupnya, juga beban berat yang seakan tergantung di bahunya. Pagi ini tasnya terasa begitu berat, padahal isinya tak terlalu banyak. Namun mungkin karena ada kotak itu – kotak yang membuatnya gugup setengah mati dari tadi.
“Aku juga penasaran dengan pasanganmu nanti malam! Siapa sih, dia?” balas Luke, berusaha terdengar senormal mungkin – walau terus terang, rasanya agak aneh saat mengucapkannya.
Allison tertawa kecil. “Tenang saja Luke, nanti malam aku akan memperkenalkan pasanganku kepadamu. Kau juga begitu, ya? Oke? Kan nanti setelah pesta kita bisa double date, gitu... Hahaha!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Anything Could Happen ✖️ hemmings [a.u.]
FanfictionLuke Hemmings tahu bahwa kasus 'jatuh-cinta-terhadap-sahabatmu-sendiri' adalah hal yang teramat klise. Ia sudah bosan mendengar berbagai kisah tentang kasus itu, sebosan ia menunggui Ashton Irwin, Calum Hood, dan Michael Clifford bermain game. Sebos...