CHAPTER 10

0 0 0
                                    

Aku duduk bersantai di bawah pohon sakura. Sepi dan hanya aku di sana. Lalu, kulihat Ryu berjalan menuju ke arahku. Aku menyambutnya dengan senyum manis dan bersahabat.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku. Ia hanya tersenyum tak menjawab pertanyaanku.

"Kenapa? Ada sesuatu yang mengganggumu?" tanyaku lagi. dia menggeleng.

"Kau bisa menceritakan padaku. Duduklah." Ajakku. Tak tahu keberanian dari mana aku mengucapkan kata-kata seberani itu. dia duduk di sampingku. Lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah buku kecil dan kulihat lebih dekat itu adalah album.

"Untuk apa kau menunjukkan ini padaku?" tanyaku lagi. mengapa ia tak menjawab pertanyaanku.

"The key is in your memories and your heart. Please stand by me, i want you but it is impossible." Di mengatakannya dengan jelas. Aku mematung. Jantungku berdegup kencang.

"Nan, nani?" aku memastikan.

"Hani, dan aku. akan bersamamu, agak lama dan kami akan lebih lama lagi pergi." Lalu dia seperti berjalan –bukan- terbang. Lambat laun bayangannya menghilang dan aku hanya bisa menatapnya pergi dengan air mata. Terguguk dan seseorang menepuk-nepuk mukaku tapi aku tak melihat siapa yang melakukannya.

"Magi-chan! Magi-chan! Bangun nak." Suara Okaasan membangunkanku dari gelap mataku yang sedari tadi malam tertutup rapat, tidur. Aku duduk dan melihat ibuku. Tersadar bahwa ini hanyalah mimpi. Kenapa begitu jelas sekali.

"Magi-chan, ada apa?" Okaasan hanya menatapku.

"hanya mimpi buruk. Aku harap itu tak pernah terjadi." jawabku. Okaasan hanya tersenyum.

"magi-chan, ketika mimpi buruk itu membuatmu takut, itu menjadi persiapan untukmu. Ketika mimpi itu terjadi, kau tak perlu kaget. Bangun dan segera mandi. Kau harus sekolah." Okaasan berjalan keluar dari kamarku dan menutup pintu pelan.

Aku berharap aku melupakan mimpi itu. sesuatu yang Okaasan sepertinya tidak akan terjadi padaku dan aku berharap semuanya akan baik.

<__>

Kemarin adalah hari paling mengejutkan bagiku. Aku masih ingin memastikan sekali lagi. tapi waktu sepertinya tak mengijinkanku. Ada kalanya aku harus mengalah pada waktu agar semuanya aman. Malam itu aku menggigil tak henti sampai rumah. Setiap aku mengingat kejadian itu semakin membuatku menggigil hebat. Paginya aku terkena demam. Tubuhku kedinginan tapi suhu tubuhku tinggi. Aku tak berangkat sekolah pagi ini. Masih dalam keadaan yang sama dengan malam itu. dokter keluarga berkata bahwa aku kecapekan dan perlu istirahat. Sepanjang hari aku tidur hingga sorenya Hani dan Ryu datang menjengukku.

" Ryu kau sakit apa?" Hani bertanya dan memijiti kakiku.

" iya, kau sakit gara-gara kemarin itu?" Ryu menohokku dengan pertanyaan yang harus ku jawab dengan kebohongan tapi ssekaligus kebenaran.

" Benar. Kata dokter aku kecapekan. Aku membutuhkan istirahat dan juga harus makan banyak." Aku menjawab enteng.

Tapi tiba-tiba di tengah obrolan, percakapan kami terhenti karena aku mendengar suara ribut-ribut di luar. Apa yang terjadi di luar? Aku mulai berpikiran yang tidak-tidak. Apakah mereka sudah tahu dan mulai menyerang kami. Tapi tiba-tiba suara berisik masuk dan dan mengarah ke kamarku. Ibuku masuk kamarku dan kepala lain menyusul. Ahh....

" Sore Ryu. Apa kabar? Kau sakit?" teman-teman sekelas datang dan mengerumuniku. Tidak semua bisa masuk tapi kamarku sangat panas karena mereka berdeakan untuk bisa masuk ke kamarku.

" teman-teman terima kasih atas kedatangan kalian tapi sepertinya kamarkku tak cukup untuk kalian semua. Jadi tolong ya kita ke kamar tamu saja. Lets move on!" aku menengahi dan mengajak mereka semua turun.

Semuanya benar-benar datang. Ibuku kewalahan sehingga harus membawa serta Ryu dan Hani untuk membantu menyiapkan minum untuk mereka semua. Dan tanpa harus dipersilahkan semuanya habis tak berbekas. Itulah kerennya teman sekelasku. Tak ada yang akan tersisa jika mereka ada. mereka semua pulang setelah matahari tenggelam. Hani dan Ryu kecapekkan dan mereka pulang bersama setelah membantu ibuku membersihkan bekas-bekas yang tersisa dari teman-teman sekelasku.

Aku tak menyangka mereka semua datang. Lucunya mereka takmengatakannya pada Hani dan Ryu. Mereka tak tahu rumah ku sehingga mereka mengikuti Hani dan Ryu dari belakang. Tak ada yang tahu satupun dari mereka berdua. Aneh dan menghibur ketika mereka datang bersama dalam jumlah yang banyak seperti mau menggemmpur rumah kami saja. Malam itu aku tak memikirkan apapun tentang kejadian di rumah Hani. Aku benar-benar tertidur lelap.

��K��7�i�y

NEARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang