Richard Forrester POV.
.
.
.
Jarum jam sudah menunjuk ke angka enam. Sudah jam enam sore dan gadis itu belum juga keluar dari kamarnya. Aku sudah mengetuk pintunya berkali-kali dan tidak ada sahutan sama sekali.
Dan itu membuatku resah. Dia tidak kenapa-napa kan di dalam sana? Apa sebaiknya aku buka saja pintu kamarnya menggunakan kunci duplikat?
Hmm.... sepertinya ide yang bagus.Segera aku mengambil kunci dari dalam kamarku dan membuka pintu kamarnya.
Perlahan mataku mencari keberadaannya.
Heh? Itu dia! Tidur pulas di tengah-tengah ranjang King size yang sengaja kusediakan untuknya. Kamar Ini dulunya ruang kerjaku. Ada pintu tembus ke kamarku. Tapi aku tidak ingin membuatnya tidak nyaman jika aku masuk melalui pintu tembusan itu. Setelah ide brilianku muncul, aku segera mengubah ruangan ini menjadi kamar untuknya hanya dalam waktu tiga hari.
Bagaimana aku bisa melakukannya? Dengan uang yang kupunya, segala yang kuinginkan mungkin saja terjadi.Kupandangi tubuh mungil yang nyaris tenggelam dalam kasur besar itu, apalagi selimut tebal yang menutupi sebagian tubuhnya membuat gadisku hampir tak terlihat.
Aku terkekeh dengan pikiranku sendiri. Sejak kapan aku meng-klaim-nya menjadi gadisku?
Perlahan aku mendekat, duduk di pinggir tempat tidur dan mencondongkan tubuhku ke arah wajahnya.
Kunikmati wajahnya yang putih bersih dan mata terpejam. Bibirnya yang seperti pucat itu mengatup rapat. Kusentuh bibir mungil itu dengan ibu jariku. Ia menggerakkan kepalanya. Mungkin ia merasa terganggu.
Perlahan aku makin mendekat. Kusentuh pipinya dengan ujung hidungku, menghirup aroma manis yang menguar dari tubuhnya. Aroma ini makin membuatku gila.Aku tidak tau mengapa aku begitu terobsesi dengannya, hingga gila-gilaan aku berpikir keras mencari cara agar ia bisa berada di dekatku, dalam jangkauanku.
Sikapnya yang terang-terangan tidak suka dan marah padaku membuat aku semakin menginginkannya. Aku harus bisa menaklukkannya.
Puluhan bahkan ratusan gadis dengan wajah cantik dan body sempurna saja bertekuk lutut di hadapanku tanpa aku harus bersusah payah mengejar mereka. Kenapa sikap gadis ini justru menunjukkan kebalikannya? Apa dia punya kelainan? Atau mungkin matanya rabun karena tidak bisa melihat ketampanan dan kekayaanku? Apakah dia tidak tau betapa berkuasanya aku? Apakah dia tidak menyadari bahwa keberadaannya di sini karena keinginanku?
Joanna menggeliat terlihat tidak suka tidur nyenyaknya terganggu. Aku makin gemas melihatnya.
Ia mengerjapkan mata sipitnya beberapa kali sebelum kemudian terbelalak dan mendorong tubuhku sambil berteriak, bergegas duduk sambil menggenggam ujung selimut menutupi tubuhnya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" ia memekik membuat telingaku berdenging.
"Apa yang kulakukan?"aku balik bertanya berlagak tidak mengerti.
"Kenapa kau berada di kamarku? Dan apa yang akan kau lakukan?" serunya marah.
"Ini tempat tinggalku. Dan apa yang akan kulakukan? Aku hanya ingin membangunkanmu. Aku sudah mengetuk pintu beberapa kali, tapi kau tidak menjawab. Jadi aku masuk memakai kunci cadangan," aku terkekeh melihat wajahnya yang berubah-ubah. Lucu sekali dia.
"Sudah hampir malam. Apa kau tidak lapar?" tanyaku melihatnya terdiam.
Ia meraih ponselnya yang berada di dekat bantal, melihat jam dari sana.
"Lama sekali aku tidur," gumamnya lirih, tapi aku bisa mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BILLIONAIRE'S LOVE (SUDAH TERBIT)
RomantikBuku bisa didapatkan di Shopee & e-book. Part di watty tidak lengkap. Aku tidak bisa mundur, Joanna. Begitu juga kau. Sejak awal sudah aku katakan, kau milikku!