Chapter 7: Dari Ufuk Timur

23 3 0
                                    

"Pitcher ... katakan sesuatu tentang desa kita." Desak Maria yang penasaran.

"Eh?" Pitcher tersentak kaget, terbangun dari lamunannya setelah beberapa menit yang lalu terdiam bersama Maria.

Malam belum begitu larut, Maria dan Pitcher memutuskan untuk bertemu di atas atap bangunan itu―atap bangunan milik kepala desa yang berbentuk seperti kubah setengah lingkaran namun landai, sehingga bisa digunakan walau hanya sekedar duduk bersama menikmati bintang dan rembulan seperti yang Pitcher dan Maria lakukan sekarang. Mereka melepas rindu setelah sekian lama tidak bertemu. Meski bagi Maria perpisahan mereka hanya terasa seperti dua hari saja, namun tidak bagi Pitcher. "Kau sudah seminggu ini menghilang!" Katanya. Maria sempat terkejut mendengar pernyataan itu. Meski kemudian ia berusaha mencernanya dengan asumsi yang logis karena Pitcher segera menunjukkan kalender peri dan menunjuk tanggal kejadian dan juga tanggal hari ini. Barangkali ada perbedaan waktu antara dunia manusia dan dunia peri, pikir Maria. Atau, ia berada di kegelapan antara dunia peri dan manusia selama beberapa hari, karena Maria terlempar begitu saja dan masuk ke dunia manusia tanpa melalui perantara seperti kereta antar dunia Yggdrasil. Bisa saja akibat dari kekuatan yang dimiliki oleh Inti Yggdrasil yang berusaha Maria rebut sebelum ia terlempar ke dunia manusia.

Beberapa menit telah berlalu dari percakapan itu. Dan kini, saatnya Pitcher harus menjawab pertanyaan yang Maria ajukan untuknya.

"Yang terjadi pada desa kita ..." Pitcher mengalihkan pandangannya dan mulai menjelaskan.

"Kau tahu, setelah demon yang bernama Kaizen yang memegang kristal itu menghempaskanmu, ia merasa sangat kesakitan pada tangannya. Dan aku melihat ada seperti muatan listrik mengalir pada bola kristal itu yang kupikir itulah yang membuatnya menderita. Dan setelah rasa sakitnya terasa mulai reda, ia terlihat marah―marah kepada bangsa Peri lalu memutuskan untuk menghancurkan seluruh desa dengan kekuatannya. Saat itu aku hanya terdiam saja; terpaku setelah meneriakkan namamu dan sadar bahwa aku kehilanganmu. Untungnya teman-teman dan para pasukan peri melindungiku. Pikiranku kosong dan hanya bisa menatap Kaizen yang membuatku kehilanganmu. Bahkan ketika Kaizen melancarkan serangannya yang meledakkan seluruh desa, aku tetap saja terdiam. Hingga ayahku meninggal karena melindungiku yang tak bisa berbuat apa-apa―yang hanya bisa diam melihat semuanya terjadi." Pitcher nampak menutup mukanya dengan kedua tangannya yang sepertinya berubah menjadi sendu saat mengingat kejadian yang berusaha ia ceritakan kepada Maria.

"Atur nafasmu, tenanglah. Semua itu sudah terjadi, itu bukan kesalahanmu." Maria hanya bisa mengelus-elus punggung Pitcher untuk menenangkannya "Lanjutkanlah."

Untuk sesaat, Pitcher menoleh kepada Maria. Lalu mengangguk dan berusaha merubah wajahnya. Ia kemudian melanjutkan kembali ceritanya. "Aku hanya bisa menangis ketika menyadari semuanya telah terjadi: desa kita rata dengan tanah, mayat ada di mana-mana. Kami yang masih selamat lalu mengungsi ke desa terdekat yaitu desa Madya ini. Kami mendengar kabar bahwa para demon menyerang desa-desa peri yang lain secara acak. Dan dari berita-berita yang kami dengar tersebut, singkat cerita kami menyimpulkan bahwa para demon hanya menyerang desa yang berpenghuni. Jadi kami para penduduk desa Madya memutuskan untuk tetap hidup dengan bersembunyi dan terus mengawasi satu sama lain―termasuk para pendatang baru yang dikhawatirkan bagian dari para demon itu. Kami terus hidup dalam ketakutan hingga akhirnya kau dan teman manusiamu itu datang ke desa ini, dan memberikan harapan bagi para penduduk desa Madya." Pitcher menutup ceritanya dengan senyum yang ia tujukan kepada Maria.

"Kenapa penduduk di desa ini merasa kalau kami membawa harapan bagi mereka?" tanya Maria keheranan.

"Karena kalian telah mengajarkan kepada kami arti dari kerjasama dan rasa saling percaya." Bozcha tiba-tiba menjawab pertanyaan Maria dari bawah. Rupanya peri kepala desa itu mendengar Maria dan Pitcher yang sedang berbicara di atas atap rumahnya. Ia lalu terbang ke atap untuk menuju ke tempat dua peri kecil itu berada, lalu mulai melanjutkan kalimatnya yang sempat terputus. "Kami para peri penduduk desa Madya―sebelum terjadi anomali cuaca dan teror dari para demon―adalah penduduk yang cenderung hidup dengan sikap egosentris. Mungkin karena sebagian besar penduduk desa ini adalah para pendatang. Sehingga sulit bagi kami untuk memahami satu sama lain." Ujarnya, tersenyum.

Journey Into Paralel WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang