Di sekolah. Aku duduk di dekat jendela, tak memperhatikan guru yang sedang mengajar bahasa Indonesia. Aku mengedarkan pandangan di sekeliling halaman. Ada yang berbeda di sana. Pohon itu mulai menguning. Apakah akan ada musim gugur di Indonesia. Hal bodoh yang pernah kupikirkan sejak aku di sini.
"Ehem. Ehem.!! Nona Ryu Yoshioka." Seseorang memanggilku. Aku tak menghiraukan. Ku edarkan lagi mataku ke sana- kemari.
"Nona YOSHIOKA. APA KAU MEMPERHATIKAN PELAJARAN????!!!" suara menggelegar mengagetkanku. Aku melihat guruku sudah di sampingku melotot ke arahku.
"Aaaahhh. Gomenasai, sensei." Aku minta maaf.
"Apa yang anda katakan Nona Yoshioka? Kita sekarang sedang di pesawat khusus bahasa Indonesia. Silahkan berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar." Gelegar suaranya masih tertinggal di suaranya.
"Maafkan saya. Saya sedang melihat keluar sebentar. Maaf." Aku menjawab lagi.
Untungnya bel berbunyi. Aku selamat kali ini. Aku segera pergi dari kelas. Ketika guruku sudah keluar aku masuk kembali. Duduk di bangkuku dan mengambil headphone ipod ku. Kuputar lagu itu sambil menatap pohon itu. Angin bertiup membelaiku. Membelai dan menerbangkan rambutku. Semuanya berjalan lambat, seperti replay dalam permainan sepak bola. Aku memejamkan mataku agak lama. Bayangan Otousan, Ryu, Hani,dan Okaasan sekilas melesat dimataku. Aku merasa ada yang memperhatikanku. Aku buka mataku pelan-pelan.
"ehh. Ryu apa yang kau lakukan di sini?" aku kaget karana dia sudah berada di sampingku.
"Kau masih melakukannya. Apa yang kau suka dengan mendengar lagu itu?" Ryu bertanya padaku.
"Ini?" aku menyodorkan headphone ku padanya.
Ryu mengganti headphone ku dengan headset nya. Lalu memasangnya di telinganya sendiri dan....... dia memasangnya di telingaku. Aku sedikit kikuk dengan ini. Dia memutar lagu itu ketiganya. Aku menutup mataku ketika Ryu menutup matanya. Tapi aku tak bisa menutup mataku lebih lama. Ku buka mataku. Aku bisa melihat wajah Ryu dengan jelas. Dulu wajahnya tak bisa terlihat seluruhnya karena rambutnya panjang menutup matanya yang membuatnya terlihat dingin dan menarik. Aku melihat gurat di bawah matanya. Sesuatu yang berat kurasa telah terjadi. Hidungnya benar- benar sesuai untuk wajahnya. Dan ada sedikit rambut halus yang sepertinya rajin dicukur. Dan bibirnya yang terkesan merah padahal dia laki-laki tentu tak mungkin pakai lipstick. Nafasnya dingin membelai wajahku. Wajahnya benar-benar mempesona. "Mengapa aku memperhatikannya seperti ini?" batinku protes. Tapi tubuhku tak mau bergerak. Begitu lama aku melihatnya. Aku lalu menutup mataku ketika lagu yang paling membuatku terbang berputar di telingaku. Aku terbang dalam anganku. Aku benar-benar merasa tenang dan penuh tenaga ketika Ryu duduk di sampingku seperti ini. Tapi walaupun dengan mata tertutup aku sadar bahwa ternyata Ryu tak menutup matanya lagi seperti tadi. Dia menatapku. Melihatku, memperhatikanku berkhayal dengan mataku yang tertutup. Aku tersenyum melihatnya melakukan hal yang sama dengan yang kulakukan tadi. Melihatku tersenyum Ryu juga tersenyum. Ada sesuatu dimatanya ketika melihat senyumku dan senyumnya sendiri. Aku menunggu dia menutup mata kembali. Ketika lagu itu berakhir dan Ryu menutup matanya aku membuka mata dan menyenggolnya.
"Kau tidur? Sudah kuduga." Aku bercanda.
"Tidak. Aku menikmatinya. Tapi aku memang sedikit ngantuk." Dia tersenyum jail.
"Baiklah. Aku akan kekantin. Mana Hani? Aku tak melihatnya." Aku bertanya padanya sambil berlalu.
"Dia ada di kelas XI. Aku ikut dengan mu." Ryu setengah teriak memintaku menunggu. Aku terus berjalan. Ryu menyusulku dengan cepat.
"Mengapa dia ada di kelas XI? Dia harusnya kelas X." Aku minta jawaban.
"Kau tak tahu ya. Dia sedang bertemu kekasihnya." Ryu menjawab santai.