Setelah mengatakan hal gila itu, Nasywa segera pamit dan pergi dari sana sambil menggandeng Oji.
Laki-laki itu bergeming di tempatnya dengan tatapan kosong. Seakan dia baru saja melihat hantu seram di depan matanya. Jadi, Nasywa terpaksa menggeretnya dengan sedikit kasar.
"Ji, makasih ya..."
Oji masih termangu di tempatnya. Seakan jiwanya belum kembali ke tubuhnya.
Padahal earphone itu sudah dilepasnya saat masih di jalan. Tapi laki-laki di sebelahnya malah seakan tidak mendengarnya.
"OJI!" Nasywa berseru menegurnya.
Terkejut, Oji langsung menoleh dengan nafas terengah-engahnya. Persis seperti habis melihat hantu.
"Nana...?"
"Kenapa sih? Gue ngomong terimakasih loh. Kok malah dicuekin?" tanyanya bingung.
Oji menelan air ludahnya dengan susah payah. Ia masih belum sepenuhnya sadar.
"Tadi... lo ngapain?"
Pertanyaan itu membuat Nasywa tergeragap. Ia tersenyum tak enak pada Oji yang kini menatapnya bingung.
"Mmm... bukan apa-apa kok."
"Bukan apa-apa gimana?" Oji masih mencecarnya dengan pertanyaan. "Tadi... itu... Pak Arfan, kan?"
Nasywa mengangguk ragu-ragu.
Ia tak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada Oji. Terlebih ia kan belum mendapatkan ijin dari laki-laki itu. Bisa-bisa ia marah karena yang dilakukannya barusan.
"Trus? Kenapa tadi gue dibawa ke depan Pak Arfan?"
Hiks... cowok ini pake nanya segala, lagi! Biasanya juga diem... keluhnya dalam hati. Rasanya ia ingin menangis karena tidak ingin menjawab.
"Nana...?"
Ya Allah! Tolong selamatkan hamba-Mu!!!
"Eng... itu... cuma buat nemenin gue aja. Kan tadi gue udah bilang," ucapnya dengan seulas senyum palsu.
Semoga saja Oji tidak menyadari kebohongannya.
Oji menghela nafas panjangnya. Ia mengusap wajahnya dengan frustasi. Perempuan di depannya itu memang tidak pandai berbohong.
"Gue cari tau besok!" ucapnya dengan pasti.
Terkejut, Nasywa langsung menarik lengan Oji yang hendak pergi.
"Jangan! Haaaa.... Oji baik deh. Cakep deh, suer! Pinter, lagi!" Ia menatap Oji dengan tatapan memohon. "Jangan doooong!!! Nanti gue sumpahin ketemu jodoh yang cantik, pinter, kaya, baik hati, pokoknya yang sempurna deh!"
Saat ini Oji tidak tahu harus tergoda oleh kepolosan wajah Nasywa atau segera pergi dari sana dan mencari tahu apa yang sedang terjadi. Rasanya ia ingin memarahi perempuan itu, namun ia tidak tega.
Mengingat bagaimana Nasywa belakangan ini mengalami masalah dan malah memendamnya sendiri, Oji tidak ingin membuat perempuan itu semakin terpuruk.
Oji menarik nafas dalam-dalam, menatap Nasywa dengan tatapan sabar. Ia kembali duduk di sebelah Nasywa dan menunggu penjelasan perempuan itu.
"Mmm..."
"Nggak mau jelasin?" Oji mengangkat alisnya sebelah.
"Eng... gue bingung harus mulai dari mana."
"Dari awal!" tekan Oji frustasi. "Apa gue aja yang cari tau?"
Nasywa menggeleng-gelengkan kepalanya dengan bibir mengerucut. Matanya menatap lekat Oji yang bersungguh-sungguh mengancamnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sparkling You
RomanceSelama ini Nasywa selalu mengikuti keinginan ayahnya. Apapun hal itu. Mulai dari kuliah di jurusan Akuntansi dan juga mengikuti semua acara formal. Berlaku baik di depan umum untuk menjaga martabat ayahnya yang merupakan seorang pejabat terkenal. Na...