E P I L O G

6.1K 157 6
                                    

SEORANG gadis melemparkan piringan bulat dari tangannya sejauh mungkin. Hero yang sudah berjingkat-jingkat untuk menggapainya sedari tadi langsung berlari secepat kilat mengerjar piringan itu. Gadis itu berkali-kali menyerukan nama Hero hingga sang pemilik nama kembali dengan mulut menahan piringan berwarna kuning di antara giginya. Dengan patuh Hero menurunkan mulutnya ke rumput, melepaskan cengkeraman giginya dari piringan hingga terjatuh di atas rumput. Sang gadis berjongkok untuk mengusap-usapkan telapak tangannya di atas kepala Hero. Hero tampaknya belum puas bermain-main dengannya karna anjing berbulu coklat keemasan itu menggonggong dengan lebih semangat sambil menendang-nendang piringan dengan kaki depannya.

"Masih mau bermain eh?" kekeh Anna dengan cengirannya. Hero membalasnya dengan gonggongan lebih nyaring. Cepat-cepat Hero melompat lagi ketika Anna berdiri—bersiap melemparkan benda bundar itu lagi.

"Hap!"

"Anna!" belum sempat Anna melemparkan benda itu ke udara sebuah seruan menghentikan gerakannya.

Hero mengalihkan perhatian pada sumber suara. Anjing berjenis golden itu kelihatan kesal karena sang majikan datang dan ia seakan tahu kalau waktu bermainnya akan berakhir. Suara keluhan-keluhan yang menandakan ia merengut segera terdengar. Ekornya jatuh lemah ke belakang bokong. Ya, Hero akan merajuk setelah ini.

"Kita akan bermain lagi nanti," ucap Anna membelai Hero. Ia kembali memasangkan tali pengekang di leher Hero. "kamu juga harus makan, biar makin besar, okey?" gadis itu bercakap-cakap dengan Hero seakan binatang berkaki empat yang terkenal setia itu adalah temannya yang bisa mengerti kata-katanya. Bukankah ada yang bilang kalau binatang memang mengerti apa yang diucapkan manusia? Apalagi anjing yang siapapun sudah tahu kalau mereka adalah sahabat manusia. Sahabat yang tidak akan pernah berkhianat.

"Masih lama?" pancing Kevin dari pintu tempat ia berdiri. Ia mulai menyesal mematuhi permintaan Anna untuk mengasuh anjing jika tahu akibatnya akan seperti ini. Hero mengambil semua perhatian gadis itu termasuk lupa sarapan dan ....lihatlah, gadis itu bahkan belum mandi. Ini memang hari minggu, tapi kebiasaan Anna benar-benar berubah total setelah adanya Hero.

"Iya, sebentar lagi. Hero harus dibujuk dulu biar nggak ngambek," gadis itu melanjutkan celotehannya pada Hero seraya menuntunnya ke bagian depan halaman rumah. Hero punya rumah-rumahan sendiri di sana. Anna meminta Kevin membelikan itu sehari setelah Hero datang dengan alasan kalau Hero harus seperti yang biasa dilihatnya di televisi. Dengan segala keterpaksaan akhirnya Kevin menurutinya. Sayangnya kebutuhan Hero tak sampai di situ. Anjing itu memiliki alergi, makannya pilih-pilih, dengan kesimpulan kalau makanannya adalah salah satu merek makanan anjing yang lumayan menguras dompet. Tidak sampai di situ, masih ada urusan belanja baju-baju khusus buat Hero ketika bepergian, ke salon, pedicure medicure, dan segala macam keperluannya yang justru mengalahkan kebutuhan belanjanya dan Anna.

"Sekarang apa lagi?" Kevin tidak bisa menyembunyikan kejengkelannya. Ia mengikuti Anna mengantarkan Hero ke rumah mungilnya yang di dalamnya menampung beberapa selimut dan mainan karet Hero. Makanannya sudah dituangkan Lily sebelumnya. Hero langsung menjilat sereal dan susunya dengan lahap. Yang Kevin tanyakan sekarang adalah apalagi yang ditunggu gadisnya di sana? Haruskah kepala Hero dibelai-belai seperti itu selama makan? Kevin mengerang dengan Anna yang mengacuhkannya.

"Anna, masuk! Hero tak butuh teman makan? Kamu bukan teman kencannya." Kata pria itu menyeret langkahnya dengan kesal.

Anna yang mendengar itu hanya berdecih pelan, masih menunggui Hero hingga sarapan bergizi kesayangannya itu masuk semua ke perutnya. Ia tak sabar menunggu Hero tumbuh hingga mencapai tinggi badannya. Sekarang Hero belum bisa memeluknya seperti yang ia sering lihat anjing-anjing besar lakukan pada majikannya. Hero masih pendek dan baru bisa merangkak hingga pahanya. Tak sabar Anna menantikan saat-saat Hero akan melompat ke pelukannya dan bisa menciumi wajahnya.

Shadow (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang