"Haah ... haah ..."
Kami bertiga terengah-engah begitu berada di dalam kereta Yggdrasil. Kami melepaskan gandengan tangan dan duduk di tempat duduk yang ada. Ya, meskipun kami pernah mengalami hal ini sebelumnya, tapi pengalaman memasuki kereta Yggdrasil tetap saja terasa menegangkan.
"Rasanya seperti mau bunuh diri saja." Kata Reni. Masih terengah-engah sambil mengelus dadanya yang masih berdetak kencang.
"Siapa yang tidak deg-degan jika sebuah kereta besar melaju cepat hendak menghantam tubuh kita sementara kita harus tetap berdiri di depannya untuk bisa menaikinya? Benar-benar cara yang greget sekali." Aku juga mengeluhkan hal yang sama. Sambil mengibas-kibaskan tanganku yang dari tadi gemetaran karena terlalu tegang.
"Semoga aku terbiasa dengan keadaan ini, jika memang tidak ada cara lain berpindah dunia selain menggunakan kereta Yggdrasil ini." Gumam Ingga sambil membenarkan posisi duduknya dan menyandarkan badannya ke sandaran kursi yang ada.
"Kalian pasti akan terbiasa." Sahut Maria.
"Oh iya, soal demon itu ..." Aku bertanya pada Maria. "Mereka juga bisa berpindah-pindah dunia? Dengan kekuatan dari Inti Yggdrasil?"
"Iya, mereka juga bisa berpindah-pindah dunia. Tentunya dengan kekuatan inti itu." Jawab Maria. "Seperti yang pernah Dewi Floria katakan, tidak ada makhluk dari dunia mana pun yang bisa keluar dari dunianya. Kecuali para dewa yang memang memiliki tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan dunia. Setiap dunia yang ada, saat ini, masing-masing berdiri sendiri dan tidak saling bersinggungan."
"Itu artinya, kita berhadapan dengan musuh yang memiliki kemampuan khusus. Mungkin itulah kenapa Dewi Floria memberikanku kantung itu. Tapi aku juga tidak habis pikir, kenapa aku?" kata Ingga sambil menggacak-acak rambutnya.
"Mungkin, karena kau satu-satunya laki-laki dalam perjalanan ini." Jawabku.
"Mungkin Dewi Floria suka padamu." Reni menimpali sambil tertawa kecil.
"Ah, itu tidak mungkin." Jawab Ingga.
"Awas, nanti dia dengar lho, dia kan dewa." Maria ikut menyeletuk lalu tersenyum.
"Bisa gawat kalau begitu." Jawab Ingga lagi.
"Hahaha ... eh ngomong-ngomong, tadi kamu sempat bilang pernah bertemu dengan para demon itu. Mereka seperti apa? Dan, ada berapa orang?" tanyaku lagi kepada Maria.
"Setahuku mereka ada tiga orang. Satu orang yang membawa inti itu di tangan kirinya, kurasa adalah pemimpinnya." Maria menunduk sambil memegang dagunya untuk mengingat-ingat. "Mereka datang ke dunia peri, membuat kekacauan dan merampas kemerdekaan kami. Mereka lalu mengumumkan diri bahwa merekalah yang akan mengambil alih kekuasaan dunia peri. Para peri yang tidak setuju langsung melakukan perlawanan. Hingga terjadi peperangan hebat antara para peri dan demon. Namun para demon itu cukup kuat, mereka dibantu oleh kekuatan Yggdrasil sehingga mereka sulit untuk dikalahkan. Aku lalu mencoba merebut inti itu, dan pada akhirnya aku malah terlempar ke dunia kalian."
"Inti Yggdrasil itu ... memiliki kekuatan yang luar biasa ya?" tanya Ingga.
"Inti itu mengandung kekuatan dan pengetahuan yang bisa dibilang tidak terbatas. Inti itu memberikan energi terus-menerus kepada penggunanya. Sehingga bisa dikatakan kalau para demon itu sekarang memiliki kekuatan yang setingkat dengan para dewa." Jawab Maria. "Mereka bahkan bisa hidup abadi jika mampu menyerap sepenuhnya kekuatan dan pengetahuan dari Inti Yggdrasil itu."
"Tapi kurasa, yang mampu menggunakannya hanya pemegang inti itu kan?" tanya Ingga lagi.
"Sepertinya begitu, tapi dua demon yang lainnya juga ahli bertarung." Jawab Maria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey Into Paralel World
FantasyKeadaan dunia tiba-tiba saja menjadi kacau. Bencana alam di mana-mana. Anomali cuaca terjadi dan tak dapat diprediksi. Bersamaan dengan itu, Ingga, Kiki, dan Reni; tiga orang remaja yang dipertemukan dengan seorang peri dari dunia lain, memutuskan u...