Di rumah Ryu.
"Teman-teman ada yang mau tambah minum?" Ryu menawarkan.
"Aku mau." Aku berkata padanya.
"Baiklah. Ada lagi?" tawarnya lagi.
Semua anak mengacungkan gelasnya. Akhirnya aku membantunya mengambil minum. Ada yang harus kuselidiki dengan begitu mudah untuk ku masuk ke dalam rumah Ryu.
"Di mana dapurnya?" tanyaku padanya.
"Kesini." Katanya berjalan di depanku.
Aku masuk rumahnya yang tidak terlalu besar. Jelas sekali keluarga Ryu adalah orang Jepang asli. Ada foto besar menyambut. Sama seperti saat aku ke rumah Hani waktu itu. keluarga Ryu sepertinya termasuk orang terpandang. Foto mereka sangat sama dengan foto keluarga Hani. Foto pertama Ryu bersama Ibunya dan seluruh keluarganya. Ada ayahnya juga kurasa. Lalu masuk ke dalam dapur aku bertanya pada Ryu tentang foto itu.
"Foto itu diambil ketika aku SMP. Kau pasti melihatku di sana bersama ayah dan ibuku." Ryu menjelaskan.
"Aku penasaran dengan masa kecilmu dulu di Jepang. Bolehkah aku melihat album kenangankeluargamu. Sepertinya menyenangkan." Aku mulai dengan cara-cara halus tapi nyata.
"Apa yang ingin kau lihat Ryu?" tiba-tiba ia mendekat padaku.aku bergeser. Dan dia juga menggeser tubuhnya mendekatiku. Dia seperti bukan Ryu yang ku kenal.
"Siapa kau? Kau bukan Ryu." Aku bertanya langsung.
"Hah. Kau ini bicara apa, Ryu? Apa yang ingin kau lihat dari album keluargaku?" di bertanya lagi kali ini dengan mencengkeram lenganku. Aku meronta.
"Lepaskan aku." Aku berteriak.
"Lepaskan hah? Lebih baik kau pergi dari sini sebelum terjadi sesuatu yang buruk padamu." Matanya membiru. Aku tak tahu mata seperti apa itu. aku tak merasa takut sama sekali. Aku hanya merasa dia Ryu dan ada yang masuk ke dalam pikirannya. Aku bergegaske ruang tamu. Teman-temanku diam di tempat mereka masing-masing dan tak bergerak. Aku tahu. Meraka juga terhipnotis oleh sesuatu. Aku benar-benar bingung. Tiba-tiba dari halaman aku melihat seseorang dengan sepeda datang dan masuk. Ryu.
"Ryu, apa yang kau lakukan di rumahku. Oh ada teman-teman juga. Hai. Maaf membuat kalian menungguku. Aku baru dari toko buku membeli sesuatu yang....." dia tak melanjutkan kata-katanya ketika melihat wajahku reaksiku dan keadaan teman-teman yang hanya diam.
"Ryu. Ada sesuatu yang ingin aku ceritakan tapi sebaiknya kita berdua keluar dari rumahmu sekarang." Aku menggenggam tangannya dan berlari. Aku dan Ryu harus segera pergi darirumah ini secepat mungkin. Aku hanya bisa mengira-ira bahwa yang di dapur itu adalah orang lain bukan Ryu. Dan Ryu yang asli sekarang sedang berlari denganku menatapku bingung. Aku sendiri bingung apa yang harus dilakukan. Semuanya tak tentu arah. Aku berbelok mengambil jalan pulang ke rumah. Tapi rumah ku kosong. Hanya ada surat di meja.
"Ryu, Okaasan pergi ke pulau KalIMantan sEbelOh atas X. Kau harus segera pergi dari rumah saat kau pulang. Bawa juga Hani dan Ryu. Orang tua mereka bersamaku. Ryu adalah Ryu. Ingat itu." Okaasan.
Aku mulai bisa melihat titik terang dari semua ini. Aku harus segera pergi dari sini bersama mereka berdua.
"Ryu, bisakah kau menghubungi Hani untuk bertemu di taman tengah kota?" tanyaku pada Ryu.
"Tentu. Aku bingung dengan yang terjadi kali ini. Tapi ibumu dan ibuku menulis surat yang sama persis isinya. Dan ada yang aneh dalam penulisan lokasi mereka." Ryu memperlihatkan surat dari ibunya padaku. Dan sama persis abjadnya. Hanya tulisannya yang berbeda.
Ryu menelpon Hani menyuruhnya ke tengah kota secepatnya. Aku mulai menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi. Aku membuka tas ku dan mengambil album itu. Lalu Ryu tiba-tiba duduk tepat di sampingku dan membuka tasnya, mengambil sebuah album yang kukira usianya sama dengan milikku. Dia menyerahkannya padaku.