S I N G ME TO S L E E P

3.2K 166 5
                                    

SEMINGGU telah berlalu sejak teror kedua yang dilakukan entah siapa itu. Anna masih beranggapan kalau itu hantu meskipun logikanya tak menerima pemikirannya itu. Malam ini gadis itu sudah menyelesaikan tugas Logaritma dan mempersiapkan diri untuk kuis mata pelajaran Fisikanya besok pagi di jam pelajaran pertama. Namun ia masih berpikir ulang untuk segera meneduhkan mata dan tidur. Si tuan rumah belum juga pulang meskipun Anna sudah berbasa-basi untuk meminta ayah-ayahannya itu untuk lebih cepat pulang.

Kepala gadis itu tertunduk-tunduk, hampir mengenai sudut sofa. Tapi lagi-lagi ia menegakkan badan. Deru mobil memasuki garasi membuat kantuknya hilang.

"Akhirnya pulang juga," kata gadis itu setelah beberapa saat sebelumnya berlari menuju pintu lalu membukanya. Pria di hadapannya kaget tentu saja. Kevin belum juga memencet bel atau mengetuknya namun wajah Anna sudah langsung menyambut di balik pintu yang terkuak lebar.

"Hmm ... tidak biasanya," ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "dan kenapa jam segini belum mematikan lampu kamarmu lalu tidur?"

Anna menggiring Kevin masuk ke dalam rumah setelah sebelumnya memastikan pintu terkunci. Pelan-pelan diambilnya tas berisi laptop pria itu dan menyampirkan jasnya di tangan.

"Langsung ke kamar, mandi, makan, dan tidur. Kau pasti lelah," Anna menggantung ucapannya saat Kevin mengamatinya. Mungkin pria itu bingung dengan sikap Anna. "ah itu, aku hanya tidak mau tuan rumah sakit. Kalau tuan rumah sakit kan tidak ada yang mencari uang untuk keperluan sehari-hari." Anna memang cerdas mencari alasan. Tapi tidakkah ia berpikir kalau alasan itu terlalu dangkal?

Terbukti sekarang, Kevin malah semakin memandanginya menyelidik. Menatap alis Anna yang bergerak-gerak, pertanda bahwa gadis itu sedang memikirkan sesuatu.

"Ada apa?" Kevin tak bisa menunda untuk bertanya. Gugupnya Anna membuatnya semakin yakin kalau telah terjadi sesuatu dan ia tahu hal itu adalah hal yang besar. Anna adalah gadis keras kepala, kuat dan pemberani. Hanya masalah-masalah besarlah yang bisa membuat gadis itu sekalut saat ini. Kevin tidak buta hingga ia tidak bisa menyadari itu.

"Katakan ada apa? Apa dia melukaimu lagi?" ia mengulangi pertanyaannya lebih spesifik. Mengusap wajah untuk memikirkan 'dia' itu sebenarnya siapa. Akses ke rumahnya tidak semudah masuk ke rumah-rumah biasanya karena di gerbang paling depan saja ia menugaskan satpam untuk menentukan siapa yang boleh masuk atau tidak, tentu saja berdasarkan ijinnya. Kevin harus mulai memikirkan kemungkinan orang-orang dalam rumah itu.

"Mereka menerorku lagi."

Singkat namun reaksi tubuh Anna saat mengatakannya dapat dengan jelas dilihat Kevin. Tentu saja gadis itu benar-benar mengalami teror yang entah bagaimana pun itu pasti menakutkan. Dan apa tadi katanya? Mereka?

"Bukan seperti itu," Anna tergugu, memikirkan cara yang pas untuk menyampaikannya. "Itu, waktu itu aku sudah diancam entah apa maksud meraka aku tidak tahu. Dan terakhir dia melakukannya, dia .. dia sepertinya ingin membunuhku." Akunya. Kevin melebarkan mata. Bagaimana bisa ada orang yang menjadi musuh gadis yang kecilnya di perkampungan ini. Orang-orang saja belum tentu mengenalnya mengingat ini jauh dari tempatnya tinggal sebelumnya.

Pria itu memijat pelipisnya sebelum bertanya lagi, "dimana mereka .. atau siapapun itu yang meneror kamu, dimana mereka melakukannya?"

"It-itu di kamar yang waktu itu dan sudah dua kali. Makanya waktu itu aku bertanya soal hantu." Ucap Anna takut-takut malah membuat Kevin tersinggung. Dan benar saja, ekspresi Kevin selanjutnya malah tatapan tak percaya dan remeh. "di kamarku juga!" katanya mengingat kejadian terakhir.

"Itu tidak mungkin," hanya itu jawaban yang diberikan Kevin seraya mengibaskan tangannya dan tertawa. Ia melangkahkan kaki menaiki tangga dan Anna di sana menatapnya penuh harap. Sebelumnya ia sudah memikirkan hal ini mengingat di kamar itu ia melihat foto-foto Kevin dan seorang wanita.

Shadow (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang