Lonceng pulang sudah berbunyi sejak dua puluh menit yang lalu. Tetapi Ari belum beranjak dari tempat duduknya, ia bersandar menatap dari jauh bola oranye yang tergeletak diam di tengah lapangan. Bola oranye seolah memanggilnya untuk bermain bersamanya. Ari berjalan ke tengah lapangan dan mengambil bola basket itu, memantul-mantulkannya dan melempar ke arah ring.
Bola masuk dengan mulus ke dalam ring yang membuatnya terus memantu-memantulkan bola oranye itu. Bergaya seperti pemain basket wanita yang profesional, Ari bergaya seolah di hadapannya sekarang adalah musuh. Ia mengecoh dan melempar bola dari jarak jauh, dan bola masuk dengan sangat baik.
Ari berteriak dan tersenyum melihat kemampuan bermainnya yang sangat baik. Ari berjalan mengambil bola itu kembali, tetapi bola itu sudah di tangan seorang laki-laki yang melihatnya dengan senyum. Selera untuk memainkan bola oranye itu hilang seketika melihat laki-laki itu.
Ia mengikat rambutnya dengan cepat dan berjalan mendekati laki-laki itu tetapi bukan untuk mengambil bola basket yang sudah beralih di tangan laki-laki itu, melainkan mengambil botol minumnya yang terletak di sebelah laki-laki itu dan bersiap untuk meninggalkan lapangan.
Jonathan yang melihat Ari hanya bingung. Saat Ari hendak melangkahkan kakinya, Jonathan mencekal tangan Ari yang membuat Ari menghela napasnya kasar. Ari berbalik dengan wajahnya yang datar. Ari menaikkan alisnya sebelah seolah bertanya 'Apa?'
“Kok nggak main lagi?”
“Capek.” Jawab Ari dengan wajah datarnya yang membuat Jonathan memikirkan pertanyaan untuk sekedar basa-basi
“Ternyata lo jago main bola basket, gue aja yang liatnya takjub.” Puji Jonathan yang membuat Ari menatap Jonathan lebih datar. Sepertinya pertanyaan Jonathan kali ini salah.
Tapi saat Ari ingin menjawab, ponselnya bergetar dan menampilkan nama si penelepon.“Halo, Ri?”
“Ya.”
“Lo lagi dimana? Udah pulang belum? Apa gue ganggu lo?"
“Nanyanya satu-satu dong!” Jawab Ari terkekeh yang membuat Jonathan bingung melihat sikap gadis di depan nya yang pandai sekali mengubah mimik wajahnya dengan cepat
“Yeee, ya udah gue ulang. Lo lagi dimana, Ri?”
“Nah, gitu kan enak dengernya. Gue lagi di sekolah tapi mau pulang, kenapa?”
“Ooo, gue kita lo lagi di rumah, gue pengen curhat nih!” mendengar kata curhat, Ari tersadar dari tadi ia masih bersama Jonathan. Jonathan yang merasa di lihat hanya memandang Ari dengan tatapan bingung.
“Bentar, Jess.”
“Ok.”
Ari menjauhkan ponselnya lalu beralih menatap datar Jonathan.
“Kalau lo cuma mau bilang hal yang nggak penting, mending lo chat gue aja.” Ujar nya dengan suara pelan sebelum meninggalkan Jonathan yang tak tahu harus bersikap bagaimana lagi di depan gadis itu.
“Emangnya gue salah kalau muji dia?” gumam Jonathan yang melihat Ari yang sudah menjauh yang sibuk dengan ponsel gadis itu.
“Halo?”
“Eh-halo!”
“Sorry, tadi gue ada urusan. Btw, lo mau curhat tentang Jonathan?” Tanya Ari saat ia sudah berada dalam mobilnya
“Eh-kok lo tau?”
“Emang biasanya lo nggak curhat tentang Jonathan sama gue?”
“Hehehe, iya juga, ya?” Jawab Jessy dengan cengir yang tak jelas
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday
Teen FictionSeorang gadis yang berusaha untuk bertahan. Hingga seseorang datang dan menemani harinya dengan senyum yang membuatnya bertanya - tanya. Bertanya - tanya perihal akan senyum yang tak pernah ia lihat lagi ketika Tuhan mengambilnya. Senyum itu membuat...