Para demon mengurung kami di dalam penjara yang berlapis. Semuanya terbuat dari logam yang tebal di mana setelah jeruji besi masih ada satu dinding logam lagi. Penjara ini cukup luas dan tampaknya seperti di desain agar kami semua bisa masuk. Setelah mengunci ganda pintunya, para demon segera mengabaikan kami di dalam ruangan tanpa perlu menoleh kembali ke belakang.
"Dinding logam ini sepertinya sangat kuat," Pitcher mengelus permukaan dinding. "Sepertinya butuh beberapa serangan supermassive yang lebih dari sekedar kuat."
"Seandainya tongkatku masih ada ..." Maria menunduk.
"Sepertinya sudah saatnya aku mengembalikannya padamu," Reni yang mendengar Maria mengeluh, mengeluarkan tongkat sihir yang dipinjamkan Maria dari gelang dimensinya. "Kau bisa menggunakan ini bukan? Kurasa ini lebih cocok untukmu."
"Reni, terima kasih." Jawab Maria. Sesaat ia terlihat tersenyum.
"Jika kita semua bisa menggabungkan kekuatan, kurasa kita bisa keluar dari tempat ini." Kata Sang Komandan.
"Ya, kita harus mencobanya!" Sahut salah seorang peri.
"Mari kita satukan kekuatan kita. Para peri, bersiap!" Perintah salah seorang peri.
"Ayo pasukanku, kita juga bersiap." Perintah sang komandan. "Kita serang dalam hitungan ketiga. Satu ... dua ... tiga!"
"Fairy Flash!"
"Elf Slash!"
Namun dinding itu tetap tidak bergeming. Setelah ledakan besar yang ditimbulkan, bahkan bekas dari serangan itu pun hampir tidak ada.
"Kita coba dengan serangan supermassive. Maria, kau bisa melakukannya bukan?"
"Tentu saja Tuan, kita lakukan ini bersama-sama." Maria jadi percaya diri setelah menerima tongkat yang diberikan Reni untuknya.
"Semuanya, kita lakukan sekali lagi. Kali ini aku dan Maria akan menggunakan serangan supermassive," Fei memutar dan mengibaskan pedangnya beberapa kali lalu bersiap, begitu pula dengan Maria yang juga bersiap setelah memutar-mutar tongkatnya. "Kita lakukan dalam hitungan ketiga. Satu ... dua ... tiga!"
"Elf Slash!"
"Fairy Flash!"
"Supermassive Elf Slash!"
"Supermassive Fairy Flash!"
Ledakkan yang kuat terjadi. Sinarnya menyilaukan mata begitu pula suaranya yang keras terdengar memekakkan telinga. Beberapa menit berlangsung hening hingga dampak dari serangan tersebut berangsur menghilang. Alangkah terkejutnya kami semua ketika mendapati bahwa dinding logam penjara ini tidak menanggapi sedikit pun serangan kami. Semuanya terlihat normal seperti tidak terjadi apa-apa.
"Bagaimana mungkin!" Seruku, kaget. "Itu sudah serangan terbaik bukan?"
"Kurasa ini bukan penjara biasa," sahut Maria. "Dinding penjara ini seolah mampu menetralkan sihir."
"Setidaknya kita belum mencoba semuanya," Ingga berjalan maju. "Kalian sudah selesai dengan urusan kalian bukan?" Ingga menunjukkan apa yang ada di kedua ujung jarinya.
"Biji seribu mimpi!" Sahut Reni.
"Ya, ini bukan sihir kan? Kurasa para demon tidak menyadari ini." Ingga mulai memberi perintah pada biji tersebut. "Biji seribu mimpi, bawa kami keluar dari tempat ini!"
Segera biji itu mulai bereaksi setelah Ingga melemparnya. Biji itu membesar dan terbang hingga dekat dengan langit-langit, kemudian pecah dan menyemprotkan cairan yang melumuri seluruh dinding penjara. Cairan itu memiliki bau yang cukup tajam. Kurasa itu adalah zat asam yang sangat kuat. Perlahan dinding penjara itu mulai terkikis, sebagian permukaannya larut bersama dengan cairan yang membawanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/80710967-288-k469081.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey Into Paralel World
FantasyKeadaan dunia tiba-tiba saja menjadi kacau. Bencana alam di mana-mana. Anomali cuaca terjadi dan tak dapat diprediksi. Bersamaan dengan itu, Ingga, Kiki, dan Reni; tiga orang remaja yang dipertemukan dengan seorang peri dari dunia lain, memutuskan u...