Tungkai lelaki itu berjalan menelusuri jalanan bandara yang memang cukup ramai saat ini. Niatnya untuk menjemput Yein jadi luntur tatkala menerima telepon dari seseorang yang memang sudah lama ia nantikan. Toh, Yein juga mengatakan bahwa ia diantar oleh seseorang – Jaehyun tak tau itu siapa – yang jelas gadis itu bilang bahwa ia akan baik baik saja, dan Jaehyun cukup percaya pada Yein. Karena pria itu tau pasti, bahwa adik sepupunya sudah cukup dewasa dalam menjaga diri.
"Jaehyun oppa?"
Jaehyun berhenti sejenak ketika seorang gadis menepuk pundaknya. Yah, gadis yang Jaehyun tunggu tunggu sejak tadi.
Gadis mungil itu tersenyum simpul setelah mengetahui bahwa yang ia sapa adalah orang yang benar.
"Eunha-ya,"
––———————————
Yein terduduk gusar diatas ranjangnya sambil memeluk lutut dan menenggelamkan kepalanya dalam dalam. Sesekali gadis itu menggigiti kukunya sembari berkomat kamit tidak jelas. Otaknya sedang kacau oleh sesuatu, diikuti dentuman jantung yang sedaritadi makin menggila. Dan rasanya gadis itu tak sadar bahwa semburat merah alami ini terpatri di kedua pipinya.
Mau tau kenapa tingkah manusia ini menjadi tidak normal?
Ayo kembali ke beberapa jam yang lalu.
Flashback on –
Kedua tungkai milik lelaki itu terus berjalan menelusuri jajaran apartemen yang termasuk dalam list 'terbaik' di Seoul. Sedangkan sang gadis yang berada digendongannya – lebih tepat dipunggungnya – hanya mengikut dan tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Suasana ini terlaku canggung bagi dua pemuda pemudi yang baru saling – bahkan belum – mengenal.
"Apartemenmu, nomor berapa?"
"D-dua puluh satu,"
Yah, itu hanya sepenggal percakapan singkat dari keduanya. Tak ada yang memulai pembicaraan lagi. Jungkook yang memang tak berniat, dan Yein sendiri yang tak berani. Jadilah hanya suara angin dan hentakan kaki yang menemani mereka.
Yein menepuk pundak Jungkook pelan. "D-disini. Berhentilah,"
Jungkook lalu menghentikan langkahnya, sedikit menengok kepada Yein. Lalu bertanya? "Mau turun?"
"A-ah iya," Jawab Yein cepat. Baru saja gadis itu memulai pergerakannya untuk turun, tapi sebuah hal menjijikkan tiba tiba sudah menyambutnya…
"AAAA!! TIKUS!!! ANDWAEE EOMMA USIR TIKUS ITU HIYAAAA!!"
Niat Yein yang tadinya akan turun kini sirna berkat hewan yang selama ini ia rutuki dari kecil. Tangan yang tadinya tak berani memberi perlakuan lebih itu malah bergelayut erat dileher dan pundak Jungkook. Kakinya mengayun dan memberontak tidak tenang sembari terus berteriak gaduh membuat Jungkook ikut panik dengan sendirinya.
"Ck, bisakah kau tenang dulu? Kau menjambakku – akh!"
"AKU TIDAK SUKA BINATANG ITU ANDWAEE USIR DIAA!!"
"AKU MENGERTI MAKANNYA DIAMLAH DULU!"
Kini pikiran Jungkook benar benar campur aduk antara emosi, panik, kesal, sekaligus otaknya terus bekerja mencari akal unuk memusnahkan binatang kecil pembuat onar itu. Kakinya bergerak kesana kemari sambil menendang nendang si tikus, karena memang kedua tangannya digunakan untuk menumpu badan Yein. Jadi hanya kaki yang bisa Jungkook andalkan.
Lelaki itu terus berusaha walaupun merasakan sedikit hal janggal dibagian leher belakangnya – oh, rasa yang tak biasa, hangat bercampur nyeri seperti ada sesuatu yang tumpul ingin menembus kulitnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Breath [SOON]
Fanfiction'Kau itu seperti oksigen, 'Lalu jika oksigenku hilang, bagaimana bisa aku bernafas?' Jeon Jungkook & Jung Yein.