Joanna POV.
.
Hanya Ryu yang tau bagaimana perasaanku. Dengan cepat ia bertindak. Membawaku menjauh dari kedua orang itu.
Ini yang aku takutkan. Perasaan Richard itu hanya semu. Ia tidak benar-benar mencintaiku. Mana ada laki-laki di dunia ini yang menyia-nyiakan perempuan sempurna di hadapan mereka dan lebih memilih gadis buruk rupa sepertiku? Semua ucapannya bullshit!"Jangan berburuk sangka dulu," Ryu memberikan segelas air mineral padaku. Aku langsung meminumnya hingga separuhnya.
"Gue tidak apa-apa, Ryu. Cepat atau lambat, ini pasti akan kejadian juga," sahutku mengganti channel pada televisi layar datar 43" milik Ryu.
"Kalo lo mau nangis, nangis aja gak apa-apa. Gue tau kok lo kuat. Tapi lo perlu pelampiasan buat pertahanin kekuatan lo. Lo gak perlu nyembunyiin perasaan lo sama gue. Lo tau kan, gue akan selalu ada buat lo. Dan lo gak perlu ngeraguin itu," kata Ryu menghempaskan tubuhnya ke sofa di sebelahku.
"Kenapa lo baik sama gue?" aku memang keras kepala, dan Ryu tau itu.
"Heh! Gue dari dulu juga baik sama lo! Emang lo pikir gue ada pamrih gitu?" Ryu berdecak.
"Nggak. Gue bahkan gak mikir lo laki-laki apa perempuan," aku masih berusaha bertahan.
"Nah, itu yang gue rasa kalo lagi sama lo."
"Tapi, jujur deh Ryu, apa setiap lelaki lebih mengutamakan fisik ya?"
"Come on, Joanna. Lo boleh nangis sepuas lo. Gue gak akan ngeledek lo," Ryu meraih bahuku, membuat wajahku tersembunyi di dadanya. Dan aku menyerah. Aku menangis sepuasku di sana, di apartemen Ryu, di dada Ryu.
-----*-----
Ryu mengantarku kembali ke apartemen. Ini sudah sangat larut. Aku tidak ingin kembali ke apartemen itu. Tapi Ryu menasihatiku agar aku berani menghadapi Richard.
"Ingat kalo lo nggak sendiri, Jo. Ada gue, Josh dan Arjun yang akan berada di samping lo."
Aku hanya mengangguk.
"Langsung tidur. Gak perlu dipikirin. Lo kan belum tau juga kebenarannya," ujarnya lagi.
"Kenapa lo bilang lo mendukung gue, selalu berada di sisi gue, tapi lo biarin gue balik ke sini?" tanyaku pura-pura cemberut. Aku tau Ryu bermaksud baik.
"Masalah itu dihadapi, bukan dihindari. Nanti masalah lo bertumpuk kalo terus menerus dihindari. Dan gue gak mau lo, sahabat gue, ketimbun sama masalah."
"Iya, iya... bawel. Lo tau gak, gue bener-bener pengen peluk lo sekarang," kataku nyaris kembali mewek.
Ryu terkekeh dan merentangkan kedua lengannya.
"Sini sini, peluk kakak," ujarnya membuatku benar-benar menghambur ke pelukannya. Tempat paling nyaman untukku saat ini.
"Sudah cengengnya. Gue pulang. Bye Jo!" Ryu mengacak poniku, lalu masuk ke mobilnya, melambaikan tangannya sebelum mulai menjalankan mobilnya.
Aku berbalik menuju ke apartemen milik Richard.
Kubuka pintu apartemen. Suasana gelap seperti saat kutinggalkan.
Aku masuk ke kamarku setelah sebelumnya membasahi tenggorokanku dengan air dingin.Kunyalakan lampu kamar, masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri. Setelahnya, aku menyusupkan tubuhku ke bawah selimut.
Pikiranku menerawang.
Tiga tahun yang lalu, ketika aku merasakan jatuh cinta untuk yang pertama kalinya. Laki-laki itu terlihat santun, baik, ramah dan tidak melihat fisikku yang memang kusadari kekuranganku lebih banyak dibandingkan dengan Leana.
Kebaikan dan keramahannya padaku kuartikan lain. Aku mulai memupuk rasa cinta itu.
Tapi aku salah. Ia sama seperti laki-laki kebanyakan. Memanfaatkanku!
Aku patah hati. Ryu, Josh dan Arjun nyaris menghajar laki-laki itu hingga mati. Aku mati rasa sejak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BILLIONAIRE'S LOVE (SUDAH TERBIT)
RomanceBuku bisa didapatkan di Shopee & e-book. Part di watty tidak lengkap. Aku tidak bisa mundur, Joanna. Begitu juga kau. Sejak awal sudah aku katakan, kau milikku!