Mata Richard memandang tajam gadis yang berdiri menentang tatapannya dengan berani.
Setelah berhasil membawa Joanna ke hotel tempat gadis itu menginap, Richard membawanya ke kamarnya di president suite room yang sudah dipesannya.Richard tau apa yang dirasakannya adalah perasaan cemburu. Joanna tidak pernah tertawa selepas itu jika bersamanya.
"Bukankah sudah kukatakan untuk menungguku? Bagaimana bisa kau memutuskan untuk melakukan survey sendiri?" omel Richard menutupi kecemburuannya.
"Aku bisa melakukannya sendiri. Lagipula, aku tidak suka mengulur waktu untuk pekerjaanku," bantah Joanna.
"Oya? Dengan meminta bantuan rekan-rekanmu?" cibir Richard meremehkan.
"Aku tidak...."
"Ternyata yang Devan katakan itu bohong. Dia mempromosikanmu setinggi langit. Jadi hasil kerjamu selalu dibantu rekan-rekanmu?" Richard memotong perkataan Joanna.
Wajah Joanna merah padam. Perkataan Richard sudah menyinggung harga dirinya. Meremehkan kemampuannya.
"Dengar Mr Forrester yang terhormat, aku tidak seperti yang kau tuduhkan. Tanyakan pada ketiga anak buahmu, bagaimana aku bekerja selama lima hari ini," desis Joanna geram.
Richard tersentak melihat reaksi Joanna. Ia sadar sudah menyinggung harga diri gadis itu. Tapi ia tidak bisa menahan diri. Ia kesal melihat kenyataan bagaimana dekatnya Joanna dengan rekan-rekan sekerjanya di kantor Devan.
Tapi bukan Richard jika ia mengaku bersalah atas tuduhan ngawurnya yang dipicu dari rasa cemburunya.
Ia melipat tangannya di dada dan menatap Joanna tajam."Kalau begitu buktikan. Aku harus memastikannya sendiri," Richard mengulas senyum tipis penuh kelicikan yang tidak disadari Joanna.
-----*-----
Dengan kesal Joanna membenamkan wajahnya ke bantal empuk di kasur besarnya. Ia kembali lagi ke apartemen Richard yang sangat mewah itu.
Kemarahannya belum reda. Ia harus bisa membuktikan dan membuka mata bule gila itu bahwa apa yang dicapainya selama ini benar-benar kerja kerasnya. Kemampuannya sendiri.Alunan suara Emilia, Big Big World terdengar memenuhi udara sekelilingnya.
Joanna membuka mata, meraih telepon genggamnya mendapati nama ibunya di sana."Hallo, selamat siang, Bu," sapa Joanna begitu smartphone-nya melekat di telinga.
"Bagaimana kabarmu, nak?"
"Joanna baik, Bu."
"Kamu bisa pulang nanti sore? Kakakmu pulang."
"Kak Leana pulang? Nanti Joanna usahakan pulang ya, Bu. Tapi Joanna tidak bisa berjanji. Pekerjaan Jo sedang banyak sekali."
"Usahakan ya, Jo. Kita makan bersama-sama. Oya, ajak calon tunanganmu juga."
"Calon tunangan?" Joanna mengerutkan alisnya bingung.
"Iya. Nak Richard. Siapa lagi? Memang calon tunanganmu ada berapa, Jo?"
Astaga! Joanna menepak dahinya. Ia bahkan sudah lupa dengan kelakuan miring Richard hingga ibunya sekarang beranggapan bahwa Richard adalah calon tunangannya.
"Jo, kamu tidak sedang bertengkar dengan Nak Richard kan?"
"Oh...eh... tidak Bu. Ya ya ya.... nanti coba Jo ajak Richard-nya. Tapi Jo tidak bisa janji ya, Bu. Ibu kan tau kalau Richard itu sibuk," ampuni Jo Bu. Joanna bohong sama ibu. Joanna membatin sambil memejamkan mata.
"Baiklah Jo. Ibu yakin, Nak Richard bisa datang."
Joanna memandang ponselnya yang sudah diputus oleh ibunya. Kenapa ibunya sangat yakin Richard bisa datang karena bagaimanapun ia tidak akan mengajak bule itu sore nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
BILLIONAIRE'S LOVE (SUDAH TERBIT)
RomanceBuku bisa didapatkan di Shopee & e-book. Part di watty tidak lengkap. Aku tidak bisa mundur, Joanna. Begitu juga kau. Sejak awal sudah aku katakan, kau milikku!