Seperti yang sudah disepakati, pukul empat sore Ama, Emily, dan Lauren datang ke rumah Allison. Ketiganya datang hampir bersamaan, dan Allison yang masih segar setelah mandi, menyambut mereka dengan senyuman lebar. Mereka datang membawa tas-tas kertas yang Allison duga berisi gaun, makeup, dan barang-barang sebangsanya.
Ya, rencananya mereka akan bersiap-siap ke pesta dansa bersama Allison, dan mereka akan membatu Allison berdandan.
“Hei, gaunmu mana, nih?” Ama bertanya pada Allison seraya duduk di tepi tempat tidur. Mendengar pertanyaan itu, Allison langsung menepuk keningnya dengan keras. Astaga, ia belum mencari gaunnya! Bagaimana, nih? Ia langsung dilanda kepanikan selama beberapa detik. Hingga tiba-tiba terdengar suara Emily menyela.
“Eh, ini kotak apaan?” Emily bertanya, menunjuk kotak hitam berpita perak yang teronggok di dekat ransel Allison. Kotak yang sepertinya sudah Allison lupakan sedari tadi.
“Oh!” Allison memekik lalu cepat-cepat mengambil kotak itu. Kalau Emily tidak menanyakannya, pasti ia sudah lupa dengan kotak itu. Allison meletakkan kotak itu di atas meja belajarnya, membuka simpul pitanya, lalu perlahan mengangkat tutupnya dengan agak gugup, penasaran dengan isinya.
Gerakan tangannya terasa lambat, dan begitu kotak itu benar-benar terbuka, gadis itu hanya bisa menahan napas.
“Wow,” ia mendesis, kemudian menyentuh permukaan halus benda itu, sebelum mengangkatnya dan membiarkan bahannya terjatuh secara dramatis, menggantung di udara.
Ini mungkin sepotong gaun terindah yang pernah melihat selama hidupnya. Dengan warna peach yang lembut, bahan superhalus, dan potongan yang simpel namun cantik, gaun itu berhasil membuat Allison terkesima. Dan ia yakin gaun itu akan menempel dengan pas pada tubuhnya.
Ini pasti mahal banget... ia membatin, masih dengan takjub memandang gaun itu. Tiba-tiba ia melihat secarik kertas yang belum ia sentuh, berada di dasar kotak hitam itu. Ia menyampirkan gaun itu pada lengan kirinya, lalu meraih kertas itu untuk membaca tulisan yang ada di sana.
Kenakan gaun ini, dan aku akan dengan mudah menemukanmu, sosok cantik di tengah kerumunan pesta. Sampai jumpa nanti malam! xx Tuan Anonim.
“Hei, Allison! Jadi itu gaunmu, nih? Keren banget!” seruan Lauren membuyarkan Allison dari pikirannya.
“Umm, i-iya, ini gaunku,” jawab Allison, lalu ia terkekeh gugup. Ia masih agak takjub bercampur terkejut. Tapi tiba-tiba ia teringat sesuatu. Mimpi konyolnya itu. Iya, mimpi yang ada Borris Jackman-nya itu. Ia langsung bergidik ngeri dalam hati, tetapi ia segera tersadar akan hal lain – cowok semacam Borris nggak akan punya selera sebagus ini!
“Kau akan tampak luar biasa mengenakan gaun itu!” Emily berkata, ikut mengamati gaun itu dengan wajah terpesona.
Sementara itu, Ama sudah mengeluarkan berkotak-kotak makeup dari tasnya. “Well, aku jadi nggak sabar untuk meriasmu! Kau bakal tampak sempurna nanti malam, aku yakin itu,” ia mengedip pada Allison.
Tapi Allison masih meremas ujung gaun itu dengan gugup. Ia masih tidak percaya, ada seseorang yang bersedia membelikannya gaun seindah ini – yang harganya pasti jauh dari kata murah. Ia masih tidak percaya kalau ada seseorang yang benar-benar mengharapkannya.
Kumohon, kumohon, kumohon... semoga ia adalah seseorang yang benar-benar akan kuharapkan, bukan Borris Jackman atau cowok-cowok semacamnya... gadis itu berdoa dalam hati. Doa yang sepertinya akan terkabul – oh, bukan sepertinya, tapi pastinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anything Could Happen ✖️ hemmings [a.u.]
FanficLuke Hemmings tahu bahwa kasus 'jatuh-cinta-terhadap-sahabatmu-sendiri' adalah hal yang teramat klise. Ia sudah bosan mendengar berbagai kisah tentang kasus itu, sebosan ia menunggui Ashton Irwin, Calum Hood, dan Michael Clifford bermain game. Sebos...