Sudah hampir satu jam keluarga bermarga Jung itu menghabiskan waktunya untuk bercanda gurau sambil menikmati hidangan rumah yang memang sangat mereka rindukan. Oh, kapan lagi mereka mempunyai waktu bersama seperti ini? Pekerjaan memang menghambat segalanya.
"Yein-aa, bagaimana? Apakah kau sudah siap melanjutkan bisnisku?"
Yein terkesiap saat sang ayah memulai dialog yang jauh dari kata bergurau — yah, soal itu lagi, Pikir Yein. Memang gadis itu sama sekali belum siap, bahkan ia pun tidak menaruh niat sedikitpun soal pekerjaan yang bernama bisnis itu. Lebih baik ia menjadi seorang penari balet — paling tidak ia bisa menjadi seorang designer butik saja, itu sudah cukup menyenangkan.
"Yein?"
"A-ah, Ne appa?" Yein meletakkan alat makannya, lalu meneguk air putih demi menghilangkan rasa gugup yang menyerangnya sekarang.
Sang ibu tersenyum kecil melihat anaknya, perempuan paruh baya itu tau persis anaknya seperti apa. Dan ia memilih diam sambil menikmati cocktail manis miliknya, menyimak dengan baik percakapan ayah dan anak tersebut.
"Aku punya penawaran untukmu," Kini giliran sang ayah yang meletakkan alat makannya. "Kau bisa memilih, jika kau memang tak ingin melanjutkan bisnisku,"
Yein mengibas pelan rambutnya ke belakang, tangannya sedikit meremas serbet makan yang ada dipangkuannya. "Apa itu, Appa?"
————————————————
"Bagaimana keadaanmu? Mengapa kau kembali, huh?"
Eunha menatap kesal kakaknya. Lalu ia mulai mengeluarkan suaranya. "Memang kenapa? Apa itu masalah? Aish,"
"Gwaenchanha," Jawab sang kakak sedikit tertawa. "Jangan bilang kau kesini—"
"Yah kau benar Jaehyun oppa!" Eunha berteriak kecil, membuat beberapa pengunjung cafe mengalihkan fokusnya pada meja yang ditempati gadis mungil tersebut.
"Kecilkan suaramu, bodoh," Umpat Jaehyun. "Kenapa sih kau menunggunya? Memang dia masih ada didunia ini?," Kali ini pria itu berucap santai sambil menyesap kopi dinginnya. Membuat sang adik ingin menamparnya sekarang juga.
"Tentu saja!" Jawab Eunha yakin. "Bahkan ku dengar ia akan meneruskan pekerjaan ayahnya. Ugh, tidak salah aku menyukainya sejak SMA,"
"Dasar alay,"
"Ya!!"
————————————————
Suasana pagi hari memang waktu yang paling tenang untuk memulai sebuah aktifitas. Dimana udara segarnya bisa mendamaikan paru paru sekaligus jiwa, raga, batin dan pikiran dari segala beban yang menimpa. Tidak heran jika banyak orang yang memilih bekerja pagi, agar semangatnya tak luntur duluan.
Tapi tidak bagi gadis bernama Ryu Sujeong.
Pagi pagi harusnya ia bangun dengan damai dikamarnya yang nyaman, tapi ia malah mendapat hal yang tak terduga sama sekali.
Ini bukan selimutnya,
Ini bukan bantalnya,
Ini bukan lamputidurnya,
Dan ini bukan kamarnya!
Aroma ini— Sujeong sama sekali tak mengenal aroma ini. Yang jelas Sujeong kenal betul kamarnya. Ada hiasan dipintu, warna dinding yang peach, dan pewangi strawberry yang menyapa indra penciumannya. Ditambah lagi kepala Sujeong masih pening untuk mencerna apa yang terjadi.
Tapi ini —
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.