PESTA pembukaan yang cukup mewah. Di tiap pintu bertengger patung manusia lengkap dengan senjata. Bagian penerima undangan selalu sigap menggeledah setiap tamu yang datang menyerahkan undangan. Hah, pesta dengan penjagaan ketat, cukup cocok untuk pembisnis dengan tangan kotor, umpat Kevin.
Ia sudah terbiasa dengan gaya semacam ini. Bisnis kotor dengan tampang tak berdosa. Musuh di sana-sini siap melayangkan bom. Satu dua peluru siap menembus, pussh, telunjuknya mengarah ke depan membentuk pistol mini.
Satu, dua, tiga ...hitungnya dalam hati, jemarinya mengeluarkan sebuah undangan dari saku jas yang melekat sempurna di tubuh atletisnya. Langkahnya pasti menuju tiga gadis dengan balutan mini dress di sisi kanan pintu masuk.
Kevin sendiri tak habis pikir bagaimana para wanita itu begitu nyaman dengan kain tipis kurang bahan itu—terbuka di mana-mana. Bagian punggung menganga hingga pinggang, V-neck yang mengekspos belahan payudara, belum lagi kain warna merah menyala—menambah kesan eksotis—itu melekat seperti kulit kedua di tubuh mereka. Tapi, it's ok, bukankah itu yang kaumnya inginkan? Jadi pria nggak usah munafik.
Dipastikan, mereka adalah penerima tamu yang akan menggeledahnya. Oh ayolah, yang benar saja, wanita-wanita itu akan mengerangai tubuhnya? Jangan mimpi.
"Malam, Ladies!" Kevin mengerling nakal, "Kalian bertiga tampak memesona malam ini," yeah, itulah Kevin. Si pria tampan dengan seribu kata manis. Tidak ada yang bisa menolak pesonanya. Terbukti sekarang, wanita-wanita yang haus pujian itu lupa pekerjaannya di pesta itu.
Kevin meraih pinggang salah satu dari mereka, "aku akan sangat kecewa kalau kalian menaruh curiga padaku," katanya membelai wajah wanita itu. Mencumbu bibir tebal berlapis gincu merah itu dengan jari telunjuknya. "apakah ada tampang kriminal di wajah polosku ini?" ia bertanya dengan wajah merajuk, "katakan itu tidak mungkin, Darling," wajahnya memelas pada ke dua wanita yang menatapnya—memuja.
"Kriminal itu cenderung tampan, tapi ... untuk yang ini terlalu tampan," wanita dengan tubuh paling tinggi itu menyelipkan jarinya untuk mengambil kartu undangan Kevin. Tidak diduga tangan yang satunya lagi berkeliaran di sakunya. Kevin menegang. Sialan, wanita ini tidak sebodoh perkiraannya. Astaga, haruskah kuenyahkan wanita sialan ini, Kevin merutuk frustasi.
"Hap! Dapat!" tangan wanita itu terangkat, mengacungkan benda temuannya. Kevin menghela napas lega, seraya memperhatikan kesibukan baru wanita di hadapannya.
"Sudah, Nona-nona?" tanyanya mulai bosan.
"Selesai! Malam yang menyenangkan, Tuan Kevin Patar!" ucap mereka bersamaan. Akhirnya ponsel Kevin dikembalikan. Ia berjalan memasuki pelataran pesta seketika sebelum ponselnya berdering. Apa-apaan, gerutunya meraih benda hitam tujuh inci itu, dan yeah ... tiga wanita pengganggu. Beberapa detik yang lalu setelah berhasil mendapatkan ponsel Kevin, wanita-wanita itu telah mengambil nomor ponselnya. Baiklah, tidak apa-apa selama satu benda di selipan antara kemeja dan celananya masih aman. Toh dia bisa mengganti nomor ponselnya setelah ini. Secepatnya ...
Gedung dipenuhi pengunjung yang membludak. Royal Corporation adalah perusahaan yang besar sehingga tidak heran banyak yang penasaran dengan pesta direktur Samantha ini. Bergerak di bidang real estate, advertising, juga menanam saham di beberapa entertainment lokal. Pria dingin dan arogan. Sebagian orang yang bekerja dengannya hanya karena terlilit hutang. Mengabdi pada lintah darat, itu lebih pantas ditempelkan di kening orang-orang royal itu.
"Apa aku terlambat?" Tanya Kevin setelah berhasil membelah kerumunan. Sesekali ia harus meladeni wanita-wanita yang berusaha menggodanya, "tidak kusangka akan seramai ini," tangannya menyambar satu gelas dari nampan pramusaji yang kebetulan lewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow (Complete)
Mistero / ThrillerSemua terlihat seperti bayangan yang menghantui setiap detak jantungnya ...