Mengingat hari ini hari libur, Ari pergi lari pagi di sekitar kompleknya. Menghirup udara segar yang semakin sedikit. Beristirahat sejenak untuk meregangkan tubuhnya sejenak kemudian melanjutkan lari paginya kembali.
Senyum manis laki – laki itu menatapnya. Kembali ia tertegun melihat senyum untuk yang ketiga kalinya. Senyum pertama yang didapatinya saat berjalan- jalan pagi dan kini ia dapati lagi. Senyum yang selalu ia rindukan.
“Ari?” tanya laki – laki itu seraya mengibas – ngibaskan tangannya di depan wajah Ari
“Eh—eh iya?” jawabnya setenang mungkin.
“Beberapa hari ini lo kok melamun kalau liat gue? Gue tau gue ganteng, jadi liatnya biasa aja.”
“Biasa aja.” Celetuknya
“Btw, lo kok disini?” tanya Jonathan mengernyit
“Gue lagi lari pagi.” Jawabnya cuek
“Emang rumah lo disini? Blok berapa?” tanya Jonathan melihat beberapa rumah di belakang Ari
“Kepo!” Jawabnya meninggalkan Jonathan dengan pertanyaan yang belum ia jawab
“Nih anak ditanya malah pergi. Emang kebiasaan banget.” Ujarnya melihat Ari yang semakin menjauh darinya.
Ia pergi berlari menuju taman yang biasa ia datangi. Mencari tempat duduk yang biasa ia duduki. Menatap taman di sekelilingnya. Menghirup udara segar dan menghembuskan perlahan melalui mulutnya.
“Lagi – lagi senyum itu menghampiri.” Ujarnya memandang rumput hijau segar dibasahi embun pagi.
“Senyum siapa?” tanya laki – laki itu yang kini sudah disampingnya
“L—lo? Ngapain lo disini?”
“Gue sering datang ke taman ini kalau gue lagi suntuk.” Jawabnya memandang rumput hijau di depannya. Ari tak paham apa yang dikatakan Jonathan. Bagaimana semua terjadi?
“Lo ngapain di sini?” tanyanya memandang wajah Ari.
“Duduk.”
“Gue tahu kalau lo lagi duduk. Tapi kenapa lo duduk disini?” tanya Jonathan mengacak – acak kecil rambut Ari. Ari tak menjawab dan membicarakan rambutnya diacak-acak oleh Jonathan, tapi ia merasa ada yang berbeda saat ia bersama Jonathan ketika ia tahu jika senyum yang ia harapkan ada pada Jonathan.
Ia menepiskan rasa itu dengan cepat.
“Gue pulang.” Pamitnya
“Kok cepet banget? Padahal gue baru duduk?” cegat Jonathan
“Trus?” tanya Ari yang berpura – pura tak mengerti
“Lo pura – pura nggak ngerti atau gimana sih?” balas Jonathan yang disertai pertanyaan. Lagi lagi Ari tak menjawab. Jonathan hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Ari.
“Ya udah gue—"
“Nggak usah.” Jawabnya meninggalkan Jonathan
“Gue belom selesai kok dia udah tau apa yang gue mau bilang?” tanya Jonathan dalam hati seraya menatap punggung Ari yang semakin jauh.
***
Ari tak langsung pulang ke rumahnya, ia berjalan ke supermarket yang tak jauh dari taman. Saat ia ingin masuk, tiba-tiba seorang laki-laki keluar dari supermarket yang membuat Ari hampir terjatuh.
“Mas, kalau jalan liat liat dong! Untung aja saya nggak jatuh.” Ujar Ari memarahkan seorang yang memungut belanjaannya
“Maaf, mbak saya nggak sengaja.” Jawab laki-laki itu seraya melihat orang yang tak sengaja ia tabrak
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday
Teen FictionSeorang gadis yang berusaha untuk bertahan. Hingga seseorang datang dan menemani harinya dengan senyum yang membuatnya bertanya - tanya. Bertanya - tanya perihal akan senyum yang tak pernah ia lihat lagi ketika Tuhan mengambilnya. Senyum itu membuat...