Suara rantai sepeda yang memutar terdengar pelan mengitari jalan lenggang di perumahan itu. Sepasang kaki beralaskan sepatu kets putih berjalan dengan santai di sebelah roda sepeda yang berputar. T-shirt putihnya dibalut dengan jaket denim yang melekat erat di tubuhnya. Sebuah jam berwarna hitam melingkar di tangan kirinya. Dan, sebuah kacamata bertengger manis di hidungnya.
Peluh di keningnya berjatuhan. Membasahi lekuk wajah rupawannya. Mata tajamnya menyipit seketika saat melihat seseorang berusaha turun dari pagar tinggi milik pejabat tersohor di lingkungan itu.
Baru kali ini, ia melihat seorang perempuan dengan rambut kuncir kudanya berani menaiki pagar dinding milik pejabat itu. Bukankah rumah itu dijaga ketat oleh para pengawal?
"Perlu bantuan?"
Perempuan itu terkejut seketika saat mendengar suaranya. Wajahnya memucat dan tubuhnya oleng seketika. Alih-alih ditangkap dengan gaya bak pahlawan olehnya, ia malah segera menyingkir dari tempatnya dan menyelamatkan sepeda kesayangannya dari tubuh berat perempuan itu.
BUK!
Perempuan itu langsung mendesis kesakitan. Ia tahu perempuan itu tidak dapat menjerit karena bisa mengumpulkan semua warga di sekitar juga termasuk para pengawal yang menjaga rumah itu. Jadi, ia hanya dapat tersenyum simpul saat melihat perempuan itu mendesis.
"Mau kabur ke mana?" tanyanya lagi dengan nada polos.
Alih-alih mendapatkan bantuan atau pertanyaan penuh nada khawatir, perempuan itu malah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan tak terduga dari laki-laki bertubuh tinggi di sampingnya itu.
Setengah menggerutu, perempuan itu berusaha bangkit meskipun kedua kakinya lecet karena memakai celana selutut yang tak bisa melindunginya dari benturan. "Siapa yang kabur!?" Ia menatap sinis laki-laki yang membuatnya kaget hingga terjatuh itu.
"Trus, namanya apa dong? Keluar rumah?" tanyanya bingung. "Itu dinding, bukan pintu."
"Bukan urusan lo!" cercanya kesal sambil membersihkan bajunya yang terkena butiran debu.
Seketika laki-laki itu menganga karena nada galak dan sinis milik perempuan itu kepadanya. Baru kali ini, ia mendapatkan perlakuan yang begitu kejam dari seorang perempuan. Terutama perempuan yang sudah diajak bicara baik-baik, tapi malah nyolot!
"Pernah denger pembunuhan yang terjadi karena dibentak sama cewek cantik, nggak?"
Kening perempuan itu berkerut. "Maksud lo?"
"Belom pernah denger, kan'?" tanyanya lagi dengan kedua mata menajam. Raut wajahnya berubah menyeramkan dengan jarak yang mulai menipis di antara mereka berdua. "Gue bisa bikin kejadian tuh! Sekarang juga!" tekannya dengan nada mengancam.
Udah sarap nih cowok! Perempuan itu bergidik ngeri. Masa iya sih, dia kabur dari rumah karena tidak ingin menikah, tapi pas keluar malah pergi ke kandang macan? Langsung diterkam pula!
"Eh, Mas, mendingan lo pergi sebelum gue teriak." Katanya dengan nada ancam balik.
Laki-laki itu langsung menahan tawanya. Jika perempuan itu ingin berteriak, pasti sudah berteriak sejak jatuh tadi. Tapi perempuan itu hanya meringis kesakitan dan menahan jeritannya dengan mendesis.
"Coba aja!" tantangnya balik.
Perempuan itu menahan emosinya. Hampir saja ia berencana memukuli laki-laki itu dengan clutch cantik berwarna biru langitnya. Tapi, mengingat harganya yang lumayan mahal juga ia tak ingin meladeni laki-laki itu lagi, ia memilih untuk menahan emosinya dan langsung berbalik badan tanpa memerdulikan kedua tatapan bingung laki-laki itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sparkling You
RomansaSelama ini Nasywa selalu mengikuti keinginan ayahnya. Apapun hal itu. Mulai dari kuliah di jurusan Akuntansi dan juga mengikuti semua acara formal. Berlaku baik di depan umum untuk menjaga martabat ayahnya yang merupakan seorang pejabat terkenal. Na...