"Seribu pasukan kalian, tidak akan sebanding dengan kekuatanku saat ini bangsa Elf!" Teriak Kaizen.
Para pasukan elf berbondong-bondong maju dengan senjata mereka masing-masing dari segala arah untuk menyerang Kaizen. Saat ini, kami sendiri masih diam dan melihat apa yang sedang terjadi. Komandan Fei berdiri, ia memberi kami komando untuk berkumpul.
"Dengar, apa pun kesempatan yang kita miliki, manfaatkanlah. Serang dia dengan cara apa pun yang kalian tahu. Dia bisa saja memanggil pasukan kapan pun Ia inginkan. Oleh karena itu, serang dia setiap kalian melihat celah itu." Perintah Komandan Fei.
"Mari kita tunjukkan hasil latihan kita!" Seru Ingga dengan bersemangat.
Sementara itu, Kaizen yang menyadari dirinya mulai dikepung oleh banyaknya pasukan yang secara serentak berusaha menyerang dirinya, ia mencoba untuk menggunakan kekuatan dari inti tersebut. Inti itu diangkatnya tinggi-tinggi. Namun ia tidak menyadari bahwa Maria yang ia cengkram di tangan kanannya mencoba mengambil tongkat sihirnya.
"Fairy ... Flaash ..."
Serangan Flash Maria tepat mengenai tangan kiri Kaizen dan serangan itu mutlak menggagalkan apa yang hendak dilakukan demon itu dengan Inti Yggdrasil. Maria terlepas, ia terjatuh di tanah. Sementara Kaizen masih merasakan rasa sakit pada tangan kirinya.
"Maria!" Aku berlari menghampiri Maria untuk menolongnya.
"Kesempatan, Fairy Flash!" Pitcher dengan cepat memanfaatkan momen tersebut.
Serangan Pitcher yang cepat itu mengenai bahu Kaizen, namun sedikit luput, sehingga serangan itu hanya menggores bahu kirinya. Namun itu sudah cukup membuatnya terluka dan merasakan sakit. Melihat adanya kesempatan, Ingga juga maju bersama dengan Wiil serta Komandan Fei untuk menyerang Kaizen secara langsung. Dan aku, berusaha membawa Maria menjauh dari benturan senjata yang akan terjadi.
"Maria, kau tidak apa-apa?" tanyaku.
"Aku sudah tidak apa-apa kok," ia mengelus-elus lehernya. "Baru saja Kaizen berkata soal pengetahuan Yggdrasil. Kurasa dia sudah tahu ... pengetahuan itu ada di dalam diriku."
"Ya, semuanya menjadi logis saat ini, Maria. Kami juga menyadarinya ketika kau masih koma dan dirawat di ruangan milik Komandan Fei."
"Jadi? Kalian juga sudah tahu soal ini?"
"Ya, tapi kami tidak punya bukti. Hanya kesimpulan yang mengarah ke sana. Semua yang kau sebut insting itu adalah pengetahuan Yggdrasil."
"Awalnya aku juga tidak percaya ketika aku dihadapkan kepada sebuah ingatan tanpa batas, di mana aku bisa melihat keadaan setiap dunia. Bahkan Dewi Floria sekali pun. Aku bertemu dengannya dan meski tanpa berkata apa-apa, aku sudah mengerti semuanya."
"Itu ... saat kau sedang koma?"
"Iya. Dan sepertinya aku terhubung langsung dengan Yggdrasil. Aku ..."
"Kau kenapa Maria? Kenapa kau menangis?" aku kaget ketika melihat Maria yang tiba-tiba saja menutup wajahnya dan melihat air matanya mengalir. Aku lalu berusaha menghiburnya. "Tenang saja, kami semua akan berusaha untuk melindungimu."
"Tidak, aku tidak apa-apa," Maria terlihat tergesa-gesa menghapus air matanya. "Terima kasih, Kiki."
Walaupun kau bilang 'tidak apa-apa' tetap saja aku khawatir, kataku dalam hati.
***
Meskipun Kaizen terlihat sangat kerepotan dengan serangan musuh yang terlampau banyak. Ia sekali lagi berusaha menghempaskan para pasukan yang ada dengan kekuatan inti yang ia miliki karena tidak mungkin jika ia harus menangkis serangan mereka satu per satu. Ia berhasil melakukannya walaupun tidak semuanya. Pasukan yang ada di belakangnya langsung maju dan menyerang Kaizen tanpa memberikan kesempatan sedikit pun pada demon itu untuk menyerang balik. Keadaan ini membuat Kaizen mau tidak mau harus meng-gunakan kekuatan dari inti itu secara terus menerus; berusaha menghempaskan pasukan yang menyerang meski banyak dari mereka yang bangkit dan sekali lagi, kembali menyerang.
![](https://img.wattpad.com/cover/80710967-288-k469081.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey Into Paralel World
FantasyKeadaan dunia tiba-tiba saja menjadi kacau. Bencana alam di mana-mana. Anomali cuaca terjadi dan tak dapat diprediksi. Bersamaan dengan itu, Ingga, Kiki, dan Reni; tiga orang remaja yang dipertemukan dengan seorang peri dari dunia lain, memutuskan u...