CHAPTER 4

3 0 0
                                    

Sore pukul 4. Aku datang lagi ke sekolah. Sepi. Angin masih berhembus agak panas tapi agak dingin. Pohon itu masih berdiri di sana dan bergoyang tertiup angin. Seolah mengucakan selamat datang dan mendekat padaku. Ada rasa takut di sana. Tiba-tiba seseorang menepukku.

"Ryu, apa yang kau lakukan di sini jam segini? Ada yang tertinggal atau ada sesuatu yang lain?" ternyata Ryu.

"ahh, iie. Aku hanya ingin berkeliling. Apa yang kau lakukan di sini?" kataku memecah kegrogianku.

"Hanya bermain dan menikmati suasana." Jawabnya.

"oh, di mana aula sekolah ini?" tanyaku.

"oh, kau mau ke aula. Ayo lewat sini." Ryu berjalan ke belakangku.

Aku merasa dia melihatku dari belakang dengan tajam dan penuh rasa penasaran. Aku langsung menengok ke belakang. Dia berpaling dan berjalan terus. Lalu menengok ke belakang dan tersenyum.

"Ayo Ryu. Kau tak mau tersesat bukan?" katanya.

"Hai." Aku mengangguk.

Aku mulai berjalan. Ipod ditanganku mulai kuhidupkan. Lagu-lagu itu mulai mengalir ke darahku. Seperti candu yang tanpa ampun merusak otak ku dari dunia nyata. Aku berjalan serasa tanpa menapak ke tanah. Selalu seperti ini. Mata ku agak terpejam dan terasa angin itu datang lagi membawaku kesuatu tempat. Ryu seperti menyadari sesuatu pada diriku yang aneh. Dia berhenti berjalan dan menatapku penasaran.

"Ryu apa kau baik-baik saja? Apa kau sakit?" katanya.

Aku tersadar oleh tepukannya di pundakku bukan suaranya.

"Ya, apa? Aku baik-baik saja. Ayo ke aula." Aku mengalihkan penasaran itu dan berjalan ngawur.

"Ryu, kau agak aneh. Aula lewat jalan ini bukan ke situ." Ryu curiga.

"Aaaah. Iya, maaf." Aku gugup.

Kami berjalan bersama. Musik itu masih bermain di kepalaku. Sepertinya Ryu tak ingin menanyakan sesuatu. Aku yakin dia tidak enak sekaligus dia takut menyinggung perasaanku.

"Ahh, kau dari Jepang kan. Dari kota mana.?" Tanyaku memecah sunyi.

"Oh, aku dari Shibuya. Kau tahu tempat itu bukan? Tempat ramai penuh turis." Kata Ryu.

Shibuya, aku tidak tahu dimana kota itu terletak. Aku tidak pernah keluar rumah sekalipun itu kerumah nenek ku tapi aku sama sekali tak pernah tahu tempat lain. Aku tak mungkin mengatakan yang sebenarnya padanya.

"Ah, iya. Shibuya." Kata ku tanpa komentar lain.

"Kau?" tiba-tiba hal yang aneh itu ia tanyakan pada ku.

"Watashi wa genki de su. Sungguh." Kataku agak panik.

"Bukan itu. Kau dari kota mana?" tanyanya.

" oooh, aku dari pulai Kyoto. Pinggir pantai." Kataku.

"Kyoto pulau yang indah bukan. Aku belum pernah sekalipun kesana." Kata Ryu.

Ada sesuatu yang janggal di kata-katanya. Aku tak ingin menanyakan lebih lanjut tentang dirinya. Karena mungkin saja akan berakibat fatal pada hal lain pada diriku. Sepanjang koridor sekolah kami hanya diam dan melihat kedepan. Entah apa yang dia pikirkan.

" Ini aulanya. Kau harus sering-sering kemari." Ryu mulai membuka percakapan.

Kami masuk dan berkeliling. Ada yang berbeda di aula ini. Ada perasaan lain yang menyeruak kedalam dadaku. Sesuatu yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Kenapa semuanya mendadak terasa seperti ini.

NEARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang