6| Kebenaran 1

85 10 2
                                    

Sifa menutup pintu kamarnya. Mama sepertinya sudah tidur. Sedangkan abang dan papa, seperti biasa tak ada di rumah. Padahal jam dinding kamar Sifa sudah menunjukan pukul 10 malam. Sudah tak heran sepertinya jika abang dan papa belum berada di rumah malam-malam begini.

Gadis itu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tiba-tiba saja ia mencium bau tak sedap di sekitarnya. Ketika dirinya mengendus bagian ketiak, Sifa baru menyadari bahwa dirinya perlu mandi sekarang juga. Namun ketika Sifa hendak mengambil handuk yang menggantung di balik pintu kamar, langkahnya terhenti karena getaran yang timbul dari ponselnya di atas kasur.

Fandi : Sif, besok gue mau ketemu lo di kantin ya. Pas jam istirahat aja biar sekalian makan siang.
Sifa : Ada apa, Kak?
Fandi : Gue mau ngasih undangan ulang tahun gue.

Sticker jempol di-send oleh Sifa. Ia segera mencari kontak Arka dan mengirimkan sebuah pesan singkat untuknya.

To : Arka
10.13 PM
Arka, besok pulang sekolah temanin gue cari kado ya.

Tak berapa lama, ponsel Sifa kembali bergetar. Sebuah pesan singkat muncul di layar ponselnya.

Gue langsung jemput lo aja ya di sekolahan.

Sifa berpikir sejenak mengenai usul Arka pada pesan singkat. Namun setelah dipertimbangkan, rasanya tidak ada salahnya.

Yaudah terserah. Gue tunggu di pos satpam ya.

Ponselnya langsung ia letakan di atas nakas. Kemudian dirinya kembali menuju pintu kamar untuk mengambil handuk yang tergantung di sana. Ponselnya sempat bergetar dan layarnya menyala. Namun Sifa tak menghiraukannya dan segera menuju toilet untuk membersihkan badannya. Hari ini terasa cukup melelahkan baginya.

***

"Sifaaa! Kok tumben sih lo tidur di kelas? Lo capek banget? Emang abis ngapain, Sif? Cerita dong cerita," semprot Hana ketika menyaksikan Sifa tengah bertelungkup di atas meja dengan buku cokelat sebagai alas tidurnya pada jam istirahat. Sifa mengangkat wajahnya perlahan, gadis itu kemudian membenahi kacamatanya yang sedikit melorot. Kerutan di dahi Sifa pertanda bahwa dirinya merasa terganggu dengan ocehan Hana.

Sifa melirik jam digital di tangannya. Dirinya cukup terkejut ketika mendapati bahwa jam istirahat akan berakhir sebentar lagi.

Duh mampus gue. Fandi pasti udah nungguin dari tadi.

Tanpa menghiraukan ocehan Hana, ia segera mengusap wajahnya kemudian pergi meninggalkan kelas sambil membawa buku cokelat miliknya. Sementara Hana mendengus masygul ketika Sifa tidak menggubris pertanyaan beruntun dari Hana. 

***

Ayam bakar dan es teh manis yang dinikmatinya sudah habis sekitar 20 menit yang lalu. Namun gadis yang ditunggu belum juga menampakan hidungnya. Para siswa yang berlalu-lalang di kantin pun kian berkurang. Di mana rupanya gadis yang tengah ditunggunya itu?

"Nanti kalo Sifa ke sini nyariin gue, gue ada di depan perpus ya," ujar Fandi kepada teman-teman lelaki di sekelilingnya. Mereka cukup terkejut dengan ucapan Fandi barusan. Kemudian mereka terkekeh sambil menggodanya.

"Cie mau ngapain sih sama Sifa? Yang ada lo sama dia main diem-dieman dah. Anaknya gak pernah ngomong gitu. Udah gitu gak punya teman. Ya ampun Fandi, selera lo...," ledek sekelompok lelaki itu secara bergantian. Fandi hanya menatap mereka tajam sambil menggelengkan kepala. "Weis santai, Fan. Kita bercanda kok. Yaudah semoga lancar pdkt-annya ya!" Mereka kembali terkekeh. Fandi pun segera menuju depan perpustakaan. Tempat yang cukup adem setelah berpengap-pengapan di kantin.

Divergensi [DISKONTINU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang