Kedua mata Nasywa masih berkedip tak menyangka. Ia kembali menatap laki-laki berkacamata di hadapannya itu dengan kening berkerut. Sementara Anjani menatap keduanya dengan tatapan bingung.
"Udah puas liatinnya?" sindir Oji saat akhirnya Nasywa memilih untuk menyandarkan punggungnya di kursi dan menatap meja di depannya, masih dengan tatapan bingung.
"Emang ada apa sih?" tanya Anjani penasaran.
Bukannya dijawab, Oji malah mengetuk meja agar Nasywa kembali melihatnya. "Nona Athafariz?"
Nasywa langsung merinding ketika namanya disebut seperti itu. Ditatapnya Oji dengan kesal. "Nggak usah panggil-panggil begitu deh! Bikin gue bete aja!"
Oji terkekeh. "Kayaknya nggak ada yang salah dengan Nana." Katanya sambil menatap Nasywa yang langsung mengerutkan keningnya saat mendapat panggilan seperti itu dari Oji. "Jadi... sekarang girls time nih?" Salah satu alisnya terangkat. "Kalo gitu, gue pergi ya..."
Menyetujui apa yang Oji katakan, keduanya tidak mencegah Oji untuk pergi. Bahkan setelah memastikan Oji telah menutup pintu kafe dengan rapat, Nasywa langsung menatap intens ke arah Anjani. Meminta penjelasan atas pertanyaan yang belum terjawab.
"Hmm... gimana ya ceritanya," Anjani mengigit bibir bawahnya. "Pokoknya gue sama dia itu kenal karena Zain."
"Zain?"
Anjani mengangguk. "Iya. Jadi Zain itu murid les gue. Dulu, Oji tinggal nggak jauh dari tempat gue. Makanya, setiap kali gue pulang ngajar, selalu ketemu Oji..."
***
Entah mimpi apa yang didapatnya semalam hingga sosok yang sangat amat ingin dihindarinya kini muncul di hadapannya dengan senyum lebar. Semakin terlihat tampan sih, tapi rasanya Nasywa tidak sabar untuk menampar wajahnya.
Apakah penjelasannya waktu itu kurang jelas? Bahwa ia tidak ingin bermain dengannya? Apa laki-laki itu mengalami gangguan jiwa?
Nasywa langsung bergidik ngeri memikirkannya. Semoga saja ia bisa cepat-cepat terbebas dari laki-laki di hadapannya itu.
"Muka kamu asem banget sih? Kenapa? Bokek ya?"
Ya ampun! Laki-laki seperti ini yang akan dijodohkan oleh ayahnya?
"Pergi sana!" usirnya dengan nada dingin. "Belom pernah disiram pake air cucian ya?"
Laki-laki itu malah terkekeh. Lama-lama ia seperti Oji dalam versi yang lebih menyebalkan lagi. Untung saja Oji tidak separah Zulfan.
"Wah, berat banget deh dapet calon tunangan kayak kamu," ucapnya menyindir.
Kedua mata Nasywa langsung menajam. Kali ini ia tidak bisa menahan amarahnya. Laki-laki itu membuatnya ingin segera melemparkan sebilah pisau tepat di dadanya.
"PERGI!!!" serunya membuat beberapa orang langsung menoleh ke arah mereka.
Zulfan panik. Tak disangka perempuan itu malah meluapkan emosinya dengan cara ekstrem. Kalau begini caranya sih dia bisa kehilangan reputasi baiknya.
"Iya deh," Ia mengalah dengan raut wajah menyesal. "Tapi nanti sore aku datang lagi ya?" katanya dengan enteng. "Kita harus ngomong empat mata loh."
Setelah Zulfan pergi dari hadapannya, barulah Nasywa merasa tenang. Ia menghela nafas beratnya dan rasanya ingin menangis sekeras-kerasnya. Sayangnya ia tidak bisa melakukan hal itu di hadapan semua orang. Jadi, ia hanya membuang sampah di tangannya dengan kesal.
***
Kemarin Anjani mengajaknya kembali ke apartemen, namun Nasywa bersikeras menolaknya. Ia ingin hidup sendiri tanpa merepotkan orang lain.
![](https://img.wattpad.com/cover/82054459-288-k600101.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sparkling You
RomanceSelama ini Nasywa selalu mengikuti keinginan ayahnya. Apapun hal itu. Mulai dari kuliah di jurusan Akuntansi dan juga mengikuti semua acara formal. Berlaku baik di depan umum untuk menjaga martabat ayahnya yang merupakan seorang pejabat terkenal. Na...