Bagaimana, bagaimana ini terus menerus terjadi pada Jungkook?
Bagaimana bisa?
Kepada siapa Jungkook harus berlindung dari gangguan sekitar yang begitu mengusiknya?
Lalu...
Siapa yang patut disalahkan? Tuhan?
Bisakah kalian membantu Jungkook untuk menghubungi dokter kejiwaan? Atau mungkin Panti Jompo untuk mengurusi manusia aneh yang sekarang berceloteh dengan lancar tanpa henti. Membuat telinga Jungkook terbakar seketika,
Jangan lupa pada tangan mungil yang bergelayut seenaknya dilengan milik pemuda Jeon itu.
"... lalu aku memilih kembali karena merindukanmu, Jungkook-a!"
Jungkook menghela nafas kasar, lalu memutar bola matanya malas. "Bodoh, kau mengorbankan pendidikan karena merindukan seseorang?"
"Arra!" Jawab Eunha - gadis itu. "Dan itu adalah dirimu~" Sambungnya kemudian, membuat pemuda Jeon itu cepat cepat ingin sampai ke tempat yang mereka tuju.
"Uuh, Kookie. Kita sudah sampai!"
------------------
Jaehyun berjalan cepat menyusul sepupunya ketika gadis itu juga ikut ikutan mempercepat langkahnya. Tak peduli dengan tatapan aneh pengunjung caffe, pemuda itu benar benar bingung dengan sepupu kesayangannya tersebut - setelah berita awam yang ia dengar - Itu membuat Jaehyun mau tak mau harus mendengar penjelasan dari mulut gadis itu sendiri.
"Yein-a, ku mohon berhentilah," Pinta lelaki itu ketika tangan besarnya berhasil meraih pundak gadis itu.
"Aku tak punya waktu banyak-"
"Sebenarnya ada apa dengan dirimu?!" Ucap Jaehyun frustasi dengan nada sedikit membentak, membuat para pengunjung lagi lagi memfokuskan matanya ke arah mereka.
Yein mendesah panjang, ia sangat tak menyukai atmosfer ini. - Menjadi tontonan gratis orang disekitar mereka karena masalah pribadi? Oh, Shit. Itu memalukan sekali.
"Aku baik baik saja,"
"Aku tidak yakin,"
"Hentikan itu, Oppa!" Sentak Yein setelahnya, wajah gadis itu terlihat memerah. "Kau lihat bukan? Aku baik, tidak ada yang salah denganku-"
"Tapi tidak dengan butikmu,"
Yein terdiam. Tangannya dengan kuat meremas selempang tas ber brand kelas atas miliknya. Otaknya berputar- mencoba mencerna apa yang baru dikatakan Jaehyun. Jangan bilang lelaki itu sudah mulai tahu mengenai permasalahannya.
Jaehyun sendiri mengambil langkah cepat mendekati gadis itu, tangannya terulur untuk memegang kedua pundak Yein. Matanya tak berpaling sama sekali, terfokus pada gadis itu. "Ayolah, Yein, Ceritakan padaku," Pinta lelaki itu sambil mengusap kedua bahu adik tersayangnya itu. Jaehyun yakin sekali, bahwa gadis itu menyembunyikan sesuatu.
Yein menunduk, bahunya bergetar dalam dekapan kedua tangan Jaehyun. Gadis itu menangis dalam diam- hampir tak terdengar sama sekali. Tubuhnya limbun didada bidang kakak sepupunya tersebut. Ia menangis sepuasnya disana, tidak peduli lagi dengan pandangan bingung pengunjung cafe itu.
"Ayah menghancurkan semuanya, dia menghancurkan butikku, dia membuat semua pegawaiku keluar tanpa alasan. Aku membencinya oppa- aku... hiks,"
"Tenangkan dirimu," Sanggah Jaehyun. "Duduklah disini," Lanjutnya kemudian mendudukkan Yein disalah satu kursi cafe. Membuat gadis itu terkontrol beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breath [SOON]
Fanfiction'Kau itu seperti oksigen, 'Lalu jika oksigenku hilang, bagaimana bisa aku bernafas?' Jeon Jungkook & Jung Yein.