Chapter 8

297 29 2
                                    

"Kepada seluruh penumpang pesawat Jeju Air harap mengenakan sabuk pengaman, menegakkan sandaran kursi, dan membuka tingkap-tingkap jendela..."

"Penumpang yang terhormat, selamat datang di Jeju Island. Untuk alasan keamanan, Anda diminta untuk tetap duduk di tempat duduk Anda sampai pesawat berhenti sempurna..."

Wonwoo menguap lebar sembari meregangkan tubuhnya. Tak terasa jika mereka sudah tiba di Jeju-do.  Wonwoo melirik ke sebelahnya, Byeol sedang tertidur dengan kepala tersandar ke jendela.

"Byeol-ah..." panggilnya pelan membangunkan Byeol. Wanita itu pun langsung bangun dan melirik Wonwoo. Di saat itu juga ia segera mengalihkan pandangannya dengan berpura-pura melepas sabuk pengaman.

Seperti permintaan sang ibu, Wonwoo membawa Byeol pergi mengunjungi neneknya di Jeju-do. Sebenarnya pergi berdua seperti ini membuat suasana canggung di antara keduanya semakin terasa. Selama kurang lebih satu jam di pesawat keduanya hanya diam satu sama lain.
.
.
.
.
.
.

"Wonwoo-hyung!" teriak seorang pemuda begitu Wonwoo dan Byeol telah keluar dari pintu ketibaan. Wonwoo melemparkan senyuman kepada pemuda itu.

"Wah... sudah lama sekali kita tak bertemu, Hyung! Kau semakin tampan saja!" celetuk pemuda itu dengan logat Jeju-nya yang khas. "Eoh, apa dia istrimu? Wah, pantas saja kau semakin tampan. Kau punya istri secantik dia..."

Byeol tersenyum kaku kepada pemuda itu. Wonwoo meliriknya kikuk. Bingung karena untuk pertama kalinya Wonwoo memperkenalkan seseorang pada Byeol.

"Di... Dia Boo Seungkwan... saudara sepupuku..."

Byeol menundukkan kepalanya menyapa Seungkwan. Setelah itu mereka pun masuk ke dalam mobil milik Seungkwan yang akan mengantar mereka ke rumah nenek Wonwoo.
.

.

.

.

[ Rumah Seolri ]

Buk! Buk! Buk!

Mingyu menoleh ke pintu masuk. Seolri sedang keluar sebentar. Membuatnya sedikit bingung karena Seolri kedatangan tamu. Mingyu pun beranjak dari tempat tidur lalu berniat membukakan pintu. Sebelumnya, Mingyu sudah memikirkan penjelasan apa yang akan ia jabarkan jika tamu tersebut bertanya tentang siapa dirinya.

"Eoh? Siapa kau?" tanya tamu tersebut yang merupakan seorang ajumma bertubuh gendut yang terlihat sangat galak.

"A... aku... te..."

"Pacar Seolri?" potong ajumma itu. "Tak kusangka gadis jelek itu punya pacar setampan kau. Ah, di mana dia? Apa dia menyuruhmu untuk menemui dan menggodaku? Ugh, aku benar-benar geram dengannya. Alasan apa lagi yang akan ia lontarkan..."

"Ma...maafkan aku, tapi Seolri sedang keluar untuk membeli sesuatu..."

"Keotjimal! Dia pasti bersembunyi di dalam karna tahu aku akan menagih uang sewa kamar ini kan?"

Mingyu semakin bingung. Namun ia langsung terpikirkan akan sesuatu. Mingyu pun mengeluarkan dompetnya, "Bi... biar aku saja yang membayarnya. Memangnya berapa total biaya sewa yang belum dibayar Seolri?"

"Dia sudah menunggak selama lima bulan, jadi totalnya lima juta won..."

"Ne?" gumam Mingyu kaget. "Li... lima juta won?"

Ajumma itu mengangguk. Mingyu membuka dompetnya. Uang yang ada di dompetnya hanya lima ratus ribu won. Tapi Mingyu ingat dengan uang yang ada di rekeningnya. Tabungannya sebenarnya sangat cukup untuk melunaskan uang sewa Seolri.

"Bisa aku bayar pakai kartu?"

"Tentu saja!" kata ajumma itu lalu mengeluarkan mesin debit mini yang dibawanya. "Beruntung juga gadis jelek itu. Pacarnya tampan dan kaya. Sepertinya kau bisa merubah hidup anak itu, Tampan!"

Because of Love (Sequel of Between Love and Gender)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang