Bab 9

38 2 0
                                    

“Lo kenapa bisa telat Ri?” tanya Jessy menghampiri Ari yang tengah duduk di bangkunya

“Iya, gue kira lo nggak datang.  Biasanya lo datang duluan dari kita berdua.” Sambung Clara

“Gue telat bangun. Btw kalian nggak ke kantin?”

“Mager, kalau lo mau beliin nggak papa.” Jawab Clara yang membuat Ari menghela napasnya

“Kalau lo?”

“Mmm, gue mager juga kayak Jessy.” Cengir Jessy yang membuat Ari menghela napasnya

“Ya udah, lo pada mau nitip apa?”

“Ih, Ari baik banget deh! Gue pesan  jus mangga aja satu.”

“Kalau gue nasi goreng sama teh es aja.” Sambung Jessy yang diangguki Ari

Ari berjalan keluar kelas meninggalkan sahabatnya yang mager nggak jelas.

“Memang kebangetan tuh orang! Masa iya tiba – tiba mager nggak jelas. Biasanya mah paling seneng banget ke kantin.” gerutunya dalam hati.

Sesampainya di kantin, ia memesan makanannya dan pesanan sahabatnya.

“Mang, nasi goreng 2 minumnya jus mangga satu trus teh es dua.” Pintanya

“Neng Jessy sama neng Clara kemana?” tanya mang dadang seraya menyiapkan pesanan Ari

“Mereka lagi malas ke kantin mang.”

“Oh gitu, nih pesanannya neng!” ujar mang Dadang menyodorkan pesanan Ari

“Makasih mang!” Balas nya seraya memberi beberapa lembar uang sepuluh ribu dan lima ribu.

Ari tak langsung kembali ke kelas, ia ingin mengerjai sahabatnya. Ia sengaja tak langsung membawa pesanan kedua sahabatnya melainkan menikmati makanannya terlebih dahulu. Ari duduk di sebuah bangku yang kosong dan menikmati makannya.

“Kok tumben sendiri? Mana temen lo yang lain?” ujar Jonathan menghampiri Ari yang sedang menikmati makanannya. Ari tak menjawab, ia tetap fokus pada makanannya.

“Kalau orang nanya, dijawab!” ujar Jonathan kesal karena Ari hanya diam

“Oh, lo ngomong sama gue?” tanya Ari menghentikan aktivitas

“Ya iyalah, emang sama siapa lagi? Setan?” Ari mengendik bahunya cuek.

“Emang susah ngomong sama makhluk aneh kayak lo.” Celetuk Jonathan yang langsung membuat Ari menatap tajam Jonathan.

“S—santai.”

“Gue balik ke kelas dulu.” Ujar nya seraya membawa kantong plastik warna putih

“Eh, nasi lo belum habis!” cegat Jonathan yang membuat Ari terhenti sejenak

“Kalau lo mau ambil aja.” Ujarnya meninggalkan Jonathan beserta rombongannya.

Jonathan yang mendengar hal itu hanya memberikan tampang melongo nya lalu berdecak kesal melihat tingkah laku Ari yang sangat cuek itu.

“Lo yang sabar, Ari emang gitu orangnya.” Ujar Anton menepuk pundak Jonathan

“Iya Than, Ari emang gitu orangnya. Tapi gue tahu dia pasti ada sisi lembutnya.” Sambung  Adit

“Sok tau lo, nyet!” Jawab Jonathan menempeleng kepala Adit

“Sakit tau!” ujar Adit mengelus – elus kepalanya.

“Dia beda banget sama temannya yang lain.” Ujar Jonathan dalam hati.

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang