Bab 1

275 9 15
                                    

       Jam menunjukkan pukul 06.45, alarm membangunkan seorang gadis yang tengah lelap tertidur. Gadis itu adalah Ari.

“Senyum itu terus terbayang-bayang di pikiran gue. Apalagi senyumnya mirip Alvin. Tapi siapa pria itu? Gue pingin banget ketemu sama pria itu.” Ujarnya berjalan menuju kamar mandi.

Dulu saat Ari berjalan – jalan pagi,seorang pria yang tak ia kenal  tersenyum kepadanya. Bukannya apa–apa, tetapi senyumnya kembali menghadirkan kembali senyum yang tak pernah ia jumpai lagi bahkan tak pernah akan ia dapati sampai selamanya.

Senyum yang membuatnya kembali merasakan hidup bahagia. Tetapi Ari tak mengenali wajahnya dengan jelas. Karna terhanyut dalam senyuman manis itu. Ari sangat ingin bertemu dengan pria yang membuatnya langsung jatuh hati melihat senyuman manis tulus tercipta di bibir pria yang masih ia cari identitasnya.

Ari mengambil tasnya dan berpamitan dengan pembantunya yang selalu menemaninya. Ia berjalan masuk kedalam mobilnya itu. Mengendarai dengan kecepatan maximum demi tak terlambat ke sekolah. Tak memikirkan keselamatannya. Karna tak ada satupun namanya tercatat dalam buku kasus. Sehingga membuatnya tak ingin menempatkan namanya dalam buku emas itu.

Sesampainya di sekolahnya, SMA Putra Putri Bangsa ia berjalan dengan anggunnya sehingga sepanjang koridor banyak mata tertuju padanya. Ari hanya terus melangkahkan kakinya. Membiarkan pasang mata itu terus menatapinya.
Setelah sampai di kelas, Ari menanyakan pelajaran Kimia yang ia kurang paham kepada Clara salah seorang sahabatnya dari SMP. Clara mengajarkan Ari dengan baik hingga Ari menganggukan kepalanya mantap. Kini, ia sudah siap untuk ulangan hari ini.

“Eh lo lihat Jessy nggak?” tanya Ari pada Clara.

“Tuh!” tunjuk Clara

“Ok!” Ari berjalan ke meja Jessy dan memukul meja Jessy hingga membuat Jessy terkejut.

“Sialan lo Ri!” ujar Jessy kesal.

“Habisnya lo serius banget bacanya, emang lo baca apa sih?”

“Baca novel, ya baca buku kimia lah!” ketus Jessy

“Jangan marah  dong, gue kan cuma bercanda.” Ujar Ari dengan cengirannya

“Mmm... ya ..ya" jawab Jessy tanpa mempedulikan Ari

“Senyum dong!” bujuk Ari

“Nggak”

“Ayo dong!” ujar Ari menggoyang – goyangkan tubuh sahabat kecilnya itu. Jessy menghela napas kasar lalu menunjukkan senyumnya yang kelihatan dipaksakannya.

“Hahaha...gitu dong!” ujar Ari sambil menyubit hidung Jessy yang mungil

“Aduh..duh... Sakit tau!” ujar Jessy kesal sambil mengelus – elus hidungnya yang mungil.

Bel masuk berbunyi membuat semua murid duduk rapi di kelasnya.

“Yah, gue nggak jadi nanya sama Jessy.” Ia berdecak sebal mendengar lonceng berbunyi

“Pagi!” sapa Bu Sri dengan ramah.

“Pagi buk!” jawab dengan kompak.

“Tampaknya kalian bersemangat, kita mulai saja ulangannya.” Ujar Bu Sri sambil membagikan soal ulangan.

Ari terus berdoa agar ia dapat mengerjakan ulangan kimia hari ini. Keheningan tercipta di kelasnya. Hanya suara jam dinding yang berusaha memecahkan keheningan. Murid – murid  mengerjakan soal yang telah dibagikan dengan sebaik mungkin. Menggunakan waktu dengan sebaik mungkin.

Hingga tak terasa jam berputar hingga sangat cepat menyisakan waktu ulangan tinggal 5 menit lagi. Mereka memanfaatkan waktu yang tersisa itu dengan baik.

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang