BAGIAN 37. ARIMBA DAN BIMA

525 31 4
                                    

Ilustrasi: Arimbi mengipasi Bimasena yang lemas kehabisan tenaga (karya Herjaka HS)


Perang tanding yang dahsyat antara Bimasena dan Prabu Arimba berlangsung dipinggiran hutan Waranawata, disaksikan oleh Arimbi dan para perajurit pengawal dari Pringgandani. Dalam perang tersebut Prabu Arimba dan Bimasena saling mengeluarkan kesaktiannya. Daya kesaktian diantara keduanya sampai menimbulkan debu tanah yang bergulung-gulung, laksana awan mendung. Beberapa kali terjadi suara ledakan keras, menggoncang beberapa ranting pohonan yang berada disekitarnya. Akibatnya merontokan sebagian daun dan ranting pohon di hutan tersebut.


Melihat pertempuran yang kian sengit, Arimbi semakin cemas. Keringat dingin keluar dari sekujur tubuhnya. Ia kawatirkan jika salah satu diantaranya cidera atau bahkan mati. Oleh karenanya tak henti-hentinya ia berteriak, memohon agar peperangan dihentikan. Namun teriakan-teriakan Arimbi tak ada yang menghiraukannya. Perang tanding terus berlangsung. Bahkan semakin dahsyat.


Mereka yang menyaksikan terpaksa menjauhi arena perang tanding. Kecuali Arimbi yang tidak mau beranjak dari tempat semula. Ia begitu dekat dengan mereka yang berperang. Ia tidak mempedulikan dirinya sendiri. Ia lebih mencemaskan yang sedang berperang tanding. Baik itu Arimba maupun Bimasena.


Setelah peperangan berjalan beberapa lama, tiba-tiba Bimasena terlempar keluar arena, dibarengi suara tawa yang menggelegar-glegar. Arimbi segera mendekatinya, ditangisinya tubuh Bimasena yang tergeletak lemas di tanah. Ia tahu bahwa tenaga Bima telah tersedot habis oleh ilmu andalan yang dimiliki kakaknya.


Arimbi tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan terhadap Bima untuk memulihkan tenaganya. Namun ia tidak tega membiarkannya tubuh Bimasena tergeletak sendirian. Dikipasinya Bimasena yang pucat pasi tak sadarkan diri.


Arimba memandangi adiknya, yang sedang menunggui musuhnya dengan setia. Ada rasa iba dihatinya. Adiknya memang benar benar jatuh cinta kepada Bimasena. Disadarinya bahwa, ada kuasa dari atas yang menghendaki benih cinta itu bersemi di hati adiknya, dengan tanpa dapat ditolaknya.


Diakui pula bahwa Bimasena bukan orang sembarangan. Tubuhnya yang tinggi perkasa menjadi ideal jika berpasangan dengan raseksi Arimbi. Demikian pula wajahnya dan kesaktiannya, pantaslah jika adiknya jatuh cinta pada pandangan pertama.


Namun sayang, bagi Arimba pesona Bimasena tidaklah mampu menutup luka batin karena gugurnya Ramanda Prabu Tremboko dari tangan Pandu.ayah Bimasena. Masih tergambar jelas peristiwa puluhan tahun lalu, ketika Pandudewanata yang kala itu menjadi raja di Hastinapura, mengirim surat tantangan kepada Ramanda Prabu Tremboko. Pada hal yang ia ketahui bahwa, Prabu Pandudewanata adalah sahabat Ramanda Prabu Temboko.


'Walaupun Ramanda Prabu Arimba masih meragukan kebenaran surat tantangan tersebut, Prabu Pandudewanata dan para perajurit terbaiknya telah menggempur Pringgandani menyusul Patihnya, Gandamana yang lebih dahulu menyerang Pringgandani.'


'Perang yang tidak jelas penyebabnya pun akhirnya terjadi. Dan bahkan menjadi perang yang sangat hebat, antara dua negara besar yaitu Hastinapura dan Pringgandani. Dalam catatan sejarah perang besar tersebut dinamakan dengan Perang Pamukswa.'


'Di dalam perang Pamukswa itulah Rama Prabu Tremboko Gugur di tangan Pandudewanata. Aku sangat terpukul karenanya. Sebagai anak tertua aku harus bertanggungjawab atas kerusakan bangunan negara Pringgandani, serta para perajurit yang tercerai berai dan menjadi korban. Dalam kondisi yang belum siap, sembari melakukan pembenahan di sana-sini, Ibunda Ratu menyarankan agar aku menduduki tahta Pringgandani.'

MAHACINTABRATA III: ARJUNA MENCARI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang