Bukan Abu

2.7K 102 10
                                    

Satu bulan berlalu.
BatzNae masih seperti biasanya. Tidak ada status namun tambah mesra. Bahkan mereka tidak segan memperlihatkan kemesraan mereka di depan umum.

Di saat itu juga, Aom sedang dekat dengan Tina. Mereka sering pergi bersama. Bahkan Tina sudah mengajak Aom berkumpul bersama teman-temannya.

Sampai di hari Jum'at.
"Besok kamu sibuk" ucap Nae yang sedang duduk dipelukan di depan Batz
"Iya"
"Sibuk apa?"
"Sibuk mencintai kamu"
"Ih.. Serius" ucap Nae mencubit lengan Batz
"Hahahaha serius mah udah bubar. Mending Noah aja"
"Bodok ah"
"Ga kok. Ada apa?"
"Liburan yuk"
"Kemana?"
"Mau ga?"
"Boleh"
"Okesip. Jemput aku ya"
"Siap!" Ucap Batz mencium pipi Nae namun semakin mendekat ke bibir Nae.
Nae yang mengerti langsung menghisap bibir Batz. Tangan Batz mulai berani mengusap bagian bawah dada Nae. Namun Nae hanya diam.

15 menit kemudian.
Batz melepas ciuman mereka lalu mencium kilat bibir Nae.
"Tanganmu nakal" ucap Nae memukul pelan lengan Batz
"Kamunya diam aja" ucap Batz menciumi pundak Nae
Nae tersenyum dan mengeratkan pelukannya sambil sedikit mengangkat tangan Batz agar menyentuh dada bawahnya.
BatzNae tertawa setelahnya.

Nae melihat hpnya.
"Kao mau jemput" ucap Nae membaca pesan
Pelukan Batz merenggang. Nae memegang tangan Batz dan mencium kilat bibir Batz.
"Aku pulang dulu. Sampai jumpa besok" ucap Nae yang sudah berdiri.
Batz memeluk pinggang Nae dan mencium perut Nae yang masih tertutup seragam.
Nae mengelus rambut Batz. Mengangkat dagu Batz lalu mencium bibir Batz dalam.

Tak lama setelah Nae melepaskan ciuman. Mobil Kao datang dengan kaca terbuka. Batz melepaskan pelukannya. Nae menoleh.
"Aku duluan. Nanti aku kabari" ucap Nae merapikan bajunya
Batz mengangguk.

Di dalam mobil.
"Semakin mesra?" Tanya Kao
Nae mengangguk.
"Dia gimana?"
"Diam aja"
"Kamu?"
Nae diam.
"Dilawan. Keliatannya Batz orang baik"
"Sangat baik"
"Masalahnya?"
"Aku takut"
"Kamu udah maju sejauh ini. Bagus dong. Dicoba aja"
"Kalau...."
"Ga semua begitu. Dan gw rasa Batz ga gitu"
Nae diam
"Udah kasi tau tentang aku?"
Nae menggeleng
"Pantas tadi langsung dilepas"
"Besok aku ngajak dia liburan"
Kao mengangguk
"Semoga keputusanku benar"
"Mamah dan aku sudah setuju. Dicoba aja. Dia sangat mencintaimu"
"Dulu juga begitu"
"Jangan dipukul rata, Ne"
"Aku cuma takut"
"Iya. Itu wajar. Tapi ga ada salahnya kamu nyoba. Itu udah lama. Dan umurmu makin bertambah"
"Iya. Akan aku coba besok"
"Aku mendukungmu"
"Makasi"
Kao mengangguk
"Tapi dia pernah sakit"
"Sakit apa?"
Nae mengangkat bahunya.
"Katanya pusing. Aom bilang sakit kepala. Ditanya obatnya, dia bilang ga mempan. Dibeliin obat warung, diem bentar, pulang. Langsung tidur, harus ditempat gelap, posisi kepala lebih tinggi. Mukanya juga pucat, keringat dingin"
"Pernah gitu sebelumnya?"
"Sebelum ketemu aku kayanya pernah, soalnya Aom bilang kambuh. Berarti semacam penyakit lama dan kambuhan gitu"
Kao mengangguk.
"Nti aku cari tau"
Nae mengangguk
"Anaknya gimana?"
"Pas deketin aku, dia banyak omong baper, modus, gombal. Eh pas udah deket, dia pendiam, manja. Udah bisa ditebak gimana dan kenapa"
"Sama kayak kamu, cuma kebalikan ekspresi"
Nae mengangguk
"Tercermin lah ya. Makanya kamu berani"
"Iya. Aku melihat putih. Bukan abu"
Kao mengangguk.

Black WhiteWhere stories live. Discover now