Minggu. Seperti biasa ibuku sudah siap dengan segala keperluannya di ruumah sakit. Ibuku harus check up every month. Dia tidak sakit. Tapi itu adalah pesan dari ayahku. Aku masih ingat sekali ketika kami masih di Jepang dulu.
"Istriku. Kau harus check up setiap bulan. Aku agak khawatir dengan kesehatanmu."
Hanya kata-kata itu. Tapi ibuku menaatinya. Benar-benar hingga ayahkku pergi.
Pukul sepuluh kami pulang dari rumah sakit. Pintu depan ruang tamu terbuka. Ada tamu menunggu kurasa. Siapa. Kubuka pintu ruang tamu dari dalam rumah. Ryu dan Hani duduk di bangku dpn pintu masuk ke dalam yang terkunci.
"Hani.Ryu apa yang kalian lakukan di sini?" aku agak kaget akan kedatangan mereka berdua.
"Ryu. Kau dari rumah sakit? Siapa yang sakit? Kau sakit?" Hani mulai bertanya banyak.
"Kau baik-baik saja Ryu?" Ryu bertanya juga.
"Tidak aku baik-baik saja. Kami memang selalu ke rumah sakit tiap bulan. Check up kesehatan. Siapa yang mengatakanyya? Ada apa kalian kemari?" tanyaku lagi.
"Tetangga. Kami hanya ingin datang dan ngobrol." Hani menjawab.
"Bukan. Dia ingin tahu rumahmu. Karena tadi malam aku yang mengantarmu lalu dia bertanya dan mengajakku kemari." Ryu menjelaskan.
"Ahh. Iya. Hani belum tahu rumah ku. Ngomong-ngomong Kalian mau minum apa?" tawarku.
"em. Teh hijau saja kalau kau tak keberatan." Hani meminta.
"Baiklah. Ryu kau mau minum apa?" tawarku.
"Teh hijau dengan madu." Hani dan Ryu menjawab bersamaan. Aku agak kaget.
"ahhh.,baiklah..tunggu sebentar." Aku keluar menuju dapur dan berpapasan dengan ibuku.
"Mereka temanmu?" tanyanya.
"iya. Teman sekelas. Mereka bersaudara." Jawabku.
Aku langsung membuat pesanan mereka dan tak menghiraukan ibuku. Setelah selesai dengan minuman itu aku langsung menuju ruang tamu. Tak ada orang di sana. Aku melihat keluar jendela dan kulihat Hani Ryu dan Ibuku mengobrol di kursi taman. Aku agak ragu untuk menuju kesana. Apa yang sedang mereka bicarakan. Kenapa aku takut. Aku keluar berjalan menuju ke arah mereka. Mereka masih terus berbicara.
".....Begitulah kami bisa di Indonesia sekarang." Bagian akhir yang bisa kudengar dari percakapan itu.
"Emm. Ini minuman kalian. Selamat menikmati." aku mempersilahkan mereka.
Aku masih berdiri. Hani duduk bersama ibuku. Seperti adik ku dulu. Dan Ryu duduk sendiri. Mirip seperti kakak ku dulu. Apakah aku harus duduk disamping Ryu. Tapi tak hanya dua tempat duduk dan semua terisi kecuali disamping Ryu. Akhirnya aku duduk. Aku melihat Hani tersenyum.
"Ryu, kau tidak minum?" Ibu ku bertanya padaku.
"Ya..Tidak" aku dan Ryu menjawab bersama. Aku agak aneh.
"hahahahahahahahaha. Aku lupa bahwa kalian berdua memiliki nama yanng sama. Maksud ku Ryu temanmu, Magi-chan." Ibuku tertawa. Dan memanggilku Magi-chan seperti dulu.
Aku merasa ibuku lebih bahagia karena kedatangan mereka berdua. Itu membuatku bahagia dan lega. Aku merasa Ryu dan Hani begitu dekat dengan ibuku. Aku tak banyak bicara. Hanya melihat mereka berbincang membuatku lebih baik dan tekanan di dadaku berkurang. Mereka berdua pulang ketika matahari sudah mulai meredup.
"Datanglah sesuka kalian. Ibu senang teman Magi datang." Ibu ku mengatakan sesuatu yang jarang sekali ia katakan pada teman-temanku sebelumnya di Jepang.
"Baik. Terimakasih atas keramahannya. Kami pulang. Bye Magi-chan." Hani menggoda ku.
"Bye Ryu." Ryu melambaikan tangannya.
Aku hanya mengangguk dan membalas lambaian tangan mereka. Agak lama kulihat mereka hingga menghilang di tikungan jalan. Saat aku masuk ibuku sudah tak ada di kursi. Dia sudah masuk rumah.
Aku penasaran dengan sikap ibuku yang tak biasanya. Aku masuk ke rumah dan menuju kamar ibuku. Kubuka pintu dan ternyata dia sudah tertidur. Kurasa dia capek. Jarang sekali dia ngobrol begitu banyak dan lama dengan orang baru. Aku keluar dan menutup pintu hati-hati.