BAGIAN 36. MUSUH YANG MEMPESONA

501 29 0
                                    

Ilustrasi: Arimba ingin mengadakan perhitungan dengan Bimasena (karya: Herjaka HS)



Arimbi yang diutus oleh Prabu Arimba raja Pringgandani, untuk mencari pembunuh Prabu Dwaka, telah menemukan orangnya di Hutan Waranawata, yang bernama Bimasena. Dengan tidak terduga pula, ternyata Bimasena adalah anak Pandhudewanata, raja Hastinapura yang telah membunuh ayah Arimbi yang bernama Prabu Tremboko, raja Pringgandani sebelum Prabu Arimba.


Namun hal tersebut tidaklah mampu menyulut dendam dan kebencian Arimbi kepada Bimasena. Karena Arimbi telah terkena panah asmara, yang lepas dengan sendirinya dari pribadi mempesona sang Bimasena. Arimbi menjadi lupa tujuan semula, untuk membuat perhitungan dengan orang yang membunuh Prabu Dwaka.


Arimbi, yang adalah seorang rasaksa wanita, mempunyai postur yang tinggi besar, melebihi postur wanita pada umumnya, wanita biasa yang bukan raseksi, sangatlah mendambakan sosok tinggi besar dan gagah perkasa. Apalagi sosok tinggi besar dan gagah perkasa tersebut bukan dari golongan raksasa, tetapi dari golongan kesatria seperti halnya Bimasena. Tentu saja Arimbi terpana.


Sebagai seorang raseksi, Arimbi tidak sungkan-sungkan menyatakan gejolak hatinya yang meluap-luap, di depan Ibu Kunthi dan Bimasena, bahwa ia telah jatuh cinta kepada Bimasena pada pandangan pertamanya. Kunthi menanggapi pernyataan Arimbi, dengan senyum dan kelembutan. Namun Bima justru merasa risih dan tidak senang, sembari menggerutu, 'dasar raseksi, tidak tahu diri.'


Atas sikap Bimasena tersebut, Arimbi menangis, memohon pertolongan Kunthi, agar Bimasena mau memperisterinya. Kunthi tidak dapat berbuat apa-apa. Karena pada dasarnya semuanya itu bergantung kepada Bimasena yang menjalaninya. Namun Kunthi menyarankan agar Arimbi mau bersabar.


Arimbi tidak sakit hati ditolak Bimasena. Ia justru semakin mengagumi sosok Bima yang jujur dan tegas. Panah Asmara yang tidak pernah dilepaskan Bimasena kepada Arimbi, pada kenyataannya telah menembus sangat dalam di lubuk hati Arimbi. Ajaib memang. Cinta membuat segalanya baru. Pandangan Arimbi terhadap Bimasena berubah seratus delapan puluh derajat. Dari musuh menjadi orang yang digandrunginya.


Walaupun Bimasena tidak pernah mempedulikannya, bahkan tidak senang, Arimbi tetap saja mengikuti kemana Bima dan keluarganya pergi. Nasihat Kunthi agar bersabar, menjadi kekuatan bagi Arimbi untuk bertahan dalam menyalakan api cintanya kepada Bimasena. Karena ia menyakini, dibalik kesabaran yang dijalaninya dengan tulus, ada sebuah harapan. Harapan bahwa jika tiba pada waktunya, ia dapat bersanding dengan pujaan hatinya. Saat itulah dapat diibaratkan seperti rumput kering yang mendamba siraman air hujan, untuk tumbuh menghijau.


Hingga sampai hitungan bulan, Bima tidak menampakkan perubahan sikap kepada Arimbi. Bahkan Bima semakin merasa risih terhadap tingkah laku Arimbi yang ditujukan kepada dirinya dan juga kepada keluarganya. Namun tidaklah demikian dengan Ibunda Kunthi. Kunthi justru merasa iba kepada Arimbi, yang tidak hanya mengikuti kemana Pandhawa pergi, tetapi juga selalu membantu, melayani dan menyediakan apa saja yang menjadi kebutuhan Kunthi dan Pandhawa.


Kurasakan ku jatuh cinta
Sejak pertama berjumpa
Senyumanmu yang selalu menghiasi hariku
Kau ciptaan-Nya yang terindah
Yang menghanyutkan hatiku
Semua telah terjadi
Aku tak bisa berhenti memikirkanmu
Dan kuharapkan engkau tahu

MAHACINTABRATA III: ARJUNA MENCARI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang