Nae melepaskan ciumannya.
"Kamu sakit apa?"
"Aku gpp"
"Setelah aku buka semuanya?"
"Sakit kepala"
"Hanya itu?"
"Sayang..."
"Yasudah. Terserah kamu"
Nae hendak berdiri namun Batz menarik Nae ke dalam pelukannya. Nae menjauhkan dirinya.
"Aku mengatakan hidupku. Aku bahkan sudah memberikan hidupku. Namun kamu masih belum mempercayaiku? Itu menyakitkan, Batz"
Batz terdiam
"Aku gatau apa alasanmu. Sekarang aku mau ke toilet"
Batz menahan tangan Nae.
"Lepaskan" ucap Nae datar
Batz masih memegangnya.
"Lepaskan, Batz"
Batz akhirnya membiarkan Nae berlalu.Di dalam toilet.
"Aku gatau apa alasanmu. Tapi ini sungguh menyakitkan. Belum cukup percayakah kamu setelah apa yang semalam kita lakukan?"
Nae menangis di dalam toilet. Hatinya sangat hancur mendapatkan perlakuan Batz seperti tadi.Di lain tempat.
Batz menelpon Aom.
"Ya. Ada apa, Batz?"
"A-aku.. Apakah aku jahat?" Ucap Batz serak menahan air matanya
"Hey, kenapa lo? Jangan banyak pikiran! Ada apa? Lo kenapa?"
Aom panik mendengar suara Batz
"Nae marah"
"Masalahnya?"
"Tadi pagi, ia bercerita tentang kehidupannya. Bahkan semalam ia memberikan hidupnya"
"WHAT?? SEMALAM?? KALIAN?"
"Iya, Aom. Semalam. Sudahlah. Jangan bahas itunya. Fokus ke marahnya Nae"
"Oke. Kenapa?"
"Ia menanyakan sakit gw"
"Terus?"
"Gw bilang gw sakit kepala"
"Hmm.."
"Dia marah"
"Lo cuma bilang sakit kepala?"
"Iya"
"YAIYALAH DIA MARAH!!" ucap Aom sedikit berteriak
"Eh kok lo marah juga?"
"Kenapa lo ga cerita?"
"Tadinya, aku berpikir cukup Mamah sama lo aja yang tau. Gw terlalu mencintai dia, Aom. Gw gamau bebanin dia. Gw gamau.. Gw gamau.. Gw gamau dia ninggalin gw" ucap Batz yang sekarang sudah menangis
"JANGAN BODOH, BATZ!! Dia sudah memberikan hidupnya, artinya dia sudah percaya lo sepenuhnya. Gw ga paham, gimana bisa lo berpikir sepengecut itu!" Aom berteriak saking kesalnya.
"Halo.. Halo.. Aom" Batz memanggil Aom namun Aom memutus panggilannya.Batz menghela napas lalu menelpon Aom kembali. Kali ini ia loudspeakerk karna tau Aom pasti marah-marah.
"Halo.. Aom"
"Ada apa?"
"Kok dimatiin"
Aom hanya diam
"Maafin gw"
"MINTA MAAF ITU SAMA NAE, BATZ! BUKAN SAMA GW! teriak Aom
Benar dugaan Batz, Aom pasti marah.
"Iya, nanti gw minta maaf. Dia lagi di kamar mandi"
"Wajar, Batz, dia marah. Lo terkesan ga percaya sama dia. Itu sakit loh, Batz. Dan alasan lo kayak pecundang!" Ucap Aom dengan nada meninggi
"Gw terlalu mencintai dia"
"Iya. Dia juga gitu, makanya dia ngasih idupnya ke lo!" Ucap Aom sedikit teriak karena gemas dengan pemikiran sahabatnya
Batz diam.
"Gw ga ngerti ya gimana jalan pikiran lo. Kalo gw jadi Nae, baek-baek lo gak gw bakar ditempat. Apalagi setelah denger penjelasan keparat lo tadi!" Aom makin meninggikan suaranya.
"Iya. Gw sepecundang itu" ucap Batz lemas menyesal
"Udahlah. Nyesel emang belakangan. Sekarang, lo samperin Nae. Minta maaf. Lo ceritain. Dan jangan kasi alesan keparat itu. Kalo ga, gw yang akan bakar lo!" Ucap Aom tegas
"Iya. Baiklah. Makasi ya, Aom. Lo emang sahabat terbaik gw. Makasi udah nyadarin gw"
"Ya. Kapanpun"
"Makin sayang gw sama lo"
"Ga usah ngomong menggelikan gitu. Ga cocok"
"Dasar cewe baper lo!"
"Bodok"
Aom memutuskan sambungan.
"Kampret! Gw yang nelpon, dia matiin seenaknya"
Batz minum dan menunggu Nae datang.
YOU ARE READING
Black White
Fanfictionhitam dan putih adalah mutlak. abu hanyalah perpaduan keduanya.