K E V I N AND S U S A N

3.2K 169 7
                                    

"Pudingnya datang!" teriakan khas Susan menguar dari dapur. Anna mendongak, bangkit menghampiri Susan. Wanita itu terlihat kerepotan dengan nampan besar di tangan kiri dan sekantong besar makanan ringan. Anna mengangkat kepalanya dari meja, senyumnya mengembang di sudut bibirnya. Hari ini anak itu begitu menderita, jangankan ngemil, menonton TV saja ia tidak dapat izin.

"Hmm ...."

Kevin muncul di ujung tangga. Anna cepat-cepat memutar bola matanya sebal—tidak sampai beberapa detik ia menyapukan pandangannya pada sosok jangkung yang mulai menapaki anak tangga itu. Anna melongo bodoh, diliriknya Susan yang lebih parah—mirip burung beo, alias membeo. Pria dingin yang terkenal kaku, tanda kutip buas itu tampak jauh lebih muda dengan Tshirt putih polosnya. Tanpa embel-embel kerah ataupun goresan larik tak berguna. Jeans pendek menggantung mencapai lutut. Rambut hitam legamnya berantakan, sulur kemerahan di pucuk helai rambut lembab itu terlihat menjadi silver oleh tembusan matahari.

Errr ... Setiap kaum hawa pasti melelehkan liur di sudut bibir mereka melihat betapa tampannya pria itu. Sungguh.

Hari ini adalah hari minggu, jadi mereka menghabiskan waktu libur hanya bermalas-malasan di rumah. Ini tentu hal baru juga buat semua warga rumah si tuan Kevin. Pelayan dan penjaga rumah tetap stand by di tempat—harusnya mereka bermanja ria di kamar masing-masing. Tapi bagaimana bisa melakukannya sementara tuan besar berkeliaran di rumah. Sial memang.

Anna? Anna pasti akan mengantar ayahnya melaut. Lalu mencari kerang hingga Jordan pulang dengan peti-peti ikannya. Kalau bosan, ia hanya akan mampir ke lapak Seraphin George; membantu bibi gendutnya itu memutilasi ikan-ikan besar untuk dijajakan ke pembeli. Sehingga tidak heran, Jordan menggelengkan kepala ketika melihat putrinya belepotan darah ikan dan bau amis.

Sedangkan Susan—yang punya posisi istimewa di antara pelayan lainnya—akan pergi entah ke mana, tapi itu sudah menjadi kebiasaannya. Kevin tak mempermasalahkannya. Jadi, pemandangan Kevin dengan baju santainya tidak pernah dilihatnya. Selama Sembilan tahun jadi pelayan, yang benar saja.

Dan si tuan rumah? Jangan ditanya, pria itu tidak pernah di rumah. Kevin mengisi enam hari penuh di kantor, ke luar kota, luar negeri, atau apapun terkait pekerjaan—hanya dia yang tahu. Sedangkan sabtu malam hingga minggu malam ia berhura ria di club. Memanjakan diri dengan belaian wanita-wanita idiot yang haus akan belaian pria—harga dirinya musnah mungkin. Yah, walaupun pada kenyataannya wanita-wanita itu adalah pengusaha muda dengan karir gemilang—Kevin memiliki selera kelas tinggi untuk ditidurinya. Mungkin mereka hanya tak sanggup menolak pesona pria penggoda yang satu ini. Atau itulah gaya hidup orang kaya, semua tahu.

Ini tentu hal baru bagi mereka semua.

"Hmm ...."

Kevin berdehem lagi ketika sampai di bawah. Anna melirik Susan jahil.

"Eh! Minumnya tumpah!" Anna berseru lantang. Susan tersentak kaget. Keseimbangannya mengambang. Dengan sigap Kevin menopang tubuh linglung itu dari belakang, menyodorkan sebelah lengannya menahan nampan.

Yeah! Rencana berhasil!

Anna manggut-manggut, pura-pura tak melihat.

"Berhenti tertawa, anak bodoh. Cepat ambil nampannya!" Kevin terlihat salah tingkah. Tapi juga bingung merasakan getaran dan detak jantung Susan yang berlebihan. Yang benar saja, pelayannya itu menaruh hati untuknya.

Mau tak mau Anna membantu Susan dengan mengambil nampan dari tangan wanita itu. Padahal pemandangan Kevin yang terlihat mesra dengan posisinya setengah memeluk Susan sangat menghiburnya. Ia bahkan sempat berpikir kalau mereka adalah pasangan yang cocok dengan mengabaikan status tentunya.

Shadow (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang